[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Bagaimana Mengembalikan Keimanan Di Diri
Uneq-Uneq - Sunday, 18 January 2009

Tanya: Assalamu'alaikum, wr.wb.

Mba ade anita, salam kenal. Alhamdulillah saya bisa menemukan rubrik ini. Jujur saat ini saya sedang mengalami kebimbangan. Bahkan sempat saya berpikir bahwa saya membutuhkan seorang psikolog karena memang saya merasa "kurang sehat".

Mba Ade, keimanan saya saat ini sedang benar2 berada di ambang bawah. Saya rindu saat2 dulu saya msh tinggal di sby (kos). Setiap hari selepas maghrib saya selalu membaca Al-Qur'an sampai isya. Dan saya juga tak pernah lepas dr sholat tahajjud setiap malam. Saya selalu bangun jam 3 pagi, sholat tahajjud dan setelahnya saya selalu baca Al-Qur'an sampai terdengar adzan shubuh yg kemudian saya lanjutkan dengan sholat shubuh. Alhamdulilah saya berjilbab sejak masih kuliah. Waktu itu pula, saya rajin puasa sunnah senin - kamis. Saya merasa benar2 dekat dengan Allah. Tapi, sejak saya pindah ke Jkt rutinitas itu tidak lagi saya lakukan. Kebetulan saya berprofesi sebagai arsitek, dan setelah saya mengenal dunia kerja, hidup saya benar2 berubah secara drastis. Sholat tahajjud saya mulai bolong-bolong, baca al-qur'an juga sudah ga rutin lagi. Ini saya rasakan karena sepulang kerja saya merasa capek. Belum lagi side job yang saya terima di luar kantor, benar2 menyita hampir seluruh waktu saya.

Puncaknya adalah ketika seseorang yang saya cintai memutuskan menikah dengan orang lain. Sebelumnya saya tidak pernah pacaran. Saya memang punya banyak teman akrab laki2, bahkan punya beberapa sahabat laki2 di sby. Saya tidak tahu apakah itu di perbolehkan dalam islam atau tidak. Yang saya tahu, saya hanya berteman dengan mereka dan tidak pernah melanggar norma. Salah satu dari mereka ada yang pernah meminang saya, namun saya tolak dengan alasan saya cuma menganggap dia teman, ga lebih. Dan saya tidak ada ketertarikan khusus terhadapnya. Di sisi lain saya menyukai org lain (salah satu teman akrab saya yang juga tinggal di sby), dan perasaan itu hanya saya pendam selama kurang lebih 4 th. Hingga suatu kali saya memberanikan diri menyatakannya dan dia tdk pernah memberikan jawaban. Saya sudah menganggap bahwa itu berarti jawabannya "tidak". Saya berusaha menguatkan diri dan tetap menganggapnya sebagai teman seperti biasa. Tidak ada perubahan dalam sikap saya, bahkan ketika dia terkena musibah, saya berusaha semampu saya untuk membantunya. Seluruh tabungan saya pinjamkan (waktu itu dia bilang nya pinjam, th 2005 ~ namun sampai sekarang belum dikembalikan). Mungkin karena saya masih mencintainya, makanya saya relakan semuanya. Sampai suatu saat saya mendengar kabar dari teman kalau dia menikah. Hati saya hancur, meskipun saya tidak pernah memungkiri bahwa suatu saat hal itu akan terjadi.
3 tahun saya menutup diri dari laki2. Dan pelan2 tidak terasa saya mulai jauh dari Allah. Sholat yang saya dirikan 5x sehari, tak lebih hanya sekedar menunaikan kewajiban. Astagfirullah.....

Sampai saya akhirnya pindah kantor dan saya bertemu dengan seseorang. Sebut saja dia F. F sangat baik, perhatian dan agamanya bagus. Saya jatuh cinta, dan alhamdulillah ternyata saya tidak bertepuk sebelah tangan. Si F menyatakan perasaannya terhadap saya. Akhirnya kitapun dalam status "pacaran". Padahal saya tahu Islam melarang adanya pacaran. F berjanji akan segera memperkenalkan saya dengan orang tuanya di padang. Sayapun demikian. Sewaktu org tua saya datang ke Jkt, saya memperkenalkan F sebagai pacar saya. Seperti layaknya orang pacaran, perjalanan kami sering di warnai konflik, terlebih, kami yang sama2 berprofesi sebagai arsitek dan bekerja pada perusahaan yang sama. Sampai sekarang, F tidak pernah mengungkit2 masalah perkenalan saya dengan orang tuanya. bahkan ketika saya singgung untuk bersilaturrahim ke tempat saudara F yang di jkt, dia selalu berkelit dengan sekian banyak alasan yang intinya menolak. Saya tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Saya jenuh, dan finally saya putuskan untuk resign dari tempat saya bekerja. Saat ini adalah hari2 terakhir saya bekerja di perusahaan ini, namun dari saat surat resign saya keluar 1 bln lalu sampai sekarang, saya tak kunjung juga mencari pekerjaan. Saya merasa malas dalam melakukan apapun. Saya merasa malas dalam menjalani hidup saya. Hubungan saya dengan F yang tidak tahu mau di bawa ke mana arahnya, pekerjaan saya yang di ambang ketidak jelasan ~ jobless~. Bahkan saya malas untuk meminta sama Allah. Saya merasa hidup saya hampa. Saya merasa bahwa Allah telah meninggalkan saya. saya merasa seperti orang yang tersesat jalan dan tidak tahu bagaimana harus kembali.

Mba Ade, saya sering datang kepengajian di sebuah masjid (setiap minggu pagi), maupun pengajian di masjid istiqlal, masjid BI bahkan sampai pengajian di Daarut Tauhid, namun semua itu tidak dapat menyentuh hati saya. Saya merasa hati saya telah mati. Mba Ade, mohon masukannya apa yang seharusnya saya lakukan agar keimanan saya bisa kembali seperti dahulu lagi sewaktu masih tinggal di sby dan apa yang harus saya lakukan terhadap hubungan saya dengan F?

Terima kasih sebelumnya. Mohon maaf kalau emailnya terlalu panjang.

Wassalamu'alaikum, wr.wb.

Jawab:

Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ukhti yang dirahmati Allah SWT. Apa yang ukhti keluhkan, juga pernah mampir dikepala saya. Jadi seperti recall, mohon maaf jika, untuk seterusnya saya menulis jawaban atas uneg2 ukhti lebih seperti nasehati untuk diri saya sendiri.

Ukhti, Sudahkah ukhti melihat bagaimana matahari hari ini terbit di pagi hari lalu menyinari permukaan bumi hingga sore menjelang? Atau memperhatikan burung-burung kecil liar yang bertengger di atas kabel listrik, diantara celah-celah atap rumah, atau diantara dahan dan ranting pohon? Suara mereka terdengar amat ceria dan sayap serta kaki kecil mereka senantiasa lincah membawa tubuh mereka berpindah-pindah tempat meski hanya beberapa centi saja jauhnya.

Sejak dahulu hingga sekarang, cericip bunyi suara burung tersebut senantiasa terdengar lincah ditelinga kita. Bahkan, suara ceria dan merdu mereka senantiasa terdengar baik di hadapan orang yang sedang sedih maupun orang yang sedang gembira. Di depan orang yang sedang bersuka ria maupun orang yang sedang berkabung. Sama halnya dengan sinar matahari yang sejak dahulu tanpa jemu terus menyinari bumi dan mengirimkan panasnya agar bisa dimanfaatkan oleh seluruh makhluk hidup di dunia ini. Bahkan, ketika saat ini (bulan Januari 2009) warga Palestina sedang dihunjam oleh roket-roket bom Israel, matahari tetap menyinari permukaan bumi yang ada di Palestina. Bahkan, sinar matahari ini juga dengan setia tetap menyinari bumi yang ada di Israel, tak peduli bahwa Israel telah memporak-porandakan rakyat dan tanah Palestina. Begitu juga dengan kehadiran burung-burung yang selalu ceria disana, kehadiran pelangi dengan tujuh warna indahnya setiap kali hujan berhenti turun, atau kehadiran bulan dan bintang yang menghiasi langit malam. Artinya, walau apapun keadaan yang kita hadapi, apapun kondisi yang kita terima, Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan kita begitu saja. Nikmat Allah SWT akan senantiasa tercurah kapan saja dan bagi siapa saja. Bahkan nikmat dan rahmat Allah SWT akan tetap tercurah bagi mereka yang dengan terang-terangan telah meninggalkan Allah SWT, melupakan Allah SWT dan berbuat durhaka kepada Allah SWT.

Ukhti� Pernahkah ukhti terpikirkan sebenarnya, apa sih yang harus kita jalani dalam hidup ini? Allah sudah menciptakan sebuah mulut di wajah ukhti, yang tersambung dengan kerongkongan di dalam tubuh ukhti, dan terus tersambung dengan bagian pencernaan dan berakhir dengan bagian pembuangan. Di alam sekitar kita, Allah menumbuhkan aneka ragam tumbuhan dan hewan yang bisa disantap dengan bumbu yang bermacam-macam. Semua anggota tubuh yang kita miliki, yang kelengkapan dan kesempurnaannya tidak akan pernah bisa tertandingi oleh mesin secanggih apapun, baru akan berfungsi dengan baik jika sudah kita hubungkan dengan sumber makanan yang tersedia di luar tubuh kita. Dari sumber makanan tersebut, kita memperoleh energy untuk bekerja, protein untuk tumbuh, karbohidrat agar tidak lemah, lemak untuk pembakaran proses dalam tubuh, vitamin agar dapat berkembang, dan seterusnya. Setelah semua organ tubuh tersebut bekerja, maka tugas berikutnya adalah member kontribusi keluar dari tubuh. Tenaga yang terkumpul akan merusak system organ jika tidak pernah dipakai untuk bekerja. Coba bayangkan jika setelah makan kita tidur saja, lalu makan lagi, lalu tiduran lagi. Lama kelamaan, akan terasalah semua persendian kita terasa pegal dan linu. Begitu juga dengan karbohidrat. Jika tidak digunakan untuk melakukan sesuatu akan tertimbun didalam tubuh dan merusak kerja jantung dan paru-paru. Timbul sesak napas atau rasa tertekan didaerah jantung atau paru-paru. Pendek kata, semua yang masuk itu sudah sunnahtullah harus digunakan untuk berkarya (baca: bergerak untuk menghasilkan sesuatu). Minimal berkarya untuk diri sendiri.

Artinya, ada hubungan timbal balik antara tubuh kita dan keberadaan alam sekitar kita. Antara diri kita dengan lingkungan kita. Inilah yang harus kita jalani dalam hidup kita sehari-hari. Mengambil sesuatu dari lingkungan lalu mengembalikannya lagi dalam bentuk yang berbeda untuk kepentingan hidup kita juga. Lalu, jika mekanisme ini sudah terjadi begitu saja, apa lagi tugas kita dalam hidup ini? Jawabannya singkat: BELAJAR. Karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dimasa yang akan datang maka kita semua harus belajar. Siapapun akan melalui proses belajar. Belajar apa saja. Mulai dari belajar makan sendiri, berjalan sendiri, belajar bertemu orang dan belajar berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya. Dalam belajar, selalu akan dilalui tahapan-tahapan. Mulai dari tahapan dasar berlanjut ke yang lebih terampil, lalu mahir dan lalu ahli. Jika sudah ahlipun akan bertemu lagi dengan pelajaran baru dan mulai lagi tahapan berikutnya dari dasar lagi. Untuk mengetahui apakah kita sudah cukup mampu untuk maju ke tahap berikutnya, diperlukanlah ujian. Jika kita mampu melalui ujian dengan mulus, maka kita pun mulus maju ke tahap berikutnya. Tapi jika kurang mulus atau malah gagal, artinya saatnya untuk introspeksi, apa kekurangan yang belum kita kuasai? Kita tidak pernah tahu bahwa jatuh dari sepeda itu akan sakit sekali jika tidak pernah jatuh dari sepeda. Agar tidak jatuh, kita harus belajar mengendarai sepeda dengan mahir. Tapi, karena kecelakaan bisa datang dari mana saja dan menimpa siapa saja, maka gunakanlah pelindung dalam bersepeda. Helm, penutup lutut, celana yang aman, dll. Ini semua untuk persiapan menghadapi kemungkinan terburuk. Dan beginilah hidup yang disajikan oleh Allah SWT kepada manusia. Disediakan fasilitas untuk belajar lalu diberi ujian untuk meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Lalu diberi kesempatan untuk memilih takdir apa yang dikehendaki untuk menghindari takdir yang buruk.

Ukhti yang dirahmati Allah SWT. Semasa di SBY, ukhti sudah mulus melalui berbagai macam tahapan kehidupan. Apakah ukhti tahu, di usia 40 tahun kelak ukhti akan menjadi apa? Tidak tahu. Apakah ukhti tahu problema apa yang akan ukhti hadapi bersama suami kelak di usia 38 tahun? Tidak tahu. Tahukah ukhti penyakit apa yang akan hinggap di tubuh ukhti di usia 47 tahun kelak? Tidak tahu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Tapi Allah Maha Tahu. Itu sebabnya setelah masa-masa indah dan mudah berhasil ukhti lalui, Allah menguji ukhti dengan masa-masa sulit seperti sekarang. Tujuannya satu, agar ukhti menjadi pribadi yang kuat, sabar, tidak lembek, tidak cengeng dan tidak rapuh. Apapun bisa terjadi dimasa yang akan datang, tapi dengan kepribadian yang telah terbentuk dengan baik kita semua insya Allah akan mampu menghadapinya. Lalu, mengapa hanya karena masalah sepele kita harus meninggalkan proses belajar kita? Padahal sungguh, waktu yang kita miliki di dunia ini hanya sedikit sekali. Amat sedikit. Perlu waktu beberapa tahun untuk belajar membuat gedung bertingkat 15, padahal ketika kita menguasainya ternyata ada orang lain yang sudah mampu membuat gedung bertingkat 30. Perlu waktu lama untuk dapat menghapal Al Quran, padahal ketika kita sudah berhasil menghapalnya sudah ada orang lain yang bisa menghapal Al Quran dan menguasai ilmu tafsirnya. Yang ingin saya katakan, ketika kita menguasai sesuatu, jangan pernah merasa puas dan hanyut dengan sesuatu itu karena sesungguhnya ada orang lain yang melebihi kita. Dan yang lebih penting lagi, jangan pernah melupakan Allah, apalagi sampai meninggalkanNya. Karena sesungguhnya segala sesuatu itu terjadi atas izin Allah SWT.

Ya. Hidup memang menghadirkan perlombaan. Perlombaan menjadi yang terunggul, perlombaan menjadi yang terbaik. Tapi, sekali kita terjebak dalam perlombaan tersebut dan melupakan Allah sebagai Pencipta seluruh Alam semesta, kita hanya akan mendapatkan lelah dengan urusan dunia saja dan lupa dengan urusan akherat. Padahal kita tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput. Untuk itu, mari, sejenak sisihkan waktu untuk mengingat Allah. Tidak usah mengenang masa jaya dahulu. Masa sekarang kondisinya barangkali memang sudah berbeda ukhti. Jadi, ayo kita belajar dari dasar lagi cara mengingat Allah.

Sekarang jaman teknologi maju. Coba deh beli Digital Al Quran Player yang mungil sebesar Handphone. Ketika ukhti bekerja, putar dan dengar melalui earphone. Dengarkan saja, tidak usah mengikuti jika memang tidak ingin terganggu pekerjaan ukhti. Di kendaraan, ketika sedang mengetik di depan computer, ketika sedang makan siang, dan pengantar sebelum tidur. Jika terus menerus mendengarnya, lama kelamaan akan terpatrilah di dalam memory kita alunan suaranya dan kelak memory ini akan membuat kita merasa damai dan rindu. Satu dua ayat juga akan terekam dengan baik dan secara spontan akan kita ikuti lafaznya. Lama kelamaan kita akan tergerak sendiri untuk membaca Al Quran yang utuh dari kitabnya langsung. Ketika membaca kitab Al Quran, carilah Al Quran yang memiliki terjemahan bahasa yang ukhti kuasai. Baca quran beserta artinya. Jangan baca cepat tapi baca dengan seksama. Renungkan setiap kalimat-kalimatnya. Semua akan membawa keindahan dan keterharuan. Coba ya ukhti.

Lalu, coba setel alarm. Di handphone biasanya minimal ada fasilitas tiga pembagian waktu alarm. Setel waktu pertama pukul 01.35 (dini hari). Waktu kedua pukul 02.35. Waktu ketiga waktu shalat shubuh. Sebelum tidur, niatkan untuk bangun shalat tahajud. Biasanya, karena lelah bekerja seharian dan belum terbiasa, ketika alarm pertama berbunyi, tangan kita otomatis akan mematikannya. Lalu tidur lagi. Itu sebabnya saya menyarankan harus menyetel alarm kedua. Karena ketika alarm pertama berbunyi, otomatis kualitas tidur kita sedikit mengalami pengurangan. Kebutuhan tidur untuk mengembalikan vitalitas tubuh yang lelah sudah terpenuhi di tidur pertama, dengan berbunyinya alarm pertama, ketika tidur kembali kita sebenarnya sudah tidak terlalu senyenyak tidur pertama. Jadi, ketika alarm kedua berbunyi, kesegaran bisa langsung datang menghampiri. Ayo bangun dan shalat tahajud dalam kegelapan. Nggak usah banyak-banyak rakaatnya, dua saja plus witir. Lalu berdzikirlah dengan khusyuk dalam kegelapan. Lanjutkan dengan membaca Al Ikhlas, Al Falaq, An Nash masing-masing 33 kali. Lalu Al Fathihah dan terakhir ayat kursi. Lalu tanpa mengurangi kekhusyuan, berdoalah seperti sedang curhat dengan Allah. Berdoalah karena hanya Allah-lah yang menguasai segala sesuatunya dan hanya Allah-lah yang akan memperkenankan semua curahan hati kita. Jalin keterikatan emosi, jiwa dan raga dalam kekhusyuan rangkaian shalat malam ini. Tumpahkan semua kerinduan dan keresahan diri hanya pada Allah. Insya Allah kerinduan yang ukhti miliki saat ini akan terobati.

Bagaimana jika ketika alarm kedua pun kita matikan dan kita tidur lagi? Nggak apa-apa. Itu artinya kita memang butuh istirahat karena pekerjaan yang terlampau lelah. Tubuh kita juga punya hak untuk istirahat. Tapi, ini sekaligus jadi pelajaran baru. Berarti besok jangan tidur terlalu malam. majukan waktu tidurmu satu jam lebih awal lagi dan coba bangun lagi. Begitu seterusnya. seperti batere yang harus dicharge, jika kapasitasnya sudah terisi penuh otomatis tubuh tidak lagi memerlukan tidur. Itu artinya saatnya untuk beribadah. Jangan terlalu keras pda diri karena sesungguhnya manusia itu punya rasa lelah dan jenuh. Jadi, mari coba untuk menikmati proses dan terus berusaha.Cinta memang memerlukan ketelatenan. Cinta yang besar itu bermula dari hal yang kecil dan sederhana tapi dipilin dan dijalin dengan ketelatenan hingga akhirnya menjadi besar. Senantiasa sabar menghadapi segala sesuatu dan jangan pernah lupa untuk bersyukur atas semua yang telah dilalui adalah rangkaian ketelatenan cinta yang harus kita lakukan untuk Allah SWT.

Lalu, bagaimana dengan masalah ukhti dan ikhwan yang mengecewakan itu? Hm� seperti yang saya katakan di atas. Waktu kita didunia ini amat sedikit, lalu mengapa hal sepele harus membuat kita menghentikan langkah untuk terus belajar menghadapi masa depan yang entah seperti apa warnanya? Tawakkallah. Ayo bertawakal kepada Allah, percaya sepenuhnya kepada janji-janjiNya, ridha dengan apa yang dilakukanNya dan menunggu dengan sabar pertolonganNya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Hasbunallah wa ni'mal wakil.

"Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar dari) Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan, Allah mempunyai karunia yang besar." (Qs Ali Imran: 173-174).

Hasbunallah wa ni'mal wakil (tulis kalimat ini di bagian ucapan permulaan ketika handphonemu menyala, atau di kulit luar buku agendamu, dengan begitu kamu punya satu pengingat yang bisa dibawa kemana-mana).

Demikian semoga bermanfaat. Maaf karena nulis jawabannya kebanyakan. Maaf juga jika ada banyak kekurangan.

Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved