[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Kasih Sayang Allah SWT Sangat Luas
Oase Ilmu - Sunday, 30 September 2007

Kafemuslimah.com

Dari Abu Zaid al-Khudri Rodhiallahu anhu bahwasanya Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, " Pada zaman dahulu ada seseorang yang telah membunuh 99 orang, kemudian ia mencari-cari orang yang paling alim (pandai) di negeri itu, maka ia ditunjukkan kepada seorang pendeta, iapun lantas datang kepada sang pendeta dan menceritakan bahwasanya ia telah membunuh 99 orang, ia bertanya, "Apakah masih bisa diterima taubatnya?"

Kemudian sang pendeta mengatakan, "tidak, taubatmu tidak akan bisa diterima."
Lantas orang itu membunuh sang pendeta tadi maka genaplah menjadi 100 orang. Ia pun mencari-cari lagi orang yang paling alim di negeri itu, maka ia ditunjukkan pada seseorang yang sangat alim. Ia menceritakan bahwa ia telah membunuh 100 orang, maka apakah masih bisa diterima taubatnya?

Orang yang sangat alim itu menjawab, "Ya, masih bisa, siapakah yang akan menghalangi seseorang untuk bertaubat? Pergilah kedaerah sana karena penduduk daerah itu menyembah kepada Allah �Subhanahu wa Ta'ala. Sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali lagi ke kampung halamanmu karena perkampunganmu adalah daerah hitam."

Maka pergilah orang itu, setelah menempuh jarak kira-kira setengah perjalanan ia meninggal. Kemudian Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzab bertengkar. Malaikat Rahmat membela, "Ia berangkat kesana untuk benar-benar bertaubat dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh hati kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala" Sedang Malaikat Adzab berkata, "Sesungguhnya ia belum pernah berbuat kebaikan sedikitpun."

Lantas seorang malaikat datang dalam bentuk manusia, dan kedua malaikat itu bersepakat menjadikannya sebagai hakim. Malaikat yang menjadi hakim itu berkata, "Ukurlah olehmu jarak kedua daerah itu, dan kepada daerah yang lebih dekat itulah ketentuan nasibnya."

Mereka mengukurnya, kemudian mereka mendapatkan daerah yang dituju itulah yang lebih dekat, dengan demikian orang itu dicabut nyawanya dan diterima oleh Malaikat rahmat."

Salah satu pelajaran yang terdapat dalam kisah ini adalah pintu ampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu sangat luas.


Sumber: Sittuna qishshah rawaha an-Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam wash shahabah al-kiram.

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved