[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Jika Punya Calon Ipar Non Muslim
Uneq-Uneq - Thursday, 13 November 2008

Tanya: Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Mbak ade anita, saya sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan dengan seorang ikhwan muslim pilihan saya.
Keluarga calon saya sebagian non muslim (katolik) yang menurut saya, mereka baik & menghargai perbedaan ini. Yang ingin saya tanyakan, Bagaimanakah saya menyikapinya agar tidak salah & bagaimanakah Rasulullah mencontohkannya, mengingat paman beliau dulu adalah non muslim juga.
Terimah kasih mbak.
Wassalam.


Jawab:

Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Sebelumnya, selamat ya buat kamu atas rencana pernikahannya. Semoga rencana pernikahan tersebut bisa berlangsung dengan suksek dan penuh kemudahan. Semoga juga kelak perkawinan kamu menjadi sebuah perkawinan yang menjadi pintu bagi berdirinya sebuah rumah tangga yang sakinah, mawwadah warahmah. Amien.

Khusus untuk menyikapi perbedaan yang terjadi antara keluarga suamimu dan keluargamu. Selama keluarga suamimu (yaitu mereka yang berbeda keyakinan, baik yang katolik ataupun yang Islam �nyeleneh� seperti Islam tapi Kejawen atau Islam tapi aliran kepercayaan) baik kepadamu dan keluargamu serta menghargai perbedaan antara dirimu dengan diri mereka, maka saya pikir tidak ada alasan bagimu untuk tidak membalasnya dengan kebaikan dan penghargaan serupa. Hanya saja ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dalam hal ini. Catatan ini adalah:

Catatan itu seperti: Tidak menjadikan mereka sebagai penolong untuk dimintai pendapat mereka tentang berbagai macam urusan.

Allah Subhanallahu Wa Ta�ala berfirman:

�Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.� (Qs Al Maidah;51)

�Janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.� (Qs Ali Imran: 118)

Dalam hal ini, jika kamu nanti punya anak, saran saya, jangan pernah menitipkan anak kamu pada mereka baik untuk waktu yang amat sebentar apalagi untuk waktu yang lama. Mengapa? Hmm. Karena biasanya seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang amat banyak. Bisa jadi, suatu hari dia bertanya tentang ke-Tauhidan kepada mereka lalu anakmu mendapat sebuah pengetahuan yang bisa dengan begitu mudah meresap dan dimengertinya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pemahaman ke-Tauhidan anakmu. JIka kamu lengah dan tidak menyadarinya, maka bisa jadi, anakmu akan bisa tertarik ke agama mereka.

Hm, saya juga ada saudara non muslim. Sst, jangan bilang-bilang ke mereka ya. Jika sedang ada pertemuan keluarga, suami saya dan saya sering menggendong-gendong anak balita mereka lalu kami nina bobokan anak mereka dengan nama-nama Indah Allah SWT. Terus terang, kami berharap anak mereka kelak bisa kembali ke Islam. Tapi, dari kejadian ini kami jadi berpikir, �jangan-jangan mereka juga melakukan hal yang sama pada anak-anak kita?� hehehe�. Jadi, mungkin lebih baik tidak usah menitipkan anak kita pada mereka.

Itu tentang penitipan anak. Yang berikutnya, tentang kehadiranmu di perayaan yang mereka lakukan. Jika mereka mengundangmu untuk pertemuan keluarga yang sekaligus digabungkan dengan perayaan tertentu (misalnya arisan keluarga yang digabung dengan acara perayaan natal atau tahun baru; atau arisan keluarga yang digabung dengan acara pembabtisan salah satu anak mereka; biasanya penggabungan ini dilakukan untuk alasan keefisiensian, praktis dan penghematan keluarga yang kebetulan dapat giliran ketempatan). Kamu bisa menghadiri acara tersebut. Ikut memberi hadiah atau makanan sebagai buah tangan jika itu memang kelaziman yang berlaku selama ini. Berbaur dengan mereka, ikut berbincang-bincang dan bercanda. Tapi, ada beberapa hal yang harus menjadi pekerjaan tambahan buatmu sebagai seorang ibu.

Coba perhatikan, apakah makanan mereka halal ataukah tidak. Sebelum acara makan tiba, sebelum memasukkan makanan itu ke dalam mulutmu, ajak tuan rumah ngobrol dulu dengan ramah. Puji sajian makanannya yang tertata rapi dan bervariasi lalu selipkan pertanyaan, dimana dia membeli makanan tersebut dan bagaimana pengolahannya. JIka tuan rumah mengaku dia mengolah sendiri makanannya tanpa membelinya di restorant, Tanya cara mengolahnya. Jika ayam itu disembelihnya sendiri, mungkin lebih baik kamu tidak memilih semua panganan daging ayam yang ada di meja hidang tuan rumah. Karena itu artinya mereka menyembelihnya tidak dengan nama Allah. Jika ternyata makanan mereka dicampur dengan arak atau alcohol maka inipun jangan dipilih (biasanya makanan yang dicampur dengan arak atau alcohol itu seperti capcay, steak daging, mie goring cina, makanan jepang, serta pudding dan flanya, atau minuman punch buah). Jika tuan rumah mengaku dia tidak memasak sendiri tapi membelinya di restorant tanya dengan nada ingin tahu karena jatuh cinta pada penataannya yang apik restorant mana? JIka kamu yakin restorant itu memang menyediakan makanan yang halal, Insya Allah kamu bisa menyantap hidangannya dengan aman. Tapi kalau kamu tidak yakin, mungkin lebih baik ambil makanan yang aman saja seperti saladnya, gado-gadonya, atau sambal dan lalapnya saja. Hehehe� ribet ya. Itu sebabnya saya punya saran lain. Bawa sendiri makanan dari rumahmu sebagai salah satu hadiah buah tangan untuk tuan rumah. Jumlahnya jangan terlalu sedikit karena nanti tuan rumah mengira itu buah tangan untuk mereka pribadi. Jumlahnya agak banyak dan selipkan kalimat �Mbak, ini aku bawa buat yang lain biar nyicipi�. Nah. Makanan inilah yang kamu dan anak-anakmu pilih ketika waktu makan tiba. Lakukan semua ini dengan amat halus, sopan dan ramah sehingga mereka tidak menyadari kewaspadaan yang sedang kamu tegakkan. Sebelum keluar dari rumahmu pun, nasehati anak-anakmu agar hati-hati dalam memilih makanan di rumah saudara mereka tersebut.

Hm, terus terang, diantara sanak saudara saya, ada juga yang berasal dari agama yang berbeda. Biasanya, di perjalanan sebelum sampai ke tempat sanak saudara berbeda keyakinan tersebut, saya dan suami saya kembali mengingatkan anak-anak kami agar hati-hati dalam memilih makanan. Pilih yang paling aman jika memang ragu-ragu dan tidak sempat bertanya. Terkadang, lewat kode mata, suami saya bertanya apakah ada rum di kue yang dihidangkan. Atau lewat mata, kami saling melempar kode agar tidak mengkonsumsi mie goring cina yang ada di meja hidangan. Jika waktu shalat tiba, hal pertama yang harus dilihat pada keluarga non muslim adalah, apakah dia memelihara anjing. Karena, biasanya di hari-hari biasa, anjing pada keluarga non muslim bebas berkeliaran di dalam rumah mereka. Padahal, ludah yang menetes dari anjing tersebut adalah najis yang menyebabkan kita tidak dapat shalat di atasnya. Untuk itu, ada dua opsi yang bisa dilakukan. Yang pertama, shalat di rumah dulu baru berangkat atau, pulang lebih cepat agar bisa shalat di tempat lain. Tapi, jika dia tidak memelihara anjing, maka boleh saja shalat di rumahnya. Hanya saja, jika kebetulan di dinding tempat kita menghadap Kiblat ada salib atau hio atau patung dewa mereka, lebih baik disingkirkan dahulu sebentar (kalau ternyata itu berbentuk lukisan yang amat besar dan sulit dipindahkan, tutupi saja sebentar dengan selimut atau taplak atau kain). Nanti kalau sudah selesai shalat baru dikembalikan ke tempatnya semula. Untuk itu, biasakan membawa sendiri perlengkapan shalat lengkap (mekenah, kain, sajadah), kompas, serta kain lebar ekstra/sarung (yang ini fungsinya untuk menutupi sesuatu yang besar itu). Tapi, jika memang memungkinkan mungkin lebih baik cari mushalla atau masjid yang ada di sekitar rumah saudara tersebut. Biasanya, di Indonesia mushalla atau masjid selalu ada di lingkungan rw atau penduduk sekitar. Ya, agak jalan dikit juga nggak papa, minta ijin aja keluar sebentar nanti balik lagi.

Yang terakhir, jika ternyata harus datang ke acara keagamaan mereka yang tidak dapat dihindari melainkan kita harus datang. Misalnya acara kematian, kelahiran, dan mengunjungi orang sakit. Biasanya, jika sakitnya keras, tentu saja seluruh keluarga akan dipanggil untuk berkumpul. Nah, di acara itu, ternyata ada acara keagamaan mereka (mungkin kalau di Islam, jika ada yang sakit maka para keluarga berkumpul untuk membaca surat Yassin bersama-sama; nah, di agama lain juga ada hal serupa tapi dengan tata cara agama mereka tentunya). Atau ketika ada yang meninggal dunia. Ya sudah, datang saja. Hanya saja, ketika tiba acara nyanyi-nyanyinya, kita keluar saja dari ruangan itu dan menunggu di luar ruangan. Kita katakan pada keluarganya agar mereka bersabar menghadapi cobaan. Kita juga katakan pada si sakit agar bersabar menghadapi sakitnya. Tapi, Jangan pernah berdoa untuk mereka. Sebagai seorang muslim/muslimah, kita dilarang keras mendoakan mereka, seberapa dekatpun hubungan kita dengan mereka dan sebesar apapun sayang kita pada mereka.Jangankan mengirimkan doa untuk mereka, ketika kita bertamu kerumah mereka atau sekedar menelepon mereka sekalipun, kita dilarang mengucapkan �assalamu�alaikum warahmatullahi wabarakatuh� kepada mereka.

Ya sudah mungkin begitu saja sharingnya. Semoga bisa menambah manfaat bagimu.Maaf jika ada yang kurang berkenan dan maaf juga jika ada banyak kekurangannya. Itu semata karena kekurangan saya.

Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved