|
CEMBURU Muslimah & Media - Friday, 08 February 2008
Kafemuslimah.com Sudah saya perhatikan beberapa kali, setiap kali membicarakan tentang sesuatu yang akan dilakukan di hari libur nanti, salah seorang teman saya selalu memperlihatkan bibir yang menyerupai bentuk bulat sabit terbalik. Manyun dan terlihat amat dongkol.
�Kenapa sih, cemberut saja?� Dia hanya melengos dengan sebuah senyum sinisnya yang khas.
�Elu-elu tuh enak yah, liburan bisa pelesiran kemana-mana. Banyak duit sih lu. Lah gua? Boro-boro deh!� Fuih. Dia meludah dengan kesal ke arah tanah.
�Loh, jangan begitu dong. Sebenarnya kita-kita tuh dibilang liburan juga cuma sebutannya doang lagi. Yang bener sih namanya pulang kampung.� Ucapan ini tetap tidak berkenan bagi temanku. Dia tetap manyun.
�Enak banget punya kampung! Gua mah, kampung juga kagak punya!�
�Loh? Ini? Kampung emang nggak punya, karena sudah berubah jadi kota.� Aku mencoba menggodanya tapi godaanku ditepisnya dengan kasar.
�Diam lu!!! Kampung gua dah direbut ama elu-elu pade. Tinggal gua nih, orang asli yang kagak kebagian apa-apa.�
�Eh� jangan salah! Daerah gua juga miskin tahu. Elu lihat aja tuh daerah gua, mana ada gedung bertingkat, Dufan, uhh� kalau malam cuma denger jangkrik doang!� Akhirnya tensi perbincangan yang sedikit panas mulai menjalar.
�Iya, sama. Di tempat gua juga tuh. Katanya aja daerah minyak. Apaan!?! Lah, kalau mau beli minyak ajah kudu ngantri!�
Hmm. Rasanya, benar apa kata pepatah. Selamanya, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dari rumput sendiri. Rasa tidak puas dengan kondisi sendiri, rasa tidak senang melihat kepemilikan orang lain, cemburu, sering menjadi pangkal dari sebuah pertikaian.
Cemburu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang amat manusiawi. Siapa sih yang nggak pernah merasakan cemburu? Hanya saja, ada cemburu yang diridhai Allah dan ada juga yang justru dimurkai Allah. Cemburu yang diridhai Allah adalah cemburu yang bisa mendatangkan semangat untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Misalnya cemburu melihat keasyikan seorang hamba dalam beribadah. �Kok dia bisa sekhusyu itu sedangkan saya tidak, padahal saya amat besar cintanya pada Sang Khalik.� Biasanya, cemburu jenis yang satu ini justru melahirkan keikhlasan dan meningkatkan ketakwaan. Sedangkan cemburu yang dimurkai Allah adalah cemburu yang mendatangkan ide-ide pada seseorang sehingga dia melakukan apa yang diminta Allah untuk menjauhinya. Misalnya, cemburu melihat kesuksesan seseorang sehingga terbit rasa iri dan timbul ide untuk mencelakakan si saingan. Atau cemburu melihat kedekatan mantan dengan pasangannya halalnya sekarang sehingga timbul hasad dan ide keinginan untuk menyebarkan fitnah guna memisahkan mereka. Cemburu yang dimurkai Allah memang selalu berbuah rasa iri, dengki dan hasad.
Setiap orang bisa dipastikan punya kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan tiap-tiap daerah dan propinsi di negara kita. Ada Jakarta yang diberi kelebihan sebagai kota Metropolitan. Segala macam bisnis, hiburan, perdagangan dan perputaran uang, semua berpusat di Jakarta. Daya tarik inilah yang menyebabkan hampir semua penduduk Indonesia berkeinginan untuk dapat menjejakkan kaki di kota Jakarta. Beberapa bahkan berkeinginan untuk mengadu nasib di sini. Tapi, di balik semua kelebihan tersebut, Jakarta punya kekurangan. Inilah satu-satunya kota besar di Indonesia yang paling sarat dengan kemaksiatan. Berbagai macam tindak kejahatan terjadi hampir setiap hari di kota ini, bahkan hampir setiap jam. Mulai dari tindak kejahatan ringan seperti mencuri uang seribu perak hingga tindak kejahatan berat seperti mencuri uang rakyat ratusan milyar rupiah, terjadi di kota ini. Mulai dari tindak kekerasan ringan seperti seorang guru yang menampar pipi seorang anak muridnya yang tidak disiplin, hingga tindak kekerasan berat yang menyebabkan terenggutnya nyawa seseorang secara sadis. Bahkan perdagangan ilegal mulai dari benda mati (CD atau VCD bajakan, barang elektronik import non ilegal, dll) hingga perdagangan benda hidup (binatang langka, anak, wanita muda, tanaman terlarang) terjadi di kota ini. Itulah Jakarta.
Selain Jakarta, ada juga Propinsi Riau. Kota ini kaya dengan minyak dan hasil perkebunan. Sumbangan devisa yang diberikan oleh Propinsi Riau bagi pemerintah Indonesia tidaklah sedikit hanya dari dua sumber pendapatan minyak dan hasil perkebunannya saja. Padahal, dari Riau, masih ada sumber penerimaan lain seperti dari hasil industrinya, perikananannya, turisnya, dan sebagainya. Tapi, tetap saja meski kaya, Riau punya kekurangan. Kekurangan propinsi Riau terletak pada sumber daya manusianya yang belum bisa diandalkan untuk bisa menempati semua lini yang tersedia. Riau terpaksa harus membayar mahal tenaga ahli selain putra daerah mereka. Selain Propinsi Riau, sederetan propinsi lain yang juga mengalami ketimpangan yang berpotensi menyulut kecemburuan ada lumayan banyak. Ada Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan sebagainya.
Tapi, di antara semua propinsi yang mengalami kesenjangan ekonomi dan sumberdaya manusia dengan kekayaan daerah, maka kita tentu tidak bisa melupakan propinsi Papua yang menurut saya paling drastic ketimpangannya. Ada sebuah daerah di propinsi Papua yang memiliki kekayaan emas yang luar biasa, Freeport namanya. Seorang teman saya bekerja sebagai salah seorang ahli di bidang hokum di perusahaan tersebut. Setiap beberapa bulan sekali dia berlibur ke Jakarta untuk membuang penat. Jika sedang berada di Jakarta dia tidak menginap di rumah saudara atau hotel. Tapi di salah satu rumah yang dia miliki. Apakah saya menulis salah satu? Ya, benar. Saya menulis salah satu. Ini karena rumahnya memang banyak. Ada yang berbentuk apartemen, ada juga yang berbentuk rumah tinggal biasa dengan beberapa model tipe dan lokasi. Perusahaan memberinya gaji yang lumayan tinggi dalam bentuk dollar. Itu sebabnya dia menjadi amat kaya. Tapi, ini untuk standard gaji orang Indonesia. Karena menurutnya, gaji untuk tenaga ahli dari luar negeri lebih mahal lagi. Lalu, bagaimana dengan penduduk aslinya? Yaitu orang-orang papua yang tinggal di sekitar Freeport? Tampaknya, mereka cukup puas dengan perbaikan sarana umum yang diberikan oleh Freeport untuk masyarakat sekitar. Bisa memperoleh fasilitas kesehatan cuma-cuma (yang sebenarnya jika di PUSKESMAS, hal serupa juga bisa diperoleh), bisa memperoleh uang saku untuk sekedar beli rokok dan jajan ala kadarnya serta memperoleh fasilitas pendidikan (dasar) gratis, tampaknya sudah cukup bagi penduduk lokal. Jadi, nggak usah heran kalau sampai saat ini, tetap saja posisi strategis di perusahaan asing yang menggerus kekayaan Negara untuk diangkut ke luar negeri ini tietap menggunakan tenaga dari luar propinsi. Alias, propinsi Papua tidak memperoleh apa-apa selain jadi tuan rumah dan sedikit uang konsumsi karena ketempatan.
Apa yang salah dari peristiwa ketimpangan ini? Keterlenaan kita akan kesenangan sesaat. Ini sudah menjadi sebuah kebiasaan yang buruk dari bangsa Indonesia. Asal bisa makan hari ini, hati sudah senang. Besok gimana nanti saja. Motto yang benar-benar sesat dan menyesatkan. Dunia terus berkembang dan berubah. Pengetahuan berkembang, jumlah manusia semakin banyak, sementara lahan tempat tinggal dan usaha tidak pernah berubah luasnya, dan hasil kekayaan alam terus berkurang jumlahnya. Menghadapi semua perubahan ini, tidak ada persiapan yang dilakukan untuk mengantisipasinya. Tetap saja kita terlena dengan kesenangan yang kita miliki sekarang. Hingga akhirnya hari yang oleh sementara orang sudah diprediksikan datang. Harga minyak melambung tinggi, produksi pertanian menjadi mahal dan kebutuhan akan tenaga kerja yang terdidik menjadi keharusan. Karena kita tidak siap, maka tenaga asingpun akhirnya digunakan di Negara kita. Kekayaan Negarapun ramai-ramai digotong ke luar negeri. Bangsa Indonesia sendiri? Cuma puas dengan jadi kacung di Negara sendiri dan lagi-lagi�. Cukup puas jika bisa makan untuk hari ini. Besok, gimana nanti saja. Kalau sudah begini, apakah cemburu yang muncul di hati melihat rumput tetangga yang lebih hijau masih pantas?
Penulis: Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|