|
Seks Bebas Yang Membawa Penyesalan Uneq-Uneq - Friday, 01 August 2008
Assalamualaikum wr wb.
Dear Mba Ade,
Saya mempunyai masa lalu yang sangat kelam. Waktu umur 22 tahun saya berpacaran dengan seorang pria dan untuk pertama kalinya saya melakukan hubungan seks. Dan kemudian saya hamil, karena kami berbeda negara dan tidak mungkin menikah maka saya menggugurkan kandungan saya. Dalam satu tahun 2 kali saya melakukan pengguguran itu. Astafirullah.. saya sangat menyesal sekali kalau saya mengingat masa lalu itu. saya melakukan itu karena kami memang tidak mungkin menikah karena banyaknya perbedaan di antara kami. Kemudian kami putus dan saya tidak pacaran sampai hampir 3 tahun.
Kemudian saya bertemu dan pacaran dengan seorang laki2. Saya menerima dia karena saya tahu bahwa dia termasuk pria yg taat beribadah dan imannya baik (ditambah beberapa bulan kemudian dia juga akan menunaikan ibadah haji). Kemudian dia mengajak saya menikah. Tapi sebelum itu saya menceritakan masa lalu saya dan Alhamdulillah dia mau menerima saya apa adanya. Dia juga bercerita kalau dia belum pernah melakukan hubungan seks dengan wanita tapi dulu sering melakukan masturbasi. Kemudian dia mengajak saya untuk menikah dengannya. Saya belum memberikan jawaban yang pasti dan hanya tersenyum saja (karena saya masih bingung dengan perasaan saya terhadap dia). Tapi setelah beberapa bulan pacaran, dia malah mengajak saya melakukan hubungan seks (dengan alasan ingin tau rasanya dan sebelum dia menunaikan ibadah haji) . Masya Allah.. saya sangat terkejut sekali dgn permintaan dia itu. Tapi karena saya sayang dia, saya mengikuti saja kemauan dia dan "terjadilah". Kemudian dia menunaikan ibadah haji, dan pada hari pertama saya menjemputnya dan sedang di rumahnya, alangkah terkejutnya saya karena dia tiba2 memeluk saya dan sangat ingin melakukan hubungan seks kembali dengan saya . Hati saya hancur seketika mba.. Saya selalu berharap dengan menerima dia sebagaai pacar saya, maka saya akan terhindar dari segala perbuatan maksiat. Tapi kenyataannya saya masih melakukan perbuatan itu. Dan beberapa minggu setelah itu, dia "mengajak" saya kembali dan saya selalu lemah karena tidak bisa menolaknya. Tapi beberapa minggu setelah itupun sikap dia mulai berubah kepada saya. DIa bilang masih sayang kepada saya, tapi dia sedang tidak lagi mempunyai keinginan untuk menikah. Saya sedih sekali mba.. Karena saya sudah tidak kuat, maka saya minta putus. Saya sangat tidak percaya. Padahal pacar saya itu termasuk orang yg sangat taat beribadah dan selalu mengikuti pengajian di sana sini yang biasanya diadakan oleh perkumpulan keagamaannya.
Saya sangat ingin menenangkan pikiran saya. Dan belakangan saya sedang mempertimbangkan untuk memakai jilbab. Bukan karena saya patah hati. Tapi karena saya lebih merasa tenang kalau pakaian saya tertutup semua. Mba, apa yg harus saya lakukan setelah ini ? Mba, apakah dosa-dosa saya akan diampuni oleh Allah SWT ??? Saya sangat takut sekali karena semua yg pernah saya lakukan adalah termasuk dosa besar. Saya merasa tidak punya harga diri lagi dan juga tidak punya kepercayaan diri untuk dekat dengan laki-laki lain kembali. Lalu apakah saya harus berterus terang ttg masa lalu saya itu dengan laki-laki yang kelak akan menikahi saya ?.. Karena saya takut kejadian itu akan terulang kembali. Mohon jawaban dan bimbingannya .. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr wb.
Jawab:
Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Terus terang, beberapa kali saya menarik napas panjang membaca uneg-uneg darimu. Beberapa waktu yang lalu, saya ada membalas uneg-uneg dari sahabat muslimah selain diri ukhti tentang perlu tidaknya berterus terang tentang keperawanan yang telah hilang pada calon suami. Beberapa tanggapan masuk. Semua menghendaki agar lebih baik terus terang secara terbuka. Meski begitu, saya tetap pada prinsip saya. Yaitu bahwa jika Allah sudah menutupi kekurangan kita, maka tidak usahlah kita berinisiatif membukanya secara terbuka. Rajin beribadah dan terus mendekatkan diri pada Allah SWT adalah kuncinya. Kelak, ketika sebuah rahasia harus terbuka maka Allah akan melindungi kita dengan menciptakan sebuah situasi yang kondusif untuk hal itu terjadi sehingga Insya Allah kita terhindarkan dari kondisi yang tidak diinginkan. Untuk itu, memang diperlukan sebuah kesabaran yang amat sangat luar biasa. Sabar dalam usaha yang terus-menerus mendekatkan diri pada Allah SWT, Sabar memanage emosi agar tetap dapat menjadi figure muslimah yang baik. Sabar menjaga mulut agar tidak tercetus kalimat yang merugikan diri sendiri. Serta sabar untuk terus berbuat yang terbaik bagi pasangan kita. Demikian pula untuk kasus ukhti. Sekali lagi saya akan katakan, bahwa tidak semua hal harus diceritakan pada pasangan kita, apalagi jika statusnya masih sebagai calon. Terlarang bagi orang beriman membuka aib diri sendiri dan aib orang lain. Kecuali, jika kondisinya memang sudah amat kondusif untuk berterus terang. Untuk mencapai kondisi yang kondusif itu diperlukan kesabaran yang amat sangat luar biasa.
Tapi, letak inti masalah yang sedang ukhti alami saat ini, menurut saya, bukanlah terletak pada perlu tidaknya berterus terang pada calon pasangan yang akan menikahi kita. Khusus untuk kasus ukhti saja, saya justru menyarankan untuk lebih baik berterus terang pada calon pasangan, beberapa saat setelah dia memastikan akan menikahi ukhti. Tidak usah diceritakan seutuh yang ukhti ceritakan di uneg-uneg ini. Cukup katakan bahwa dulu saya pernah khilaf sehingga sudah tidak perawan lagi. Setelah itu stop. Jangan katakan berapa kali melakukan itu. Jangan katakan dengan siapa saja lelaki yang pernah singgah tersebut. Jangan katakan permainan seks seperti apa saja yang telah ukhti lakukan. Jangan katakan berapa kali ukthi melakukan itu dan terutama sekali jangan pernah katakan bagian mana yang paling enak. Sungguh, siapapun kecuali mereka yang memang bejad akhlaknya dan kotor pula pikirannya, akan merasa jijik dan akan memandang rendah pada ukthi. Dan ini berlaku untuk semua muslimah yang pada akhirnya harus berterus terang pada pasangannya. Simpanlah semua bagian yang penuh dilumuri aib ini di dalam hati saja. Bawalah hingga ke liang kubur dan pertanggung-jawabkanlah disana seorang diri. Jangan pernah secara detail menceritakan aib ini, meski pada pasangan halal (suami) kita sekalipun. Setelah berterus terang, lalu minta dia untuk berpikir apakah kebulatan hatinya tidak berubah karena hal itu. Ketika dia sedang berpikir itu, yang harus ukhti lakukan adalah Tidak boleh menampakkan perilaku takut ditinggalkan oleh sidia. Tidak boleh menampakkan perilaku takut kehilangan sidia. Tidak boleh berperilaku sebagai wanita murahan yang gampang ditiduri. Karena, ini hanya akan menguatkan kesan bahwa ukhti tidak pernah berubah dari perilaku buruk yang terdahulu. Juga sebagai penanda bahwa sebenarnya taubat yang ukhti lakukan hanyalah sebuah kamuflase. Sebaiknya yang harus ukhti lakukan ketika dia sedang berpikir itu adalah Shalat dan terus memanjatkan doa agar Allah SWT berkenan memberi yang terbaik bagi ukthi dalam berumah tangga, MIntalah pada Allah SWT agar ukhti dapat senantiasa kuat untuk bersikap (istiqamah) agar tidak kembali melakukan kesalahan yang telah lampau. Ukhti juga harus menerapkan secara trus menerus, menjaga kebulatan hati dan kebulatan sikap untuk senantiasa menjauhi semua larangan Allah SWT; seperti tidak membuka aurat; tidak berdua-duaan; tidak berbicara atau bersikap yang menjurus kearah terjadinya perilaku seks diluar nikah alias perzinahan. Untuk melakukan ini semua, memang akan terjadi gejolak batin yang amat dasyat. Tentu saja akan hadir perasaan takut kehilangan dan takut ditinggalkan. Gatal pula mulut ini untuk bercerita lebih jauh, apalagi ketika si dia bertanya lebih detail (tapi jangan pernah terpancing untuk bercerita lebih detail). Amat wajar juga jika hadir perasaan rendah diri dan merasa diri lebih kotor dan hina. Tapi, tidak usah diperbesar semua rasa ini. Semua manusia sama kedudukannya di depan Allah SWT, kecuali ketakwaannya. Jadi, yang perlu dilakukan sekarang bukanlah menghukum diri sendiri secara terus menerus dan memposisikan diri sebagai seseorang yang hina selamanya. Yang harus dilakukan sekarang adalah memperbaiki diri dan ketakwaan detik demi detik agar terus menjadi lebih baik dan lebih takwa lagi. Terus saja dekatkan diri pada Allah SWT. Hanya Allah-lah yang Maha Pemberi Perlindungan. Tempat sandaran hati yang tidak pernah rapuh.
Inilah yang sebenarnya menjadi pokok masalah ukhti. Yaitu, ukthi rapuh sekali dalam melakukan taubat. Ukhti terlalu merasa bahwa diri ukhti hina sehingga siapapun yang berminat dengan ukhti adalah seseorang yang super sehingga perlu diberi hadiah (reward) berupa penghambaan diri padanya. SALAH. Salah ukthi. Ini pikiran yang amat sangat salah. Hanya kepada Allah-lah kita menghamba, memohon, berterima kasih dan berbakti. Jadi, solusi masalah dasar ukhti adalah, melakukan taubat yang sesungguhnya. Cobalah dirikan shalat dengan khusyu, yang wajib maupun yang sunnah. Terutama, dirikanlah shalat malam. Baca Al QUran dan terjemahannya. Perbaiki bacaan Al Quran agar kenikmatan membacanya bisa ukhti rasakan membawa ketenangan dan kerinduan untuk mengusir rasa galau (kalau perlu panggil guru mengaji atau ikut kursus baca Al Quran). IKuti majelis-majelis ilmu Islam (bergaullah dengan orang shaleh yang benar-benar shaleh. Mereka biasanya berada di dalam majelis-majelis pengajian atau perkumpulan masjid. Tapi jangan pernah bergaul hanya dengan satu orang yang berlain jenis saja, meski dia shaleh sekalipun. Nanti yang ketiganya syetan.)
Demikian saran dari saya. Mohon maaf jika ada kesalahan atau ketersinggungan atau jika ternyata tidak berkenan.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|