|
Adik Suka bertelanjang di Depan saya Uneq-Uneq - Friday, 07 March 2008
Kafemuslimah.com
Tanya;
Asallamu�alaikum Wr Wb
Mbak Ade, saya karyawati, belum menikah. Semenjak orang tua tiada saya mengasuh sendiri adik kandung laki-laki yang usianya 9 tahun lebih muda dari saya. Umurnya saat ini x thn. Sejak beberapa bulan ini dia punya kebiasaan sering telanjang di rumah. Dia juga tidur dalam keadaan telanjang dan ketika bangun dia langsung berjalan telanjang menuju dapur atau ke kamar mandi. Pada saat dia sedang mandi dan mendengar acara kesayangannya mulai dia langsung saja keluar kamar mandi telanjang, duduk di samping saya yang juga sedang menonton tv. Pada saat saya saya minta dia untuk mandi dan menyerahkan bajunya untuk dicuci, langsung saja dia tanggalkan seluruh pakaiannya menyerahkan pakaiannya dan berjalan ke kamar mandi telanjang.
Dulu dia tidak begitu, dia pemalu sekali. Pada umur 7 thn dia sudah tidak mau dimandikan lagi, sudah besar katanya. Bahkan saat dia dikhitan pada umur 10 thn, dia hanya mau didampingi dan diurus almarhum ayah saya. Mama dan saya tidak dia perbolehkan mendampinginya, mengganti perban, bahkan memandikannya; malu katanya, karena kami berdua perempuan.
Bahkan ketika kedua tangannya patah akibat kecelakaan motor 4 bulan yang lalu, saat dirawat di RS dia juga hanya mau dimandikan dan ditolong ke kamar mandi oleh perawat laki-laki. Baru Pada saat sudah diperbolehkan pulang ke rumah dia mau saya mandikan dan saya bantu keperluannya di kamar mandi. Itupun karena saya adalah satu-satunya orang yang ada di rumah selain dia. Awalnya dia juga tidak mau, alasannya malu karena saya perempuan. Mendengar alasannya saat itu saya berkata "mbak memang perempuan tapi saya kan mbak kamu, bukan orang lain; jadi gak usah malu sama mbak, lagian kamu kan juga gak bisa ngapain-ngapain sendiri. Mungkin karena sadar butuh sekali bantuan saya, akhirnya dia bersedia.
Sekalipun dia bersedia, saya merasakan dia malu dan jengah sekali ketika pertama kali saya mandikan. Karena merasa malu dan jengah sekali badannya tegang dan kaku sekali bahkan selama saya mandikan,dia sama sekali tidak mau beradu pandangan dengan saya. Baru setelah beberapa hari saya mandikan dan bantu saat buang air kecil/ besar, dia menjadi terbiasa. Dan pada saat gibs nya sudah dilepas dia pun melakukan segala sesuatunya sendiri lagi.
Setelah itulah kebiasaan telanjang di rumah dimulai. Setiap saat dia telanjang di hadapan saya, saya selalu bilang ke dia "kamu kan udah besar, udah SMA, udah 17 thn, udah akil balik, malu kan telanjang kaya gitu." Dengan santai dia menjawab "malu sama siapa?, di rumah kan cuma ada mbak, mbak kan udah liat semuanya." Apakah kelakuan adik saya normal? apakah adik saya eksebisionist? (tapi yang pasti penisnya tidak pernah ereksi pada saat telanjang di hadapan saya, kecuali beberapa kali saya melihat penisnya ereksi pada saat dia tidur pulas di kamarnya). Apa yang harus saya lakukan, mohon masukan dari Mbak Ade. Terimakasih.
Wassalamu�alaikum Wr Wb.
Jawab:
Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada dua hal yang sering terlupakan untuk diajarkan pada anak-anak kita dan tanpa sadar hal ini terbawa hingga besar. Yaitu, pertama kesadaran untuk menjaga apa yang disebut dengan menutup aurat, semata karena inilah yang diperintahkan dalam Islam.
Islam memandang penting menutup aurat karena hal inilah yang membedakan orang Islam dan orang Kafir. Menutup aurat juga berarti memuliakan diri sendiri dan menjaga diri agar terhindar dari godaan Syaithan yang terkutuk.
Yang harus diberitahukan kepada adik ukhti saat ini adalah memberitahunya bahwa dia harus menutupi auratnya dari siapapun (baik itu saudara kandungnya, orang tuanya, bahkan kelak istrinya sendiri sekalipun). Dia tidak boleh memperlihatkan auratnya begitu saja, kecuali untuk beberapa keperluan yang dibolehkan dalam Islam, seperti untuk keperluan pengobatan.
Aurat pada wanita, meliputi seluruh anggota tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajahnya. Aurat pada laki-laki yaitu apa-apa yang terdapat di antara pusar dan lututnya.
Tentu saja cara efektif memberitahunya adalah dengan mengajaknya ikut dalam pengajian kelompok. Coba cari tempat pengajian yang memungkinkan ukhti dan adik ukhti ikut datang bersama-sama. Ilmu itu memang harus diulang-ulang agar ingat, dan duduk bersama dengan orang yang shaleh akan memantapkan untuk penerapannya. Dengan demikian, selain diberitahu/diajarkan tentang pentingnya menutup aurat dalam Islam, ajak juga adik ukhti ikut pengajian sehingga dia mendengar sendiri bahwa menjaga aurat itu harus dalam Islam.
Hal kedua yang sering lupa untuk diajarkan pada anak-anak kita adalah kesadaran bahwa Allah dan para malaikat-malaikat Allah senantiasa melihat, mengetahui dan memperhatikan serta mencatat apa-apa yang kita lakukan. Baik itu di tempat yang ramai maupun di tempat yang amat sangat sepi sekalipun. Baik itu di tempat yang terang benderang dan lapang, maupun di tempat yang gelap gulita dan amat sangat tersembunyi. Karena itulah, budaya malu untuk melakukan kesalahan, budaya takut untuk melakukan kemunkaran serta budaya berani menegakkan kebenaran menjadi rangkaian budaya yang muncul secara otomatis karena adanya kesadaran bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Pemberi Pertolongan. Inilah yang belum sepenuhnya ada dalam diri adik ukti. Itu sebabnya saya amat sangat menyarankan untuk membawa adik ukhti dan juga ukhti sendiri untuk mulai mempelajari Islam dan mulai aktif ikut dalam kegiatan pengajian.
Betul sekali di rumah hanya ada ukhti, dimana ukhti sudah melihat segalanya dari diri dia, tapi sadarkan lagi (dan terus diingatkan jangan lupa) bahwa bukan Cuma ukhti yang melihat apa yang adik ukhti lakukan tersebut. Ada malaikat-malaikat Allah di samping adik ukhti dan disamping ukhti. Malulah pada mereka. Katakan ini pada adik ukhti.
Demikian jawaban dari saya. Maaf jika ada kesalahan (email saya yang terdahulu hilang, sehingga otomatis saya tidak dapat menulis japri ke email ukhti). Semoga kita semua memperoleh hikmah dari kejadian tersebut.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|