[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Suamiku Berselingkuh
Uneq-Uneq - Friday, 11 July 2008

Tanya: Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh
Mbak Ade, saya perlu teman bicara. Saya dan keluarga tinggal di kota X. . Saya dan suami sudah menikah 7 tahun dan sudah dikaruniai 1 orang putra. Masih hidup menumpang dirumah mertua saya. Sebelum menikah saya dan suami sudah bekerja. Setelah menikah suami tidak pernah memberikan nafkah lahir, sampai anak lahir pun tetap tidak memberi tanpa alasan yang jelas, Walaupun sudah saya minta. Sampai akhirnya ketika anak saya berumur 2 tahun suami berhenti bekerja.

Setiap support, nasehat dan ide supaya suami dapat bekerja kembali, selalu dianggap angin lalu. Suami saya begitu tertekan, dan selalu merasa saya terlalu banyak menuntut dan tidak memahami. Disisi saya, saya menganggap suami saya tidak bertanggung jawab, suka menyalahkan orang lain, tidak percaya diri, dan suka menceritakan masalah kami pada keluarganya, Suami saya selalu lebih memilih membantu keluarganya dibanding membantu saya dalam mengurus anak misalnya.

Akhirnya pertengahan tahun 2007 suami ditawari bekerja di kota XX, suami menerima tawaran tersebut. Ternyata hari kedua suami saya berkerja, dia sudah menjalin affair dengan teman sekantornya (Y, sudah mempunyai suami dan anak). Hubungan tersebut tidak berlanjut karena Y takut bila suaminya mengetahui hubungan tersebut seminggu kemudian Y resign. Suami saya pun hanya bekerja selama satu bulan, karena setelah itu pemilik perusahaan tidak mempekerjakan lagi suami saya. Saat itu saya tidak mengetahui adanya hubungan tersebut.

Selang 1 bulan setelah hubungan tersebut bubar, suami saya �dikejar� dan tergoda lagi oleh perempuan lain (YY, sudah hajjah dan mempunyai suami dan anak) yang sejak sebelum menikah memang menyukai suami saya, hubungan mereka memang baru sebatas sms dan telepon mesra. Perlu diketahui YY adalah karyawan sebuah perusahaan O, dimana perusahaan O tersebut adalah mitra dari perusahaan tempat saya bekerja, jadi YY tahu persis siapa saya dan siapa suami saya, perlu diketahui pula selama kami kenal, dalam hal pekerjaan YY seringkali membuat masalah dengan saya.

Setelah sekitar satu bulan hubungan suami saya dengan YY, tanpa sengaja saya membaca sms mereka, akhirnya saya tahu hubungan tersebut tapi suami saya menyembunyikan identitas YY dan menggantinya dengan nama XY (selama mereka berhubungan YY selalu berpesan jangan sampai saya tahu hubungan itu). Kemudian suami berjanji untuk tidak lagi berhubungan dengan perempuan tersebut. Saat itu suami saya langsung mengirimkan sms pemutusan hubungan pada YY, yang tidak disangka sms tersebut diketahui oleh suami YY (LL), Saat itu, setiap kali saya menanyakan apakah �XY� masih berkirim sms, suami saya selalu mengatakan tidak ada.

Belakangan saya mengetahui bahwa LL sangat marah pada suami saya, karena suami saya tidak terima dengan fitnah YY yang mengatakan bahwa suami saya yang yang mengejar YY, maka semua sms YY diperlihatkan pada LL, dan akhirnya LL mengetahui bahwa YY �bermasalah� karena setelah diketahui LL pun YY masih terus mengejar suami saya (sementara YY sudah berjanji pada LL tidak akan berhubungan lagi dengan suami saya) dan �konon� suami saya tidak pernah merespon bila YY menghubungi.

Feeling saya mengatakan bahwa suami berbohong dan 3 bulan sejak saya mengetahui hubungan suami saya dengan �XY�, saya menemukan buku harian suami saya yang berisi petualangannya dalam mencari perempuan dari sebelum menikah sampai rincian hubungan yang terjadi dengan Y. Dengan bukti itu saya bersikap seolah belum membaca buku harian tersebut, saya tanyakan apakah perempuan itu Y ataukah YY, suami saya masih berbohong dan mengatakan bahwa perempuan itu XY. Kemudian saya membeli no. HP baru, yang saya pergunakan untuk mengirim sms pada suami saya yang menggambarkan seolah-olah bahwa yang berkirim sms tersebut adalah Y. sms tersebut berisi ancaman akan menceritakan hubungan antara Y dan suami saya pada saya, disisi lain saya pun berbohong pada suami seolah-olah Y memeras saya melalui sms. Yang paling gila, saya menyampaikan gossip pada suami bahwa ada teman saya yang sangat menginginkan saya meminta seorang wanita untuk menggoda suami saya dan wanita tersebut menerima imbalan menginap di hotel ditemani satu orang laki-laki hidung belang, dan wanita tersebut adalah pegawai di perusahaan tempat suami saya bekerja.

Akhirnya dengan menangis suami saya mengakui kedua hubungan tersebut dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Suami juga menceritakan bahwa sebenarnya XY itu adalah YY. Setelah itu suami saya terlihat sangat menyesali perbuatannya dan akhirnya berusaha bekerja serabutan, katanya ingin memperbaiki diri.

Setelah semuanya jelas, saya ingin meminta YY untuk berhenti mengganggu keluarga kami, karena saya mengetahui sifat YY yang sangat emosional, saya ingin menegur YY dengan cara yang baik tapi cukup membuat dia malu dan jera. Saya melakukan komunikasi dengan YY tapi saya berbohong lagi. Saat itu , saya jelaskan pada YY, saya dan suami meminta maaf karena dari awal YY sms, saya yang membalas semua sms tersebut dan memang meminta suami saya untuk meladeni telepon dari YYi semata karena ingin tahu isi hati YY pada suami saya, saya juga memohon pada YY untuk bisa lebih menjaga harga dirinya sebagi seorang wanita muslim, seorang istri dan seorang Hajjah, YY sangat marah dan menuduh suami saya �penyakitan�. Beberapa hari kemudian saya dan suami bertemu dengan suami YY, lagi-lagi berbohong, kami katakan kami meminta maaf sudah mengganggu ketentraman keluarga YY dan LL, semua kami lakukan karena ingin memberi pelajaran kepada YY supaya YY tidak lagi mengganggu keutuhan keluarga manapun, suami YY memaafkan kami dan menjelaskan sebetulnya ini bukan kali pertama YY membuat masalah dalam keluarganya, seringkali YY meminta bercerai tanpa alasan yang jelas (pernah bersidang di Pengadilan Agama dan PA tidak mengabulkan perceraian tersebut) dan YY sering melakukan kekerasan fisik pada anak dan suaminya. Dari teman-teman YY pun akhirnya saya mengetahui bahwa YY sering menggoda laki-laki lain. Sampai detik ini nampaknya YY sudah berhenti menghubungi suami saya.

Tidak cukup sampai disitu, tanpa sepengetahuan suami, saya mencari keberadaan suami Y (KK), akhirnya saya mengetahui no. HP KK dari internet (bekerja di perusahaan W), kemudian saya menyampaikan apa yang tertulis di buku harian. KK menuduh saya memfitnah, kemudian saya kirimkan barang bukti yang telah diberikan Y pada suami saya berupa VCD porno, buku-buku, photo dan copy buku harian. Dengan desakan KK, Y kemudian meminta maaf pada saya karena sudah mendengarkan curhatnya suami saya pada dia, tapi tidak mau mengakui sudah melakukan apa yang tertulis dibuku harian dan memohon ampun pada saya untuk menghentikan semua ini karena suaminya masih sakit baru keluar dari ICU. Kemudian saya ceritakan pada suami saya bahwa saya sudah menghubungi KK, dan saya meminta suami saya untuk memohon maaf pada KK atas apa yang suami saya lakukan, kemudian suami saya meminta maaf pada KK, walaupun akhirnya suami saya menuduh saya ingin mempermalukan dia didepan KK dan menuduh KK akan melaporkan hubungan tersebut pada pihak berwajib.

Saya memang tidak mendapatkan apa-apa dari tindakan saya tersebut selain kepuasan sudah membuat YY dan Y tidak nyaman. Walaupun suami saya sudah terlihat mengalami peningkatan keimanannya, lebih memperhatikan keluarga kami dan mulai membantu saya mengurus anak dan rumah., namun hati saya tetap sulit untuk menerima dengan ikhlas semua ini, saya selalu berpikir untuk bercerai, karena saya tidak melihat hal yang bisa kami pertahankan, perlindungan financial, rasa aman dan rasa nyaman, tidak didapat dari keluarga ini. Saya masih merasa bahwa dibelakang saya suami saya masih menjalin hubungan dengan perempuan-perempuan itu.

Dipihak saya, dalam beratnya beban masalah ini, saya mencari teman lama (LK, laki-laki) dan berhasil menemukannya ternyata dia belum menikah, saya tidak pernah menceritakan kondisi keluarga padanya. Hubungan kami hanya sebatas email dan tidak ada tendensi kearah negative, tapi saya akui hati saya merasa nyaman saat menerima emailnya, walaupun emailnya hanya berupa artikel-artikel umum. Suami saya rupanya mengendus perubahan sikap saya, saat LK berkirim sms berisi ucapan selamat tahun baru, suami saya langsung menelepon dan menuduh LK hendak memperuncing masalah yang ada dikeluarga kami.

Apa yang harus saya lakukan Mbak Ade ? saya mendapat ketenangan saat saya melakukan sholat, pada Allah saya memohon ampun atas semua dosa-dosa saya, saya memohon diberikan keluasan hati dalam menerima takdir ini, saya memohon ditunjukan jalan yang terbaik, saya memohon perlindunganNya dari godaan setan. Tapi sulit sekali menghilangkan pikiran bahwa suami saya masih berhubungan dengan perempuan-perempuan itu, walaupun sesungguhnya hati kecil saya tidak peduli bila hubungan ini masih terjadi, karena itu akan memudahkan saya untuk meninggalkan suami.
Saya tidak berani menceritakan semua ini pada keluarga saya atau keluarga suami saya mbak, saya sudah terlanjur berjanji bahwa masalah keluarga tidak akan saya beberkan pada siapapun, tapi saat ini saya tidak kuat mbak, tolong saya mbak.

Wassalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh

Jawab:
Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ada sebuah tebing yang curam. Jika kita melihat ke arah sisi jurang tersebut, terdapat buaya-buaya yang ganas yang berenang di aliran air yang dalam. Berjejer mereka mengangakan mulut lebarnya. Gigi taringnya terlihat mengkilat karena tajam terasah. Di pinggir dinding tebing tidak ada dahan pohon untuk berpegang. Yang ada hanya lubang-lubang kecil tempat ular membuat sarang. Sungguh menyeramkan. Tapi marilah melihat ke sisi dataran yang luas terbentang di sisi lain bibir tebing. Ada padang rumput yang hijau terbentang. Di kejauhan terlihat pula taman yang indah dan pemukiman yang berderet. Rasa aman dan nyaman terasa hingga kejauhan. Sungguh sebuah dua sisi yang saling bertolak belakang.

Kanak-kanak berlarian riang gembira di dalam taman. Para orang tua tersenyum melihat mereka. Sesekali kanak-kanak tersebut berlari terlalu jauh hingga mendekati pinggir tebing yang menjorok ke jurang. Dengan cepat para orang tuapun memberi peringatan. �Jangan dekati jurang tersebut nak. Berbahaya.� Satu dua orang anak memandang tidak percaya. Dalam benak mereka, tersembul sebuah pertanyaan. Apakah masih berbahaya jika hanya berjalan di bibir tebingnya saja dengan hati-hati? Apakah berbahaya jika hanya menikmati pemandangan yang menyeramkan di bawah jurang sana dengan cara berjongkok di bibir tebing jurang? Para orang tua tetap tidak mengijinkan. Kedua kegiatan tersebut tetap sama bahayanya.

Demikianlah yang terjadi pada episode kehidupan ukhti saat ini. Apa yang ukhti lakukan saat ini, adalah sebuah kegiatan yang amat berbahaya. Ukhti ibarat sedang berjalan dengan sangat hati-hati di bibir tebing jurang. Berbahaya ukhti, sangat berbahaya.

Ada sebuah istilah untuk apa yang ukhti rasakan saat ini. Namanya Hasad. Yaitu, perasaan senang jika melihat orang lain ikut menderita dan sekaligus perasaan tidak senang jika melihat orang lain berbahagia dan selamat sedangkan diri tidak. Hasad itu kelanjutan dari dendam. Dendam itu kelanjutan dari Iri dan dengki. Iri dan dengki itu kelanjutan dari perasaan tidak ikhlas. Hasad memang musuh utama ikhlas.

Saya bisa mengerti bagaimana rasa sakit hati yang ukhti rasakan. Suami tidak bertanggung-jawab, eh, sekalinya memperoleh kesempatan malah berselingkuh dengan orang lain. Sebuah perselingkuhan memang sebuah kesalahan yang amat sulit dimaafkan oleh semua pasangan yang saling menyintai. Sebuah rasa ikhlas yang benar-benar tuluslah yang akan bisa menghapus rasa sakit hati karena perselingkuhan tersebut. Itu sebabnya saya senang karena ukthi masih merasakan sebuah ketenangan ketika sedang shalat. Artinya., ada sebuah rasa sesal dan perasaan bersalah pada Allah atas apa yang telah ukhti lakukan pada orang lain. Meski jika ingin jujur pada diri sendiri, rasa tenang itu hadir karena sebuah pengakuan, bahwa ternyata di dunia ini tidak ada yang bersifat abadi dan kekal kecuali Allah Ta�ala. Cinta yang harum semerbak di kala muda, kini sirna tanpa bekas. Kekasih yang dahulu dipuja ternyata kini mengecewakan. Kehidupan yang dulu terasa indah ternyata tidak bertahan lama. Harapan yang dulu melambung, kempis hingga rapat. Pada akhirnya, hanya Allah Ta�ala-lah yang Maha Kekal dan semuanya memang kembali pada Allah.

Ukhti yang dirahmati Allah. Saya ingin mengajak ukhti memanfaatkan perasaan tenang yang ukhti miliki saat ini untuk bertobat dan semakin memasrahkan diri pada Allah. Ambil wudhu dan dirikan shalat sunnat dua rakaat kemudian berdoalah dengan penuh permohonan agar hati ukhti dibersihkan dari segala macam rasa hasad, iri , dengki,sombong dan minta bantuan Allah agar mengganti hati ukthi dengan hati yang penuh keikhlasan. Minta bantuan Allah agar ukhti menjadi hamba Allah yang gemar melakukan ibadah dan gemar melakukan kebajikan. Itu langkah pertama yang harus ukthi lakukan, selagi perasaan tenang ketika shalat masih bisa ukhti rasakan. Lalu lanjutkan dengan perbanyak dzikir dan shalat malam serta mengaji Al Quran. Baca Al Quran dengan penuh kekhusyuan dan baca pula artinya. Resapi artinya hingga ukhti mengerti apa yang sedang ukhti baca.

Mengapa saya menyarankan langkah pertamanya itu dahulu? Karena, jika langkah pertama ini tidak ukhti lakukan, maka sifat hasad dalam diri ukhti akan semakin berjaya menguasai diri ukhti. Pada akhirnya semakin banyak hal-hal yang menyesatkan yang akan ukhti lakukan. Pada akhirnya, rasa hasad ini akan menggiring ukhti menjadi seorang muslimah yang tidak dapat mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Seorang yang tidak pandai bersyukur maka dalam hatinya yang ada hanyalah perasaan sombong, tidak pernah puas dan tanpa terasa akhirnya mengingkari keberadaan Allah Ta�ala hingga berakhir pada perbuatan yang justru dilarang oleh Allah SWT.

Suami pernah berselingkuh dengan beberapa wanita bagaimana ceritanya? Saya melihat masalah ini adalah masalah yang bermula dari ketidak harmonisan hubungan suami istri. Bermula dari keengganan suami memberi nafkah lahir.

Mari lihat kemungkinan perspektif suami ukhti. Kalian hidup menumpang di rumah mertua. Artinya, dalam benak suami, segala sesuatunya sudah otomatis tercukupi. Mulai dari makanan, tempat tinggal, tidak perlu bayar tagihan dan sebagainya. Atas dasar perspektif tersebut, maka suami pun lebih memperhatikan kebutuhan si tuan rumah, dalam hal ini orang tuanya. Jika ada rezeki dia memberi pada orang tuanya, karena mungkin menurut dia orang tuanyalah yang mengelola keuangan sehari-hari, untuk membeli makanan, bayar tagihan, bayar pajak, dan sebagainya. Kesalahan suami dalam hal ini adalah dia lupa bahwa dia harus adil terhadap istri dan anaknya. Biar bagaimanapun, istri dan anak tetap punya keperluan pribadi yang bisa jadi sungkan dimintakan ke orang tuanya. Nah, kesalahan ukhti adalah, ukhti terlalu menyudutkan suami dengan tuntutan dan tuduhan. Benar memang suami harus diingatkan dan dinasehati tapi�. Umumnya, para suami (mewakili para lelaki) tidak senang jika diperlakukan sebagai seorang yang salah dan pecundang. Biar bagaimanapun, rasa ego seorang lelaki, menyebabkan dia ingin diperlakukan sebagai seorang yang punya kelebihan dan memang dibutuhkan. Itu sebabnya, menurut saya, Kekuatan seorang perempuan dalam menghadapi laki-laki itu bukan dengan cara mengimbangi kekuatan laki-laki tersebut di semua bidang; kekuatan seorang perempuan dalam menghadapi laki-laki itu justru dengan tetap menjadi seorang perempuan yang punya kelemahan..

Coba lihat Samson yang perkasa, akhirnya jatuh tak berdaya di tangan Delila yang menggodanya dengan seluruh aura kewanitaannya. LIhat Julius Caesar yang berkuasa, pada akhirnya tidak berdaya juga di tangan Cleopatra yang cantik dan lemah gemulai. Ini memang cuma cerita tapi inilah kenyataannya. Itu sebabnya ada laki-laki yang senang dengan gadis muda; karena gadis muda belum punya pengalaman dan sebagai seorang laki-laki dia menjadi merasa memperoleh kejayaannya kembali sebagai seorang laki-laki. Punya kelebihan dan merasa dibutuhkan.

Merengek manja pada suami minta sesuatu itu boleh kok. Yang tidak boleh itu meminta dengan cara keras atau sindiran tajam. Meminta bantuan dengan manja dan manis kadang menghidupkan cinta yang mulai hambar dan meluluhkan hati yang sedang keras ( jadi ingat iklan teh sariwangi ..hehehe�). Jangan pernah merasa sudah perkasa untuk bisa melakukan segala sesuatunya. Juga jangan pernah merasa sudah berkedudukan lebih tinggi darinya. Dan satu lagi, jangan pernah memperlakukannya sebagai seorang murid yang bersalah hingga perlu diingatkan berkali-kali dengan nada keras atau sindiran tajam. Lakukan segala sesuatunya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Itulah sifat kewanitaan yang diberikan Allah Ta�ala pada kita. Hati yang keras hanya bisa dilawan dengan kelembutan dan kasih saying. Terlebih sekarang suami mulai terlihat melakukan perubahan.

Tapi, jika memang keadaan sudah tidak bisa diperbaiki lagi, maka perceraian tentu sudah menjadi pilihan terakhir.

Dengan demikian, ukti punya dua pilihan sekarang. Memperbaiki diri (terlebih dahulu) lalu memperbaiki komunikasi dengan suami dan dilanjutkan dengan memperbaiki kondisi rumah tangga secara keseluruhan, atau pilihan terakhir, bercerai.

Sebenarnya, saya amat berat mengajukan saran untuk bercerai. Cerai itu adalah sesuatu yang dihalalkan tapi dibenci oleh Allah SWT. Tapi jika melihat apa yang ukhti lakukan sampai sejauh ini (ukhti menjadi pribadi yang hasad, mulai menikmati perbuatan berbohong, mulai mencari sandaran hati pada lelaki lain, mulai sulit untuk menjadi seorang istri yang bersyukur), saya lebih cenderung untuk menyarankan bercerai saja. Mungkin dengan bercerai ukhti bisa menjadi seseorang yang lebih baik. Kecuali jika ukhti bertekad untuk memperbaiki diri sekuat tenaga, lalu memperbaiki komunikasi dengan suami dan memperbaiki rumah tangga ukhti, maka hindarilah perceraian.

Kedua pilihan di atas muaranya satu. Bersediakah ukhti membuka lembaran baru? Hanya ukhti yang bisa merenungkan dan menemukan jawabannya. Dirikanlah shalat istikharah ketika hati telah diliputi kepasrahan dan kekhusyuan. Minta bantuan Allah kemana kecenderungan pilihan itu terarah.

Maaf tidak dapat membantu karena saya sendiri juga punya banyak sekali kekurangan dan keterbatasan. Hanya Allahlah tempat berlindung dan Maha Pemberi Pertolongan.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved