|
Mencintai Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam Oase Ilmu - Monday, 02 April 2007
Kafemuslimah.com
Pada suatu hari Umar bin Khattab berkata kepada Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam, �Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.� Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam pun menjawab, �Tidak, demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.� Maka berkatalah Umar, �Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri!� (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [XI/523] no: 6632)
Di lain kesempatan, Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam menegaskan, �Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia.� (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [I/58] no: 15, dan Muslim dalam Shahih-nya [I/67 no: 69])
Banyak sekali hadits-hadits yang senada dengan dua hadits di atas, yang menekankan wajibnya mencintai Nabi shallallahu �alaihi wa sallam, karena hal itu merupakan salah satu inti agama, hingga keimanan seseorang tidak dianggap sempurna hingga dia merealisasikan cinta tersebut. Bahkan seorang muslim tidak mencukupkan diri dengan hanya memiliki rasa cinta kepada Nabi shallallahu �alaihi wa sallam saja, akan tetapi dia dituntut untuk mengedepankan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam -tentunya setelah kecintaan kepada Allah- atas kecintaan dia kepada dirinya sendiri, orang tua, anak dan seluruh manusia.
Potret Kecintaan Para Sahabat Kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam
Bicara masalah cinta Rasul shallallahu �alaihi wa sallam, para sahabat Nabi shallallahu �alaihi wa sallam, tanpa diragukan lagi adalah orang terdepan dalam perealisasian kecintaan mereka kepada Beliau shallallahu �alaihi wa sallam. Mengapa? Sebab cinta dan kasih sayang merupakan buah dari perkenalan, dan para sahabat merupakan orang yang paling mengenal dan paling mengetahui kedudukan Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam, maka tidak mengherankan jika cinta mereka kepada Beliau jauh lebih besar dan lebih dalam dibandingkan kecintaan orang-orang yang datang sesudah mereka.
Di antara bukti perkataan di atas, adalah suatu kejadian yang terekam dalam sejarah yaitu: Perbincangan yang terjadi antara Abu Sufyan bin Harb �sebelum ia masuk Islam- dengan sahabat Zaid bin ad-Datsinah rodhiallahu �anhu ketika beliau tertawan oleh kaum musyrikin lantas dikeluarkan oleh penduduk Mekkah dari tanah haram untuk dibunuh. Abu Sufyan berkata, �Ya Zaid, maukah posisi kamu sekarang digantikan oleh Muhammad dan kami penggal lehernya, kemudian engkau kami bebaskan kembali ke keluargamu?� Serta merta Zaid menimpali, �Demi Allah, aku sama sekali tidak rela jika Muhammad sekarang berada di rumahnya tertusuk sebuah duri, dalam keadaan aku berada di rumahku bersama keluargaku!!!� Maka Abu Sufyan pun berkata, �Tidak pernah aku mendapatkan seseorang mencintai orang lain seperti cintanya para sahabat Muhammad kepada Muhammad!� (Al-Bidayah wa an-Nihayah, karya Ibnu Katsir [V/505], dan kisah ini diriwayatkan pula oleh al-Baihaqy dalam Dalail an-Nubuwwah [III/326]).
Kisah lain diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik rodhiallahu �anhu, �Di tengah-tengah berkecamuknya peperangan Uhud, tersebar desas-desus di antara penduduk Madinah bahwa Nabi shallallahu �alaihi wa sallam terbunuh, hingga terdengarlah isakan tangisan di penjuru kota Madinah. Maka keluarlah seorang wanita dari kalangan kaum Anshar dari rumahnya, di tengah-tengah jalan dia diberitahu bahwa bapaknya, anaknya, suaminya dan saudara kandungnya telah tewas terbunuh di medan perang. Ketika dia memasuki sisa-sisa kancah peperangan, dia melewati beberapa jasad yang bergelimpangan, �Siapakah ini?�, tanya perempuan itu. �Bapakmu, saudaramu, suamimu dan anakmu!�, jawab orang-orang yang ada di situ. Perempuan itu segera menyahut, �Apa yang terjadi dengan Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam?!� Mereka menjawab, �Itu ada di depanmu.� Maka perempuan itu bergegas menuju Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam dan menarik bajunya seraya berkata, �Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak akan mempedulikan (apapun yang menimpa diriku) selama engkau selamat!� (Disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma� az-Zawaid [VI/115], dan dia berkata, �Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath dari syaikhnya Muhammad bin Su�aib dan aku tidak mengenalnya, sedangkan perawi yang lain adalah terpercaya.� Diriwayatkan pula oleh Abu Nu�aim dalam al-Hilyah [II/72, 332]).
Demikianlah sebagian dari potret kepatriotan para sahabat Nabi shallallahu �alaihi wa sallam dalam mengungkapkan rasa cinta mereka kepada Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam.
Pahala Bagi Orang Yang Mencintai Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam
Tentunya cinta Nabi shallallahu �alaihi wa sallam merupakan suatu ibadah yang amat besar pahalanya. Banyak ayat-ayat Al Quran maupun hadits-hadits Nabi shallallahu �alaihi wa sallam yang menjelaskan ganjaran yang akan diperoleh seorang hamba dari kecintaan dia kepada Rasulullah shallallahu �alaihi wa sallam. Di antara dalil-dalil tersebut:
Anas bin Malik rodhiallahu �anhu mengisahkan, �Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu �alaihi wa sallam tentang hari kiamat, �Kapankah kiamat datang?� Nabi pun shallallahu �alaihi wa sallam menjawab, �Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?� Orang itu menjawab, �Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu �alaihi wa sallam.� Maka Rasulullah pun shallallahu �alaihi wa sallam bersabda, �Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.� Anas pun berkata, �Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi shallallahu �alaihi wa sallam, �Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.�� Anas kembali berkata, �Aku mencintai Nabi shallallahu �alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.� (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya [2385])
Adakah keberuntungan yang lebih besar dari tinggal bersama Nabi shallallahu �alaihi wa sallam dan para sahabatnya di surga kelak??
[ 0 komentar]
|
|