|
Masa Lalu Suram Perlu diceritakan Tidak? Uneq-Uneq - Sunday, 22 June 2008
Tanya: Assalamualaikum mba ade, saya x, usia 21th, saya dulu punya masa lalu yang suram, saya pernah melakukan zina, tapi alhamdulillah saya blm terlalu jauh walau tetap saya sesali semuanya. Sekarang alhamdulillah saya sudah keluar dari kondisi tersebut, saya sudah bertaubat dan tidak melakukan lagi. Syukur alhamdulillah saya mampu.
Mba ade, saat ini ada seorang lelaki yang mendekati saya. Lelaki tersebut berusia 25th, dan Insya Allah baik dan sholeh, kami sudah saling kenal. Awalnya kami dikenalkan oleh teman kami, niat kami sama-sama ingin mencari jodoh bukan pacaran main-main. Kami saling mengenal satu sama lain dan sudah 1 bulan lebih kami berkenalan, ia pun sudah saya kenali dengan orang tua saya, dan orang tua saya welcome dengan dia.
Mba ade, jujur saya punya perasaan ke dia dan ingin rasanya ia menjadi imam buat saya, tapi mba jauh dalam lubuk hati saya berteriak dan ketakutan akan masa depan nantinya. Semuanya ini berkenaan dg masa lalu saya, yang dahulu pernah digauli. Sampai sekarang saya belum pernah bercerita ttg masa lalu saya dengan siapa pun termasuk ke lelaki tersebut, takutnya dia tidak bisa menerima dengan kondisi saya. Jika ada lelaki yang berniat berhubungan serius dengan saya, saya mempunyai banyak ketakutan, bagaimana malam pertama nantinya? Suami saya akan kecewa nantinya?. Bagaimana seharusnya mba',?? Apakah saya harus bercerita kalau saya sudah tidak perawan lagi pada lelaki yang berniat berhubungan serius dengan saya atau saya pendam saja?? Mohon bantuannya mba. Terima kasih.
Jawab
Assalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Apa yang terjadi pada sehelai pakaian yang terkena percikan darah haid? Pakaian tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk shalat sampai noda percikan darah itu dihilangkan. Ya. Jika percikan darah itu sudah hilang dan pakaian tersebut bersih kembali maka pakaian itu dapat kembali digunakan untu shalat.
Tapi warna pakaian tersebut sudah menjadi kusam karena terkena busa dan sabun. Tidak mengapa. Selama dia bersih dan bebas dari najis maka pakaian itu tetap bisa dipakai untuk shalat.
Tapi model pakaian itu sekarang sudah berubah menjadi tidak indah lagi. Sudah lecek juga permukaan kainnya. Bukan menjadi masalah. Selama dia bersih dan bebas dari najis maka pakaian itu tetap bisa dipakai untuk shalat.
Tidak ada seorang pun jamaah di dalam masjid yang tahu bahwa sebelumnya pakaian yang dipakai oleh kita adalah pakaian bekas yang terkena najis. Sebaliknya, Tidak ada seorang juga yang tahu bahwa pakaian yang kita kenakan ini adalah pakaian yang benar-benar masih baru dan mahal. Mengapa? Karena syarat yang dibuat Islam bukanlah bersifat fisik, tapi pada kondisi yang amat mudah, yaitu bersih dan terbebas dari najis.
Demikianlah perumpamaan untuk diri kita. Jika kita seorang muslim atau muslimah sejati maka tunjukkanlah hal itu dengan perilaku yang terpuji, akhlak yang terjaga, dan perbuatan baik yang kontinyu serta ikhlas karena Allah. Jangan lagi dipikirkan bahwa dahulu pernah berbuat bejat, sekarang sudah tidak perawan, dahulu pernah berbuat hina dan sekarang merasa cacat. Lupakan dan tinggalkan pikiran kerdil ini. Kita harus yakin bahwa janji Allah bersifat pasti. Tugas kita adalah istiqamah (=tetap berada) untuk senantiasa menjadi Muslim atau Muslimah yang baik dan sejati.
Lalu bagaimana dengan kejujuran pada pasangan kita tentang masa lalu yang buruk tersebut?
Ukhti� Teruslah mendekatkan diri pada Allah di setiap waktumu. Dirikan shalat dan lakukanlah dialog dengan Allah dengan penuh kekhusyuan. Menurut saya, Allah jualah yang memiliki kekuasaan untuk menutupi ataupun membuka aib kita di hadapan manusia lain. Jika memang tidak terungkap aib itu, mengapa kita harus membukanya dengan sukarela? Jangan terlalu cepat membuka aib sendiri di depan orang lain. Jika memang tidak perlu dibuka, ya tidak usah dibuka. Belum pasti juga kok calon suami tahu keadaan kita di malam pertama itu. Bukankah segala sesuatunya itu akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Jika memang disulitkan cara untuk menceritakan hal itu, bisa jadi ini merupakan petunjuk dari Allah bahwa kita tidak harus membukanya. Tapi jika ternyata amat mudah cara untuk menceritakan hal itu (mungkin secara langsung atau lewat kejadian-kejadian kebetulan); bisa jadi Allah punya rencana lain sehingga kita memang ditakdirkan untuk menceritakan aib kita pada orang lain tersebut. Untuk itu, perbanyaklah dzikir dan permohonan ampun pada Allah. Berdialoglah dengan Allah agar diberi kemudahan untuk menjalankan apa yang terbaik bagi diri kita dan bagi agama kita. Dirikanlah shalat istikharah. Lebih dari itu, teruslah bertaubat, ber-hijrah dan beramal baik ikhlas karena Allah. Karena pada akhirnya, hanya kepada Allah-lah kita semua akan kembali. Dengan kata lain, fokus dulu pada diri sendiri, pada pertaubatan yang terus menerus dan pada usaha memperbaiki diri dan menabung amal kebajikan untuk bekal menuju akherat. Perkara lainnya, jangan jadi penghalang untuk meragukan kuasa Allah dan sifat Alalh yang Maha Pengampun dan Maha Mengetahui yang terbaik bagi diri kita.
�Tidakkah kalian memperhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang di langit dan apa yang dibumi, serta menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya, lahir dan batin?� (Luqman: 20)
�Dan, jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah kalian dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).� (Ibrahim: 34)
Dari Anas r.a , dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: �Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, andaikan kalian melihat apa yang kulihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.� Mereka bertanya, �Apa yang engkau lihat wahai Rasulullah?� Beliau menjawab, �Aku melihat surga dan neraka.� ( Diriwayatkan Muslim dan Abu Ya�la).
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|