[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Beda antara Mani, Madzi, dan Wadi
Uneq-Uneq - Wednesday, 03 December 2008

Tanya: Assalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mba ade anita, saya bingung. Saya ingin bertanya tentang perbedaan antara madzi, wadi dan air mani khususnya pada wanita bagaimana cara membedakannya dan bagaimana hukumnya apakah harus mandi besar jika seorang wanita mengeluarkan mani / wadi / air mani sebelum solat. Saat ini saya banyak mengeluarkan cairan bening terutama setelah selesai haid padahal saya tidak memikirkan hal2 yang merangsang, menurut dokter cairan itu normal yang menandakan saya sedang dalam masa subur. Bagaimana bentuk air mani dalam wanita. Terima kasih atas jawabannya

Jawab:
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarkatuh

Mani adalah cairan yang mempunyai 3 (tiga) ciri khas yang membedakannya dengan madzi (dan juga wadi). Pertama, mempunyai bau yang khas yang agak kuat. Jika sudah kering baunya seperti telur. Kedua, keluar dengan cara terpancar, dengan beberapa kali pancaran/hentakan. Ketiga, keluarnya disertai dengan rasa nikmat, yang diikuti dengan redanya syahwat. Jika salah satu dari tiga ciri ini terwujud, tidak harus ketiga-tiganya, sudah cukup suatu cairan disebut mani. (Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/37).

Aisyah Radhiyallahu Anha pernah mengatakan:�Aku selalu menggaruk mani dari pakaian Rasulullah apabila dalam keadaan kering dan mencucinya apabila dalam keadaan basah.� (HR Daruqutni, Abu Awanah dan Al Bazzar).

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anha, dia bercerita: �Rasulullah saw pernah ditanya tentang mani yang mengenai pakaian. Maka beliau menjawab: Mani itu sama dengan dahak dan ludah, dan cukup bagimu menghapusya dengan secarik kain atau kertas.� (HR Daruqutni, Baihaqi dan Thahawi).

Mani pada wanita biasanya keluar ketika dia sedang berhubungan badan, atau mengalami mimpi basah. Perlakuannya wajib mandi janabat.

Sedangkan Wadi adalah cairan kental yang biasanya keluar setelah seseorang selesai dari buang air kecilnya (kencing). Wadi ini dihukumi najis dan harus disucikan seperti halnya kencing, akan tetapi tidak wajib mandi janabat. Mengenai hal ini, Aisyah Radhiyallahu Anha mengatakan:

Wadi itu keluar setelah proses kencing selesai. Untuk itu hendaklah seorang muslim (muslimah) mencuci kemaluannya (setelah keluarnya wadi) dan berwudhu (jika ingin shalat) serta tidak diharuskan untuk mandi.� (HR Ibnu Mundzir)

Karena itu, jika baru selesai kencing jangan cepat-cepat bangkit. Tapi. Tekan dulu perut dibagian bawah pusar anda hingga keluarlah cairan encer dari vagina anda. Tidak usah menekan dengan tangan, tapi tekanlah dengan cara mengempiskan otot perut anda beberapa saat. Akan lebih baik jika anda tidak langsung mengenakan celana dalam anda ketika bangkit dari kencing. Tutupi dahulu vagina anda dengan tissue lalu berdiri, nanti akan terasa sesuatu cairan keluar, nah, baru basuh kemaluanmu.

Madzi adalah cairan bening sedikit kental yang keluar dari saluran kencing ketika bercumbu atau ketika nafsu shahwat mulai terangsang. Terkadang seeorang tidak merasakan akan proses keluarnya. Hal itu sama-sama dialami oleh laki-laki dan juga wanita, akan tetapi pada wanita jumlahya lebih banyak. Menurut kesepakatan para ulama, madzi ini dihukumi najis. Apabila madzi ini mengenai badan, maka harus dibersihkan dan apabila mengenai pakaian, maka cukup hanya dengan menyiramkan air pada bagian yang terkena.

Dari Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu Anha, dia menceritakan,
�Aku ini seorang laki-laki yang sering mengeluarkan madzi. Lalu aku suruh seseorang untuk menanyakan hal itu kepada Nabi, karena aku malu, sebab putrinya adalah istriku. Maka orang yang disuruh itu pun bertanya dan beliau menjawab: Berwudhulah dan cuci kemaluanmu!� (HR BUkhari dan lainnya)

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anha, ia berkata:
�Tentang mani, wadi dan madzi. Adapun mengenai mani, maka diwajibkan mandi karenanya. Sedangkan mengenai madzi dan wadi, maka cukup dengan membersihkannya secara sempurna.� (HR Al Atsram dan Baihaqi)

Sedangkan menurut lafazh yang dikeluarkan oleh Imam Al Baihaqi adalah:
�Mengenai wadi dan madzi, Rasulullah bersabda: Basuhlah kemaluanmu atau tempat kemaluanmu dan brwudhulah seperti pada saat hendak melaksanakan shalat.� (HR Baihaqi)


Sedangkan cairan yang sering keluar setelah selesai haid, coba lihat warnanya apa. Jika warnanya dominan coklat atau merah atau kuning tua, bisa jadi itu masih rangkaian haid, hanya saja warnanya sudah tidak merah lagi. Perlakuannya sama seperti haid, ukhti tidak boleh shalat, membaca Al Quran, dll. Setelah benar-benar berhenti, barulah mandi hadats besar. Sedangkan jika warnanya bening agak kental, atau kuning muda, bisa jadi ini disebabkan karena keputihan. Ukhti tidak wajib mandi hadats besar tapi wajib membersihkannya karena ini najis. Kenakan pembalut tipis bersih ketika akan shalat. Menurut saya, cairan ini keluar bisa jadi karena selama masa haid lalu, kelembaban di daerah sekita kemaluan ukhti amat tidak sehat. Sehingga berkembanglah jamur. Saran saya, jika sedang ada di rumah, lepas saja celana dalamnya (ukhti tetap berpakaian seperti biasa, hanya saja tanpa celana dalam). Sehingga daerah kemaluan memperoleh pergantian udara yang cukup sehat. Jangan kenakan pelembab atau bedak atau cream-cream tertentu. Juga, jangan kenakan cairan pembersih vagina seperti yang sekarang banyak dijual bebas. Menurut hasil penelitian, cairan pembersih vagina ini, bisa digunakan terlalu sering justru akan membunuh ekosistem yang ada di daerah sekitar kemaluan. Untuk soal bakteri, insya Allah memang ada banyak sekali bakteri yang terdapat di daerah sekitar kemaluan. Hanya saja, tidak semuanya bakteri yang merugikan. Ada juga bakteri yang berguna bagi kesehatan kita, seperti bakteri yang berguna untuk membunuh kuman-kuman yang menghampiri daerah kemaluan, bakteri yang memakan jamur yang ada didaerah vagina, dll. Itu sebabnya vagina kita menjadi tidak terlalu bau pesing dan anyir, juga tidak gatal-gatal. Nah, cairan pembersih vagina yang digunakan terlalu sering akan membunuh ekosistem di daerah sekitar kemaluan ini. Disamping itu, selalu kenakan celana dalam dengan bahan yang bisa menyerap keringat dengan baik (sekarang banyak dijual celana dalam dari bahan licin poliyester atau serat buatan lain yang modelnya lucu-lucu, imut dan amat variasi; hati-hati, semuanya tidak sehat untuk daerah kemaluan kita karena mereka menggunakan bahan yang tidak menyerap keringat dan tidak bisa mengalirkan pergantian udara yang sehat).

Saran terakhir, coba cukupkan istirahat dan makan makanan bergizi. Terkadang, cairan seperti keputihan menjadi agak banyak keluar ketika kita sedang stress, terlalu lelah atau kurang asupan bergizi. Wallahu a'lam.

Demikian semoga membantu.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 1 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved