[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Pilih Dicintai atau Mencintai?
Uneq-Uneq - Tuesday, 03 June 2008

Tanya: Assalamuaikum wr. wb.


Mba Ade yang baik,

Perkenalkanlah nama saya Naurah, umur saya 27 tahun. Saya ingin sekali curhat dengan mba Ade, semoga mba Ade bisa membantu saya.

Saat ini saya sedang menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang sebaya dengan saya. Hubungan kami sudah dekat, tapi bukan pacaran, karena kami tau tidak ada pacaran dalam islam. Kami berdua sudah lama saling kenal, mungkin sekitar 5 tahun. Karena kami berada dikota yang berbeda dan kami berdua juga sama-sama bekerja, jadi kami berdua jarang sekali bertemu. Bisa dibilang hanya beberapa kali saja, jadi kalo mau dihitung, dengan jari tangan pun tidak habis. Durasi dari tiap pertemuan itupun sangat singkat, paling lama 4 jam saja, hanya sebatas ngobrol atau bercanda.

Selama ini kami hanya berkomunikasi via telpon, sms, atau email saja. Jika kami sama-sama tidak sibuk, hampir setiap hari kami ngobrol via telpon. Walaupun saya hanya beberapa kali bertemu dengannya tapi bagi saya dia adalah pria berakhlak, bersahaja, baik, pintar, penyayang keluarga, pekerja keras, dan bertanggungjawab. Secara fisik, wajahnya biasa saja/tidak tampan (berbeda dengan pria-pria yang pernah dekat dengan saya sebelumnya). Dia juga bukan berasal dari keluarga yang kaya. Di keluarganya, dia merupakan tulang punggung keluarga, karena bisa dibilang dia yang paling berhasil diantara saudaranya. Bahkan dari sejak kuliah, dia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dan membiayai kuliahnya sendiri dengan bekerja paruh waktu. Baik dalam pergaulan keluarganya ataupun dalam pergaulan sehari-hari (bertetangga atau dikantor), dia termasuk sangat disukai orang karena memang dia orangnya baik, perhatian dan sangat peduli orang lain. Dari segi agamanya pun juga tak kalah baiknya, dia adalah pemuda yang soleh dan byk mengerti tentang islam. Dia juga mengajari saya byk hanya hal tentang agama (khususnya islam), saya senang sekali karena menambah pengetahuan baru ttg agama. Karena byk hal yang belum saya ketahui ttg agama islam, walapun saya dilahirkan dalam keluarga islam, yang saya tahu hanya sebatas pengetahuan yang umum-umum saja misalnya sholat, puasa, dan mengaji. Sejujurnya, saya suka berteman dengannya, saya juga sangat senang ngobrol dengannya, mgkn karena dia pintar dan berwawasan luas sehingga ngobrolpun jadi nyambung. Secara tidak langsung, berteman dengannya bisa menambah pengetahuan saya ttg berbagai hal.Tak sedikit ilmu pengetahuan yang diajarkannya kepada saya. Saat ini dia berniat untuk melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius, sdh beberapa kali menyatakan rasa sayangnya kepada saya dan berniat utk melamar saya. Tapi saya masih ragu pada perasaan saya, apa dia memang jodoh yang disiapkan Allah untuk saya. Walaupun telah berulang kali dia mengutarakan niatnya utk melamar saya, saya selalu dilanda kebingungan dan tidak bisa menerima atau menolaknya. Saya selalu minta waktu berfikir, karena saya sendiri masih bingung terhadap perasaan saya sendiri Karena dia pria yang sangat baik, dia selalu memberikan saya
waktu utk berfikir, karena dia tahu keputusan utk menikah harus dipertimbangkan dengan matang agar tidak menyesal dikemudian hari. Setiap selesai sholat 5 waktu, saya selalu berdoa agar
diberikan petunjuk jika dia memang jodoh yang terbaik utkku. Saya juga pernah sholat istikharoh dengan permohonan yang sama. Tapi mengapa hingga saat ini, saya merasa tak jua
mendapatkan jawaban dari Allah, kenapa saya masih ragu utk menerima niat baiknya utk menikahi saya?? Saya merasaberdosa kepadanya karena selalu mengulur waktu dengan
tidak memberikan kepastian. Apalagi setelah saya baca sabda Rasul (spt dibawah), saya
jadi takut apabila saya menolaknya, tetapi saya juga belum sanggup utk mengiyakannya.
Dari Abi hatim Ra, bahwasanya rasulullah SAW bersabda, Apabila datang kepadaMu seorang lelaki yang kamu sukai agamanya dan akhlaknya, maka kawinkanlah dia. Jika kamu
tidak melakukannya, maka akan timbul kekacauan dan kerusakan di bumi. Para sahabat bertanya, Ya Rasulullah ,meskipun ia seorang yang kurang mampu?? Beliau menjawab,
Apabila datang kepadaMu seorang lelaki yang kamu sukai agamanya dan akhlaknya, maka kawinkanlah dia'' (Beliau mengulang ucapannya hingga tiga kali) (HR. At-Tirmidzi).

Mbak Ade yang baik, sungguh saat ini saya sangat bingung, jawaban apa yang harus saya berikan kepadanya? Bukankah persyaratan utama yang harus kita pertimbangkan dari calon pasangan kita adalah agaman dan akhlaknya (bukan fisik dan meteri)? Saya tau dia adalah pria yang soleh dan berakhlak, tetapi mengapa saya masih tidak bisa memberikan jawaban pasti, �iya� atau �tidak� kepadanya?? Terima kasih mba Ade sdh mau membaca curhat saya. Maaf kalo kepanjangan.

Wassalamualaikum wr. wb.
Naurah

Jawab:

Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ada sebuah anugrah yang tiada tara lezatnya diberikan kepada manusia di atas muka bumi ini. Anugerah itu bernama Cinta. Tak bisa dilihat karena memang tidak ada wujudnya; tak bisa diendus karena memang tidak ada baunya. Tapi dia bisa dirasakan kehadiran dan kepergiannya. Jangan pernah mengharapkan kepergian Cinta segera setelah dia hadir; karena yang ditinggalkannya kelak adalah sebuah rasa sakit akibat kesepian dan kesengsaraan.

Ya. Cinta. Cinta itu, bisa mengubah sebuah perjalanan jauh yang berat lagi melelahkan menjadi terasa ringan dan menyenangkan. Cinta juga bisa memberikan kekuatan hingga kita bisa melakukan banyak hal yang semula tidak terpikirkan atau bahkan mustahil menjadi nyata. Karena Cinta maka perasaan sedih menjadi riang, dan suasana kosong menjadi punya makna. Karena Cinta pulalah maka hujan yang turun terlihat indah bak rontokan intan berlian yang berjatuhan di atas permukaan tanah. Indah. Lalu pelangi yang malu-malu di punggung langit kelihatan begitu menakjubkan. Subhanallah wa Alhamdulillah.

Ukhti Naurah yang dirahmati Allah SWT.
Untuk ukuran ideal yang diinginkan oleh semua orang, maka ketika melangkah ke pelaminan dan selama menjalankan roda perkawinan, adalah menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain. Hal ini berkenaan karena dalam perkawinan itu ada banyak sekali tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh suami dan istri. Baik itu tugas yang berhubungan dengan kebutuhan keseharian, kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan, tugas-tugas ibadah hingga tugas-tugas mengisi kehidupan batin masing-masing pasangan. Semua itu tak mungkin bisa dikerjakan dengan baik jika tidak ada perasaan saling mencintai. Karena Cinta bisa mengubah air mata menjadi tawa, karena cinta bisa menghapus lelah tanpa bekas. Cinta juga bisa menjadi energi bagi tubuh yang letih, dan menjadi tenaga bagi jiwa yang kepayahan. Itu kondisi ideal yang diinginkan oleh semua orang.

Tapi.. kenyataannya, tidaklah melulu seperti itu. Ini karena cinta yang sesungguhnya itu, hadir hanya setelah terjadinya sebuah pernikahan. Cinta sejati itu akan hadir setelah ada ujiannya terlebih dahulu. Cinta seperti inilah yang tidak lagi memandang tinggi kedudukan seseorang, tidak lagi memandang pada paras rupa, tidak juga pada pangkat dan jabatan. Cinta yang sebenarnya itu adalah sebuah kekuatan yang senantiasa ingin memberi tanpa mengharap kembali. Di dalamnya ada ketulusan, kasih sayang, keikhlasan dan kebahagiaan. Ini yang disebut dengan sakinah, mawaddah warahmah. Untuk mendapatkannya ya.... nikah dulu.

Bagaimana dengan kondisi sebelum menikah? Harus saling mencintai dulu atau bagaimana? Ya... nggak mesti. Kalau awalnya kalian sudah saling menyukai lalu saling mencintai, itu bagus. Tapi, kalau ternyata Cuma salah satu saja yang mencintai dan yang satunya lagi tidak.... ya... why not. Hanya saja, jika hal ini ditanya ke saya, saya akan lebih merekomendasikan, pilihlah kondisi dimana si dialah yang lebih mencintai kita, jangan sebaliknya. Kenapa? Karena mencintai itu identik dengan bersedia berkorban; yaitu berkorban untuk yang kita cintai. Atau bahasa yang lebih santunnya, identik dengan senantiasa memberi (yang terbaik) bagi yang kita cintai. Kalau cinta kita yang lebih besar ketimbang cinta si dia.... hm... takutnya suatu hari nanti, ketika datang ujian keikhlasan, kita malah nggak lulus lagi. Ups.... Semoga hal ini tidak terjadi.

Jadi, menurut saya sih, terima saja lamaran temanmu itu. Kurang apa lagi coba dia? Baik agamanya, bersahaja, pintar, ulet, sabar, mandiri, penyayang, enak diajak ngobrol, dll... masalah fisik sih, ya.. semua orang nanti juga bakalan tua, keriput dan beruban alias ujung-ujungnya bakalan jelek-jelek juga (termasuk kamu dan saya loh). Segala sesuatunya di dunia ini tidak ada yang bersifat abadi, jadi, lihatlah pada ibadahnya. Insya Allah jika ibadahnya baik, dia akan membawamu turut serta menuju surga. Tapi yang utamanya juga, temanmu itu amat mencintai kamu (terbukti dari sabarnya dia menunggu keputusanmu). Alasan kedua makanya kamu kalau bisa terima dia dengan segera.... ingat usiamu. Sudah 27 tahun loh. Dateline seorang wanita itu usia 30 tahun. Kalau dah lewat 30 tahun, suka rada-rada susah cari pasangan (kecuali kalau dia mau nerima kondisi apa adanya seperti duda, istri kesekian, dll).

Tentang perasaanmu kedia yang biasa-biasa saja... ya, seperti yang saya ceritakan di atas. Cinta itu insya Allah akan hadir seiring dengan roda perkawinan yang terus berjalan. Berusahalah untuk meniatkan perkawinan ini sebagai wujud pendekatan kepada Allah, sebagai salah satu cara untuk beribadah dalam rangka mencintai Allah dan menjalankan sunnah Rasul-Nya. Insya Allah Allah akan mengkaruniai pernikahan kamu dengan limpahan cinta dan kasih sayang antara kamu dan suamimu, antara kamu dan anak-anakmu dan antara kamu dengan alam sekitarmu.

Demikian semoga bisa membantu kegalauan di hatimu.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved