[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Cap Diri Yang Ingin Dihapus
Uneq-Uneq - Sunday, 18 January 2009

Tanya; Assalamu�alaikum .Wr.Wb
Mba' Anita,saya adalah seorang mahasiswi tingkat 1, saya ingin menyampaikan uneg-uneg saya.

Saat saya sekolah dulu saya di panggil buaya oleh teman-tman saya, dikarenakan saya mempunyai mantan pacar yang lumayan banyak, tetapi, saat ini saya ingin sekali menghapus panggilan tersebut pada diri saya, tetapi saya bingung saat saya mengutarakan kepada teman-teman saya, saya malah di tertawakan. Saya sangat bingung padahal saya ingin menjadi akhwat yang syar'i tapi gaul. Saya bener-bener bingung bagaimana cara saya untuk menghapus cap tersebut dari dri saya. Lalu sebaiknya bagaimana sikap saya agar menjadi akhwat yg seperti yang saya inginkan di atas??? kemudian bagaimana sikap saya apabila saya sedang menyukai seorang laki-laki??? mav pabila pertanyaan saya kurang terfokuz karena saya bingung bgaimana untuk mengungkapkannya,,,,,,

terimakasih

Wss.Wr.Wb

Jawab:

Ukhti yang dirahmati Allah SWT. Pada sebuah selorohan yang umum diucapkan oleh masyarakat kita, ada dua istilah yang popular, yaitu istilah ustad yang mantan penjahat dan penjahat yang mantan ustads. Keduanya sama-sama mantan. Artinya, dahulunya mereka memiliki profesi tertentu tapi sekarang sudah tidak lagi. Tapi keduanya memiliki konotasi yang jauh sekali berbeda bagai langit dan bumi. Ustad yang mantan penjahat, insya Allah dia khusnul khotimah. Artinya dia sudah bertobat dan sekarang meniti akhir hidupnya hanya dijalan Allah SWT saja hingga kematian datang menjemput. Sebaliknya si penjahat yang mantan ustad (audzubillah min dzalik), justru meniti su�ul khotimah. Artinya dia yang dahulu memahami agama dan mensiarkan agama, entah mengapa sekarang justru malah meniti akhir sisa hidupnya dijalan kejahatan.

Ya. Itu Cuma istilah popular, Kita semua tentu berharap bisa menggapai khusnul khotimah, insya Allah harus.
Apa sih yang dilihat oleh masyarakat pada umumnya ketika memberi predikat/cap pada seseorang? Tentu saja kelakuan dia sehari-hari. Meski masa lalunya buruk sekalipun tapi jika sekarang dia melakukan hal yang baik-baik saja dan manfaatnya pun dirasakan pula oleh lingkungan maka otomatis predikat yang akan dia sandang adalah �mantan penjahat yang sudah bertobat dan jadi ustad�, atau �mantan playboy yang sudah bertobat dan kini menjadi dai dan suami yang setia�, atau �mantan pecandu yang sudah bertobat dan kini mengabdi untuk agamanya�, dll. Predikat negative sebaliknya juga berlaku. Seperti �Haji yang suka berzina�, atau �mantan Ustad yang jadi pecandu narkoba�, atau �Dai yang suka harta�, dll.

Artinya, jika kita menerapkan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari maka insya Allah lingkungan sekitar kitapun akan member tanggapan berupa sebuah pemberian baik kepada diri kita. Tidak peduli apapun predikat masa lalu kita. Terlebih lagi, jika kita terus member kontribusi berupa manfaat bagi orang lain disekitar kita. Ada banyak contoh dimana seorang yang dulu telah berbuat kemunkaran dan kejahatan tapi karena dia terus menerus member kontribusi manfaat bagi masyarakat maka masyarakat pun tidak segan-segan untuk menerima dia dan melupakan masa lalunya. Untuk contohnya, kamu bisa lihat kisah Ustad Jefri Al Buchory, dulu dia seorang artis yang pernah bergaul dengan narkoba tapi sekarang dia bisa diterima oleh masyarakat. Atau bisa lihat juga kisah hidupnya Almarhum Gito Rolies. Dia juga artis yang bukan Cuma pernah terlibat dengan banyak kasus narkoba, miras tapi juga menerapkan gaya hidup bebas. Tapi, kemudian dia melakukan tobat nasuha dan menjadi seorang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan bagi orang lain dan terus member manfaat kepada orang lain. Akhirnya, semua orang lupa dengan masa lalunya dan melihat dia sebagai sosok yang baik dan sholeh. Di hari kematiannya pun semua orang terkenang dengan perjuangan dia menempuh jalan khusnul khotimahnya dan menjadikannya pelajaran bahwa khusnul khotimah itu adalah sesuatu yang bisa dibisa dilakukan dan diupayakan oleh siapapun.

Hanya saja, menurut saya, jangan pernah memusingkan cap diri yang diberikan oleh masyarakat kepada kita. Nanti malah repot sendiri. Mengapa? Karena jika kita melakukan banyak kebaikan dan berbuat kebajikan hanya agar lingkungan memberikan cap diri yang baik kepada kita maka saya khawatir kita akan melakukan kebaikan dan kebajikan bukan karena ikhlas karena Allah tapi karena orang lain atau sesuatu atau karena pamrih tertentu. Kalau sudah begini, amat celakalah kita. Karena kita hanya memperoleh kelelahan saja melakukan berbagai macam hal tapi disisi Allah semua yang kita lakukan tersebut tidak ada nilainya sama sekali. Ingat Ukhti, segala sesuatu itu akan kembali kepada niat. Karena pada akhirnya, semua dari kita akan menuju kepada kematian. Setelah kematian, maka kita akan bertemu dengan alam akhirat dimana kita akan mempertanggung-jawabkan semua amal perbuatan kita di dunia ini sebelum akhirya ditempatkan di akherat yang menjadi negeri akhir yang kekal. Dengan apa lagi amal perbuatan kita akan ditimbang? Tentu saja yang diperhitungkan itu adalah semua amal perbuatan yang kita lakukan dengan ikhlas karena Allah SWT. Sedangkan semua amal perbuatan yang dilakukan agar mendapat posisi tertentu didunia, atau karena pamrih tertentu atau karena seseorang atau karena sesuatu maka semua itu akan ditinggalkan didunia. Semuanya sudah dianggap tuntas dan selesai urusannya didunia. Ganjarannya sudah diperoleh didunia. Tidak diakherat.

�Diantara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akherat� (qs Ali Imran; 152)

�Dan, barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akherat, Kami berikan (pula) pahala akherat itu.� (qs Ali Imran 145)

�Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akherat kecuali neraka dan lenyaplah di akherat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.� (qs Hud: 15-16)

�Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung kepada niat.� Dan setiap orang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan baransiapa hijrahnya kepada dunia yang ingin didapatkannya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yagn ditujunya.� (HR Al Bukhary, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzy dan An Nasa�i).

Dari Abu Kabsyah Al Anmaty ra, sesungguhnya dia pernah mendengar Nabi SAW bersabda: �Tiga golongan, yang aku bersumpah atas mereka, dan aku menyampaikan satu perkataan kepada kalian, maka jagalah ia. Beliau berkata, �Tidaklah harta seorang hamba itu berkurang karena shadaqah. Tidaklah seorang hamba dizhalimi dengan suatu kezhaliman dan dia bersabar menghadapinya, melainkan Allah menambahi kemuliaan kepadanya. Dan, tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta, melainkan Allah membuka pintu kemiskinan kepadanya. Aku menyampaikan satu perkataan kepada kalian, maka jagalah ia.� Beliau bersabda, �Sesungguhnya dunia itu hanya milik empat manusia, yaitu hamba yang dianugerahi harta dan ilmu oleh Allah. Dia bertakwa kepada Allah karenanya, menyambuung tali persaudaraan karenanya dan mengetahui hak Allah karenanya. Ini adalah kedudukan yang paling baik. Dan, hamba yang dilimpahi ilmu namun tidak dianugerahi harta. Dia adalah orang yang niatnya lurus. Dia berkata, �Andaikan aku mempunyai harta, tentu aku bisa beramal seperti yang diamalkan Fulan.� Dia dengan niatnya itu, maka kedua-duanya memperoleh pahala yang sama. Dan, hamba yang dianugerahi harta namun tidak dianugerahi ilmu. DIa berjalan tanpa petunjuk karena hartanya tanpa pengetahuan, dia tidak bertakwa kepada Allah karenanya, tidak menyambung tali persaudaraan karenanya dan tidak mengetahui hak Allah karenanya. Ini adalah kedudukan yang paling buruk. Dan, hamba yang tidak dinugerahi harta dan ilmu. Dia berkata, andaikan aku mempunyai harta, tentu aku benar-benar akan berbuat seperti yang diperbuat Fulan.� Dia dengan niatnya itu maka kedua-duanya mendapat dosa yagn sama.� (HR Ahmad dan At Tirmidzy)

Dengan demikian, ayo berbuat banyak-banyak kebajikan dan kebaikan yang didasari oleh niat ikhlas karena Allah SWT. Tidak usah memikirkan apa kata orang lagi.

Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved