[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Ayah Terlalu Keras, Aku Jadi Minderan
Uneq-Uneq - Saturday, 01 March 2008

Kafemuslimah.com


Tanya:

Saya seorang wanita usia 24 tahun, belum menikah.
Saya lagi bingung teh menghadapi Ayah saya yang menurut saya terlampau berlebihan menjaga dan mendidik saya sebagai putrinya.
Setiap langkah yang saja tuju selalu salah, malah setiap saya ingin menuntu ilmu agama selalu saja dilarang.
Padahal keinginan saya untuk menuntut ilmu agama di mesjid sangatlah kuat. Alasannya sih takut terbawa/terpengaruh aliran sesat yang akhir-akhir ini merajalela. Kecuali kalo saya mengaji di mesjid dekat rumah sih gak apa-apa. Katanya lebih jelas, kelihatan aktivitasnya apa saja. Ayah pun kenal dengan guru ngajinya.
Tapi ya teh, di mesjid itu ibu-ibu semua. Saya jadi ngerasa ikutan tua.

Jujur, karena kebebasan saya yang terbelenggu oleh keinginan orang tua. Saya tumbuh jadi wanita yang minder, suka bersikap ketus, suka melamun dan murung. Lebih senang sendirian dibandingkan kumpul2. Apalagi kalau ada acara kumpul keluarga bersama saudara2 sepupu.

Saya lebih suka diam, tidak pernah ikut berbincang atau terlibat dalam pembicaraan.

Dan saat orang tua marah karena saya tidak mengikuti kemauannya, saya selalu stress malah hampir putus asa menghadapi hidup.

Saya bingung karena Ayah terlalu menghalangi kebebasan saya untuk bergaul di luar.

Jadi, apa yang harus saya lakukan. Agar saya bisa mengambil jalan yang terbaik buat saya dan Ayah saya.
Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamu'alaykum wr. wb.


Jawab:

Assalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ukhti, saya berulang kali membaca suratmu. Ada satu pertanyaan yang menggayut di benak saya. Apa benar usiamu sudah 24 tahun? Apakah kamu anak tunggal ataukah punya saudara lain? Adakah yang terjadi di antara rentang usia remajamu hingga sekarang (selang antara usia 12 tahun s/d 24 tahun) ? Ketiga hal ini penting, karena menurut saya, apa yang dilakukan oleh ayahmu, tentu didasari oleh sebuah alasan tertentu. Tapi, tentu saja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperlukan waktu tertentu dan tidak cukup hanya dengan satu surat ini saja, jadi saya akan mencoba untuk membahas uneg-unegmu.

Terlepas dari alasan yang mendasari sikap ayahmu ini, menurut saya, tidak ada pengaruh langsung antara sikap keras ayahmu dengan sifatmu yang menurutmu minderan, suka bersikap ketus, suka melamun dan murung. Memang benar banyak orang yang mengalami hal ini sehingga diambil kesimpulan bahwa jika orang tuanya keras maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang minderan, ketus, tertutup dan pemurung. Tapi, satu hal yang harus diingat, semua manusia itu memiliki keunikan yang tersendiri dan Allah memberi bekal yang amat berharga pada tiap-tiap diri manusia yang unik tersebut. Itulah hati dan akal. Jadi, jangan mengembangkan sebuah karakter yang sesuai dengan anggapan umum. Kembangkan sebuah karakter seorang muslimah yang disayang oleh Allah SWT. Seperti apa itu?

Saya punya seorang teman. Keluarganya beragama Hindu. Ayah, Ibu, saudara dan saudarinya. Tapi, dia punya nenek dari pihak ibu yang beragama Islam. Dari neneknya inilah teman saya akhirnya mengenal Islam dan memilih untuk menjadi seorang Muslimah. Tapi, hal ini ternyata tidak dapat berjalan mulus begitu saja. Ayahnya, amat sangat tidak setuju. Untuk itu, berbagai macam siksaanpun diterimanya. Jika ketahuan sedang shalat, pantatnya ditendang hingga dia tersungkur. Jika sedang sujud, tak jarang kepalanya langsung diguyur air seember. Dia juga dimaki-maki sebagai anak durhaka yang tidak patuh pada kedua orang tuanya. Dia juga dipaksa untuk memakan babi, baik dengan cara diam-diam maupun dengan kekerasan. Tapi, semua sikap keras itu tidak menjadikan teman saya itu menjadi pribadi yang seperti dianggap oleh umum. Dia, subhanallah, ramah sekali pada semua orang. Rajin menolong, pandai bergaul dan berprestasi pula. Tidak pernah dia mengeluh apalagi memperlihatkan penderitaannya kepada orang banyak. Satu hal yang membuat saya terkesan adalah, dia selalu yakin bahwa apa yang dia dapati tidak menyenangkan di dunia ini, insya Allah jika dia ikhlas menerimanya, Allah akan mengganti semua ketidak nyamanan itu dengan hal-hal yang beribu kali nikmatnya di akhirat kelak. Dia selalu yakin Allah tidak pernah tertidur dalam hal ini. Dan Allah Maha Mengetahui bahwa cintanya kepada Allah tetap besar meski dia jarang pergi ke masjid, tidak punya sajadah, Al Quran dan mukenah yang indah, juga tidak dapat mengenakan jilbab dan pakaian muslimah. Karena keyakinan inilah, dia lalu menempa dirinya agar dapat menjadi pribadi yang menyenangkan bagi siapa saja. Subhanallah. Sekarang, teman saya itu sudah berkeluarga dan menjadi ibu yang sholehah. Dia tangguh menghadapi betapapun berat persoalan keluarganya, tangguh membimbing anak-anaknya dan tangguh membantu masyarakat sekitarnya. Seperti inilah, insya Allah karakater seorang muslimah yang disayang oleh Allah.

Untuk memiliki karakter tangguh seperti diatas, tentu ada materi-materi pelajaran yang harus diikuti sebelumnya. Materi-materi pelajaran itu tidak diperoleh di bangku sekolah tapi justru dalam kehidupan keseharian. Dalam hal ini, Allah telah melimpahimu sebuah pelajaran yang amat berharga untuk kamu tekuni dan jalani. Yaitu bagaimana caranya me-manage kesabaran dan tidak kehilangan akal.

Ayah yang keras itu memang membuat hati pedih. Tidak diberikan kebebasan untuk menuntut ilmu ke masjid itu memang tidak enak. Tapi, janganlah hal-hal tersebut membuat kita jadi patah semangat untuk belajar dan kehilangan kesabaran serta melupakan rasa syukur. Jangan anggap ini sebagai sesuatu yang membuatmu berhenti berkembang menjadi sekuntum bunga yang cantik. Dalam hal ini, lihat ini sebagai sebuah persembahan special terbaik yang diberikan Allah dalam rangka mendidikmu agar kelak menjadi seorang muslimah yang tangguh dan berguna bagi umat Islam di sekelilingmu. Persoalan yang ada di masyarakat kita amat beragam dan begitu kompleks. Kezaliman terjadi dimana-mana, kemudharatan sudah dianggap biasa, zina menjadi barang kacangan, kebodohan meraja lela, pemiskinan terus melebar, pendangkalan aqidah sudah tidak lagi dianggap sesuatu yang mencemaskan. Umat Islam kian hari kian bodoh dan terlena. Umat Islam masih sibuk saling gontok-gontokan sementara Umat lain memanfaatkan dengan cerdik semua kelemahan yang dimiliki oleh Umat Islam. Untuk membenahi umat Islam seperti sekarang ini, dibutuhkan banyak sekali muslim dan muslimah yang tangguh dan pandai. Apakah kamu tidak merasa bangga bahwa dalam hal ini, kamu Allah masukkan sebagai salah satu calon yang siap tempur kelak jika kamu lulus dalam ujian hidup sekarang? Mari lihat bahwa semua sakit dan rintangan yang kamu hadapi sekarang ini merupakan sebuah tangga menuju kebahagiaan.

Mari kita belajar dari anak yang baru bisa merangkak. Untuk bisa naik ke atas tangga, susah payah anak tersebut berusaha. Terkadang, keningnya terjedut lantai keramik yang keras hingga merah. Tapi dia maju terus karena dia ingin sama seperti orang sekitarnya yang bisa berjalan sempurna. Dia naik anak tangga pertama, jatuh dia karena belum seimbang tubuhnya dan belum kuat pula kakinya mengangkat. Kepalanya terbentur. Sakit pasti. Belum lagi jika mulutnya membentur lantai hingga berdarah. Tapi di lain waktu, dia terus belajar untuk menaiki tangga tersebut. Dan memang anak tangga pertama akan senantiasa terasa berat untuk dinaiki oleh siapapun yang baru belajar naik tangga. Tapi lihat dua bulan kemudian, apa yang terjadi pada si anak? Dia sudah amat lancar menaiki tangga. Ini karena dia sudah terbiasa melakukan dan menghadapinya sehingga tahu apa yang harus dilakukan agar tidak terjatuh. Bahkan sudah begitu lancar si anak naik tangga hingga si anak sekarang menjadi tidak tertahan-tahan lagi untuk selalu naik tangga. Nah. Bagaimana jika semua penderitaan dan tekanan yang kamu rasakan sekarang ini, kamu anggap saja sebagai sebuah pelajaran dalam mendaki tangga kebahagiaan. Jangan pernah putus asa dan akhirnya menanggalkan rasa syukur dan melupakan sifat sabar.

�. Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.� (Qs Yusuf (12) : 87)
Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan.� (Qs Al Insyirah (94) : 5 dan 6)
Katakanlah� tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannbya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.� (Qs Al Isra (17) : 84).

Belajar agama dan mengaji di masjid itu memang perlu, karena dengan begitu maka kita akan senantiasa diingatkan untuk terus memperbaharui pengetahuan dan keimanan kita. Tapi, jangan menyusahkan diri sendiri dengan mengharuskan diri harus melakukan itu. Dunia ini luas ukhti. Jika memang tidak dapat dari suatu tempat, tentu ada tempat lain yang menyediakannya. Terlebih jaman sekarang ada banyak kemudahan yang tersedia. Ada internet dengan situs-situs Islami yang tersebar dimana-mana, buku-buku tentang Islam pun tersebar dan kelompok untuk pertemanan yang �baik� juga bisa dimasuki di banyak tempat selain masjid. Khusus untuk kelompok pertemanan ini, coba ajak beberapa temanmu di pengajian ke rumah dan kenalkan mereka dengan bapakmu. Biarkan bapakmu berbincang-bincang dengan teman-temanmu. Tapi, sebelumnya bilang ke temanmu agar tidak menceramahi bapakmu (orang tua biasanya punya ego yang tidak ingin direndahkan). Ngobrol ringan saja sekedar tukar pikiran. Jadi, bapakmu tahu dengan siapa kamu bergaul, dan percaya melepasmu.

Hm� sebenarnya ada satu lagi jalan keluar untuk memperoleh kebebasan untuk dapat menjadi diri sendiri. Yaitu, dengan menikah. Dengan menikah, orang tua biasanya tidak lagi memandang anaknya sebagai �My little baby�. Terlebih jika kamu punya suami yang bisa membuat orang tuamu respek terhadap keluarga kecil barumu. Dengan menikah, kamu bisa menjadi diri sendiri (yaitu kamu sebagai seorang wanita, bukan kamu sebagai seorang anak perempuan bapakmu). Tapi, untuk dapat menikah, tentu lain lagi usaha dan ceritanya.

Demikian untuk sementara jawaban saya.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved