|
Hati dan Pikranku: Takut mati tp Hidup Tak Nikmat Uneq-Uneq - Thursday, 21 May 2009
Tanya: Assalamu'alaikum wr.wb., mb ade.
Mb..sudah 3 bulan ini saya mengalami depresi berat. Pertamanya saya rajin sholat,puasa,dan membaca Al-Qur'an untuk menghilangkan segala beban pikiran dan beban hati saya. Namun ditengah-tengah usaha saya tersebut saya justru tidak bisa merasakan kenyamanan lagi. Karena pikiran saya yang selalu beranggapan buruk tentang kehadiran ALLAH SWT dihati saya. Padahal saya tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Saya merasa sedih sekali karena saya merasa tidak bisa menjadi hamba ALLAH yang baik karena pikiran-pikiran saya tadi.
Yang saya mau tanyakan pd mb ade adalah bagaimana mengendalikan hati dan pikiran kita agar tertuju hanya kepada ALLAH SWT tidak dengan yang lain.
Mengenai latar belakang mengapa saya begini.
Begini mb' wktu bulan desember kemarin saya kehilangan kakak sepupu laki-laki saya.Saya sangat dekat dengan dia, jujur saya merasa kehilangan karena dia sudah saya anggap sebagai kakak kandung saya sendiri. Karena walaupun saya mempunyai kakak laki-laki tapi saya justru tidak merasa dekat dengan dia. Ditengah-tengah kesedihan saya tersebut, sekitar bulan februari saya bermimpi menikah dengan seseorang. Waktu itu saya langsung bercerita dengan teman dekat saya, dan dia langsung menjawab bahwa artinya umur saya pendek. Jujur mb saya hanyalah manusia biasa yang selalu berbuat dosa disetiap detik kehidupan yang ALLAH berikan kepada saya, untuk itu saya sangat merasa ketakutan sendiri dan merasa belum siap. Mulai dari itu saya selalu merasa sedih dengan diliputi perasaan yang tidak menentu.
Setelah itu saya bernadzar pd ALLAH SWT bila saya dibebaskan dari ketakutan itu saya akan berpuasa untuk mensyukuri nikmat tersebut. Ternyata ALLAH SWT mengabulkan permintaan saya, akhirnya saya pun melaksanakan nadzar tersebut.
Setelah kejadian tersebut saya berjanji bahwa saya akan perbanyak ibadah saya. Setiap malam saya selalu membaca Al-qur'an 1 juz, namun saat saya membaca juz 9 dan berakhir dikalimat "innallaha ma'asshobirin" (maaf jika tulisanny salah, namun pasti mb' ade mengerti kalimat mana yg sya mksd) tiba-tiba pikiran saya kehilangan ALLAH dan saya merasa kehilangan semuanya. Waktu itu saya merasa bersalah dan berpikir apakah ALLAH SWT sudah tidak menghendaki saya menjadi hambanya?.
Saya sangat merasa sedih sekali dan mencoba untuk berpkir dosa apa saya?,
Dengan kejadian itu, saya selalu melihat nama kaligrafi bertuliskan asma ALLAH setiap saya ingat. Namun sekarang ini justru setiap saya sholat pikiran saya selalu terbayang dengan tulisan tersebut. Saya merasa bertambah berdosa dengan keadaan tersebut, karena saya sadar bahwa membayangkan dzat ALLAH swt adlh dosa besar.
Mb' ade yg dirahmati oleh ALLAH swt, yang ingin saya tanyakan bagaimana memulihkan keimanan saya kembali?,karena jujur saya ingin menjadi hamba ALLAH swt seumur hidup saya dan saya sangat rindu dengan ibadah-ibadah yang saya lakukan dulu sebelum kejadian ini. Saya juga ingin bertanya apakah percaya kepada mimpi itu termasuk syirik?
Maaf mb' apabila saya bercerita terlalu panjang lebar, namun saya sangat butuh jawaban dari mb' ade.
Mohon balasannya..
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Jawab:
Assalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sudah berapa lama saya tidak membalas uneg-uneg ukhti ini? � Sudah 3 bulan lebih sejak email ukhti ini sampai di email saya. Untuk itu saya mohon maaf sekali. Tapi� dalam kurun waktu tiga bulan itu, ketika ukhti sedang menantikan email balasan dari saya, apa yang ukhti rasakan? Kesalkah? Jemukah? Bosankah? Merasa Diabaikan? Merasa tidak diperhatikan? JIka semua rasa tidak mengenakkan itu yang ukhti rasakan selama menunggu balasan email dari saya, maka saya akan mengucapkan �selamat� dahulu kepada ukhti. Karena itu artinya, ukhti hanyalah manusia biasa, sama seperti saya, anak saya, teman saya dan juga teman-teman muslim dan muslimah lainnya di seluruh dunia ini. Artinya, amat wajar jika ukhti punya sebuah perasaan tidak enak, kesal, jemu, bosan, dll. Itu sesuatu yang manusiawi alias wajar sekali. Nah begitu pula ketika ukhti melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Tapi ngomong-ngomong, mau tidak ingat-ingat, kenapa rasa kesal , jemu, bosan dan rasa diabaikan itu hadir dalam hati ukhti? Saya menduga, kemungkinan semua rasa itu hadir karena ukhti menganggap bahwa sebuah balasan yang bersifat nyata (bisa dilihat, atau bisa dipegang, atau bisa didengar secara langsung) adalah sebuah jawaban yang real. Kepastian sebuah reaksi dari sebuah aksi yang dilontarkan adalah sesuatu yang bersifat baku. Artinya, bisa diprediksikan, bisa dilihat tolok ukurnya dan sekaligus merupakan sesuatu yang bersifat pasti adanya. Jadi, satu tambah satu sudah pasti hasilnya adalah dua. Jika makan cabe sudah pasti akan kepedasan. JIka pakai minyak wangi sudah pasti akan wangi. Semuanya tidak memberikan ruang untuk kemungkinan lain. Padahal�����. Semuanya belum tentu juga. Segala sesuatu di atas muka bumi ini tidak pasti akan terjadi seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya. Tidak ada yang pasti.
Betul memang. Secara matematika, satu tambah satu hasilnya akan dua. Tapi� jika hal ini diterapkan ke dalam ilmu social, maka satu tambah satu bisa saja tetap menjadi satu karena satu yang disebut disini adalah karakter seseorang. DImana dua karakter yang disatukan, belum tentu menjadi dua karakter yang berbeda; bisa saja muncul satu karakter baru dimana merupakan hasil penyesuaian dari dua karakter yang berbeda. Makan cabe belum tentu akan kepedasan jika seseorang yang memakan cabe itu memang sudah terbiasa makan cabe sejak dia masih kecil sekali. Cabe baginya hanya merupakan salah satu penyedap rasa seperti bumbu-bumbu lainnya. Dan seseorang yang tidak mandi dua hari padahal dia telah melakukan aktifitas fisik yang berat, jika dia menganggap bahwa bau badannya akan tertutup oleh minyak wangi, maka anggapannya itu akan salah besar. Karena yang muncul adalah bau badan yang luar biasa berupa tidak sedapnya. Campuran antara wangi dan keringat dan bau badan. Memuakkan. Itulah gambaran ketidak pastian yang akan diperoleh oleh seluruh manusia di atas muka bumi.
Untuk itu, ukhti harus belajar untuk bersabar. Ukhti tidak usah meminta macam-macam permintaan dengan iming-iming akan memberi sesuatu juga kepada Allah SWT karena tanpa diminta pun Allah akan senantiasa member kepada ukhti. Dan Allah SWT tetap akan memberi banyak sekali pada ukhti ketika ukhti sudah lelah memenuhi janji untuk memberi sesuatu pada Allah. Jadi kerjakan sesuatu yang ukhti sanggup mengerjakannya dengan penuh keikhlasan. Kerjakanlah sesuatu dimana ukhti mengerjakannya dengan perasaan tulus karena ukhti mencintai Allah SWT, bukan mengerjakan sesuatu karena rasa takut, atau pemaksaan hati untuk melakukannya karena terlanjur terikat dengan janji tertentu (nazar).
Sesungguhnya, Allah tidak menyukai pemberian atau ibadah yang dilakukan tidak dengan keikhlasan hati.
�Dari Aisyah, Rasulullah SAW pernah bersabda: Ambillah (kerjakanlah) pekerjaan yang kalian kuat mengerjakannya. Sesungguhnya Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan.� (HR Muslim dari perawi As Syaikhan dari Aisyah RA). Sababul Wurud hadits tersebut: Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bersumber dari Aisyah ra bahwa Haula binti Tuwait bin Habib telah berjalan disamping Rasulullah. Kata Aisyah pada Rasulullah SAW: �Ini Haula yang mereka sangka tidak tidur dimalam hari.� Bersabdalah Rasulullah SAW: �Ambillah amal ibadah yang kalian kuat mengerjakannya sebab demi Allah, Allah tidak akan jemu sebelum kamu jemu.� Didalam lafat Bukhari berbunyi (artinya): �Ambilllah amal ibadah yang kalian kuat mengerjakannya, sesungguhnya Allah tidak akan bosan sebelum kalian bosan. Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah langgeng walau sedikit. �
Demikian ukhti harus melatih kesabaran ukhti dalam menjalankan ibadah. Ada beberapa saran yang bisa saya sampaikan untuk melatih kesabaran dalam beribadah ini.
Pertama, lakukanlah ibadah yang ukhti mampu melakukannnya dalam porsi yang ukhti merasa ikhlas melakukannya. Misalnya, shalat tahajud. JIka mata masih sangat mengantuk karena terlalu lelah, ukhti bisa saja hanya melakukannya dua rakaat saja ditambah witir lalu tidur lagi. Atau, jika amat sangat lelah, maka tidak usah mengerjakan shalat tahajud. Nanti, gantikan saja dengan shalat dhuha. Ingat. Keduanya adalah shalat sunnah yang jika dikerjakan akan memperoleh pahala insya Allah. Jadi jangan memaksa diri untuk melakukan shalat tahadjud delapan rakaat plus witir tiga rakaat setiap malam jika lewat empat rakaat pertama ukhti mulai merasa kelelahan dan sangat mengantuk. Karena, sesuatu yang dipaksakan itu akan mengurangi kenikmatan. Berkurangnya kenikmatan akan menghilangkan kerinduan. Hilangnya kerinduan dapat mengikis rasa cinta. Hilangnya cinta akan membuat seseorang lari menjauh. Lagipula, semua ibadah yang dilakukan tidak dengan keikhlasan hati akan tertolak. Jadi, kerjakan yang ukhti mampu melakukannya. Hal yang sama berlaku pada ibadah-ibadah sunnah lainnya.
Kedua, jangan terlalu kejam pada diri sendiri. Seluruh anggota tubuh kita memiliki keterbatasan tertentu. Semuanya juga merupakan karunia dari Allah SWT yang harus kita jaga sebagai sebuah amanah yang mulia. Tidak semua orang diberi penglihatan yang sempurna. Ada yang harus mengenakan kacamata ketika melihat sesuatu, ada yang harus menggunakan kaca pembesar disamping kacamata ketika akan melihat sesuatu, tapi ada juga yang tidak diberi penglihatan sama sekali alias buta. Ada yang kerja jantungnya diberi masalah tapi ada juga yang diberikan jantung yang sehat dan fit. Ada yang bisa berjalan tapi ada juga yang dikaruniai kelumpuhan atau diberi ujian patah tulang kakinya hingga tidak dapat berjalan. Meski demikian, meski tampak tidak sama kondisinya, tidak ada yang bisa mengklaim siapa yang lebih baik satu sama lain. Si sempurnakah, atau si cacat? Mengapa? Karena apapun kondisi yang dimiliki oleh seseorang itu merupakan karunia tersendiri bagi orang tersebut. Bisa jadi, si pemilik mata sempurna bisa melihat segalanya sehingga dia memperoleh pengalaman yang beragam-ragam dan kondisi ini menyebabkan dia bisa dikatakan beruntung. Tapi, tahukah kalian bahwa si buta justru merasa amat beruntung dengan kebutaannya karena dengan begitu dia menjadi otomatis terhindar dari berbagai pemandangan yang mungkin bisa menyebabkan berbuat dzalim dan terjerumus dalam kehinaan akibat pemandangan yang tidak harus dilihat bahkan dari pemandangan yang haram dilihat? Artinya� apapun pemberian Allah SWT kepada kita, syukurilah. Syukur disini juga bermakna menjaganya sebagai amanat . Jadi, jika memang harus beristirahat, beri waktu untuk istirahat. Jika sudah waktunya untuk dibersihkan, ya dibersihkan. Jika sudah waktunya untuk memperoleh peningkatan pengembangan manfaat, ya beri kesempatan untuk itu. Seperti jika matamu selama ini senantiasa dipakai untuk menonton televise saja, beri kesempatan juga untuk menatap ayat-ayat Al Quran. Jadi.. berimbang pemanfaatannya.
Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa beberapa orang sahabat Nabi saw. bertanya secara diam-diam kepada istri-istri Nabi saw. tentang amal ibadah beliau. Lalu di antara mereka ada yang mengatakan: Aku tidak akan menikah dengan wanita. Yang lain berkata: Aku tidak akan memakan daging. Dan yang lain lagi mengatakan: Aku tidak akan tidur dengan alas. Mendengar itu, Nabi saw. memuji Allah dan bersabda: Apa yang diinginkan orang-orang yang berkata begini, begini! Padahal aku sendiri salat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita! Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim : 2487).
Ketiga Mari belajar untuk melupakan semua kebajikan dan pengorbanan yang telah dilakukan. Senantiasa melakukan ibadah sunnah secara marathon itu baik sekali. Seperti misalnya, tidak pernah tertinggal melakukan shalat sunnah rawatib, tidak pernah alpa melakukanshalat dhuha, selalu bangun malam lalu mengerjakan shalat tahadjud. Tapi, lalu membandingkan semua ibadah yang telah dilakukan tersebut dengan karunia yang diterima dari Allah SWT, dan mulai mengingat bahwa ada karunia yang tidak pas dan menggugat Allah SWT karena tidak adil. Ini jelas salah besar. Saya pernah mendengar seorang ukhti yang duduk berdoa memohon sesuatu sambil berkata, �Ya Allah, aku sudah memenuhi semua seruanMu di jalan kebajikan dan takwa. Engkau telah berjanji akan memberikan kemudahan padaku untuk mendapatkan kebaikan. Tapi, mengapa sampai hari ini Engkau belum juga memenuhi semua janjiMu. Dimana keadilanMu jika yang Engkau berikan padaku melulu hanya kesulitan-kesulitan dan masalah.�
Harus diingat bahwa selamanya, selamanya, pengetahuan yang kita milliki tentang apa yang terbaik bagi diri kita tidak sebanding dengan apa yang Allah ketahui. Pengetahuan Allah meliputi segalanya. Allah-lah Yang Maha Mengetahui segalanya dan Allah juga Maha Penyayang kepada semua makhluk ciptaanNYa. Mungkin sebuah malapetakan merupakan sesuatu yang ama t perih untuk dirasakan dan amat sulit juga untuk dihadapi. Tapi, bisa jadi ini merupakan cara Allah untuk mengingatkan kita agar tidak terus menerus melakukan sebuah kesalahan yang sama. Atau merupakan cara Allah untuk mengajarkan kita cara mengatasi sebuah masalah sehingga otomatis kemampuan kita untuk bertahan hidup, bersosialisasi dan beradaptasi meningkat dengan sendirinya akibat reaksi yang muncul dari malapetaka tersebut.
Dengan melakukan banyak kebajikan dan pengorbanan, secara sekilas tampaknya kita banyak mengeluarkan sesuatu tapi tidak mendapatkan apa-apa. Padahal, ketika kita melakukan kebajikan dan pengorbanan tertentu tersebut, kita sedang menyebarkan bibit kemudahan dimana-mana insya Allah. Rezeki dan karunia serta kemudahan dari Allah tidak hanya datang dari satu saluran yang ada tepat di hadapan kita saja. Tapi dari berbagai macam arah, bahkan termasuk dari arah yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Saya pernah punya pengalaman. Ketika saya hamil anak bungsu, kondisi saya amat payah. Tidak dapat makan karena semua makanan terasa enek dan bikin mual dan akhirnya harus dimuntahkan. Tidak dapat berbuat banyak karena pusing terus menerus. Tidak dapat memasak dan juga tidak dapat membereskan rumah. Suatu hari, saya amat lapar, semua penghuni rumah pergi sekolah atau bekerja. Di rumah sudah tidak ada lagi makanan dan tidak ada seorangpun yang bisa disuruh membeli makanan. Mau pergi sendiri ke warung kepala terasa pusing sekali. TIba-tiba pintu rumah saya terbuka. Di depan pintu ada seorang wanita yang tiba-tiba membawakan makanan. �Bu Ade, sudah masak belum. Ini saya masakkan sesuatu semoga ibu Ade suka. Tapi maaf masakannya apa adanya.� Subhanallah. Tanya punya Tanya kenapa dia baik sekali pada saya, dia berkata bahwa dulu saya pernah memberinya pinjaman uang untuk anaknya masuk sekolah. Saya kaget sekali. Uang yang dipinjamkan itu hanya senilai Rp10.000. Kecil sekali sebenarnya. Tapi, makanan yang dia bawakan disaat yang tepat, sungguh terlihat lebih dari nilai uang yang pernah saya berikan. Subhanallah. Dari situ, saya semakin yakin bahwa pertolongan Allah itu akan datang pada kita setiap saat kita membutuhkannya dan bisa datang dari mana saja. Bahkan dari sesuatu yang tidak pernah kita duga sebelumnya sekalipun. Dengan begitu, teruslah berbuat kebajikan lalu lupakan. Teruslah melakukan amal ibadah, meski harus melakukan pengorbanan sekalipun, lalu lupakan. Hingga semua menjadi terbiasa, hingga semuanya, pada akhirnya, kemudahan dan kesulitan, menjadi sesuatu yang sama saja dalam kehidupan keseharian kita.
Keempat, Selalu menanamkan dalam pikiran kita bahwa dibalik semua kesulitan selalu ada kemudahan. Kemudahan untuk mengembangkan kemampuan diri yang barangkali selama ini belum dikembangkan. Kemudahan untuk mengembangkan relasi dengan sekitar yang barangkali selama ini terabaikan. Dan cukuplah Allah sahajalah yang menjadi Pelindung karena Dialah sebenar-benarnya Pelindung bagimu.
Demikian usaha untuk melatih kesabaran. Termasuk melatih kesabaran akan takdir Allah yang tidak akan pernah diketahui oleh manusia yang meliputi kelahiran, jodoh, apa yang terjadi di hari esok dan kematian. Kapan takdir-takdir itu terjadi tidak dapat dipastikan datangnya oleh siapapun. Satu hal yang pasti terjadi di atas muka bumi ini hanya satu, dialah kematian. Semua manusia pasti akan mengalami kematian.
JIka kematian merupakan sesuatu yang pasti, lalu kapan waktunya akan tiba pada seseorang itu? Tidak ada yang tahu. Takdir kematian itu adalah salah satu rahasia yang Allah miliki dan tidak ada seorang-pun yang tahu kecuali atas izin Allah SWT. Konon kabarnya, rahasia kematian itu baru diberitahukan pada seseorang itu menjelang ajalnya. Bagaimana wujudnya, tidak ada seorang pun yang tahu. Hanya Allah sajalah yang tahu.
Lalu bagaimana dengan mimpi akan sesuatu dan tafsirnya? � hm, Rasulullah Saw pernah mengatakan bahwa Syaithan bisa masuk ke dalam mimpi seseorang dan dalam mimpi seseorang itu dia bisa menjelma sebagai apa saja kecuali satu�. Syaithan tidak akan dapat menjelma menjadi Rasulullah SAW. Yang ingin saya katakan adalah, jangan terlalu percaya pada tafsir mimpi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Selama tafsir itu menyalahi takdir atau melanggar syariat Islam atau mengajak manusia kea rah kesesatan dari jalan Allah SWT, maka itu merupakan tafsir yang salah. Dalam hal ini, tafsir yang mengatakan bahwa ukhti akan meninggal dunia dalam waktu dekat, itu tidak benar adanya. Meninggal dunia, itu pasti. BUkan hanya ukhti, saya dan teman-teman muslim dan muslimah di seluruh dunia ini juga pasti akan meninggal dunia. Tapi� kita tidak akan pernah tahu kapan waktunya. Apakah dekat ataukah masih lama.
Nah�. Karena pengetahuan kita yang amat kurang dalam masalah kepastian waktu tersebutlah maka hendaklah kita semua bersabar menunggunya. Tidak usah takut karena seberapa besar pun rasa takut kita, kematian pasti akan datang menjemput� entah kapan. Tapi juga tidak usah terlalu lebay beraninya, menantang maut dan memohon agar cepat dimatikan. Yang harus dilakukan itu hanya satu kok, sabar menantinya dengan senantiasa berusaha mengumpulkan bekal pahala yang sekiranya bisa dibawa hingga kea lam akherat kelak. Apa saja bekal pahala itu? Yaitu beribadah kepada Allah SWT, melakukan kebajikan kepada sesama manusia dan kepada sesama makhluk Allah yang lainnya.
Sekarang� apa yang harus dilakukan agar kita bergairah lagi dalam melakukan ibadah? Cobalah untuk mencintai Allah dengan cinta yang ikhlas dan besarrrr sekali. Bukan cinta karena mengharapkan sesuatu. Bukan cinta yang muncul karena menginginkan sesuatu. Bukan pula cinta karena tidak ingin sesuatu terjadi. Pun Bukan cinta karena ingin menghindari dari sesuatu. Tapi cinta yang benar-benar tulus dan ikhlas. Cinta yang membuat dirimu bersedia menyerahkan segalanya���� SEGALANYA.
Lalu, rajinlah mengkaji ilmu Islam. Al Quran dan artinya dibaca. Juga tafsir-tafsir mengenainya. Dirikan shalat malam. Lakukan ibadah puasa. Bergabung dan bergaullah dengan orang-orang yang bertakwa. Orang-orang muslim yang bertakwa ini biasanya ada diantara majelis-majelis ilmu Islam. Entah itu pengajian, atau kelompok-kelompok kaji Islam, serta mereka yang rajin meramaikan masjid dan senantiasa terpaut hatinya dengan Al Quran. Percayalah. Bergaul dengan mereka semua akan membuat kita ikut mencintai Allah dengan ikhlas dan penuh cinta.
Selain itu, mulai rajin menyisihkan harta untuk bersedekah dan membantu sesame yang sedang membutuhkan. Tidak usah langsung banyak memberinya, tapi sedikit-sedikit tapi sering-sering. Dalami kesulitan mereka dan mari bersyukur kepada Allah karena kita tidak seperti mereka lalu memohon kepada Allah agar kesulitan mereka diangkat serta kita dihindarkan dari kesulitan seperti itu.
Demikian balasan dari saya. Semoga berkenan dan maaf jika ada banyak kekurangan disana sini.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|