|
Pemarah yang Menyesal Uneq-Uneq - Friday, 06 November 2009
Tanya: Assallamu'alaykum wr wb.
Mbak Ade,
Saya seorang wanita diatas 35 tahun, seorang istri dan juga seorang ibu. Usia perkawinan kami 12 tahun. Saya bukan seorang istri yang baik juga bukan ibu yang baik bagi anak2 kami. Sifat saya yang keras dan kasar membuat saya suka membangkang kepada suami. Saya hampir tidak pernah melayani suami dengan baik. Saya merasa bahwa saya juga bekerja dan memberikan semua penghasilan saya untuk keluarga jadi kadang saya terlalu lelah untuk bisa berbagi dengan suami.
satu hal suami saya juga orangnya keras dan sangat pencemburu. bertahun2 saya di curigai mempunyai hubungan dengan laki2 lain. padahal selama ini saya tidak pernah melakukan apa yang di tuduhkannya kepada saya. sampai teman2 di kantor saja bingung kenapa suami saya curiga spt itu padahal saya ini bukan wanita yg genit atau modis.
berkali2 saya setiap bertengkar saya selalu emosi dan meminta cerai. tapi suami saya tidak pernah menggubrisnya. dan pada saat saya tenang saya selalu berpikir kenapa saya berteriak minta cerai, saya sudah punya anak dan saya cinta pada suami saya.
kami menikah karena cinta setelah 8 tahun pacaran dan akhirnya kami menikah. dari jaman pacaran sebenarnya sudah sering pula kami bertengkar hanya utk urusan yg sepele.
saya merasa suami saya tidak pernah tegas dengan persoalan kami, dia tidak pernah membuat keputusan sebagai kepala rumah tangga. dari mulai soal anak, sekolah anak semua saya yg tentukan. padahal saya juga ingin dia ikut dalam pendidikan anaknya.
setahun belakangan ini, dia lebih cuek pada saya, jarang meminta saya untuk menyentuhnya. setiap bicara selalu kasar dan saya selalu terpancing emosi dan akhirnya ikutan marah2.
imbasnya terhadap kedua anak kami, saya suka marah2 dan kadang memukul anak2 saya kalau mereka salah sedikit saja.
saya sebenarnya cape, letih dengan keadaan saya sendiri. saya jadi stress dan makin sering emosi.
tahun lalu saat tidur saya mendengar dia mengigau meyebut nama seorang perempuan. saya tanyakan tapi dia cuek aja.
saya bekerja di travel agent dan kadang saya pengen mendapatkan rejeki lebih dengan membawa group ke luar negeri. ini saya lakukan untuk menambah penghasilan dan tabungan untuk pendidikan anak2 saya.
suami saya tidak pernah menabung. semua biaya pendidikan saya yg cover.
pun dari gajinya saya hanya di berikan sebatas belanja bulanan saja. buat saya tidak apa2 karena saya bekerja dan saya bisa menghidupi anak2 saya. saya gengsi untuk minta uang pada suami saya, karena pun kalau di minta dia akan bilang tidak punya uang. kecuali kalo cuma minta 10 atau 20 ribu, ya suka di kasih juga sih.
pada saat lebaran sy pergi ke luar negeri menjadi tour leader group. saat pulang sy merasa kehilang uang, sy tanya dia katanya tidak tahu. dan ikut membantu mencari. sy pikir mungkin sy yg salah, ah sudahlah.
ternyata di bulan Februari, sy iseng membuka hp nya dan melihat ada message :
"bunda, tunggu yah, nanti ayah ke sana" upppss hati saya langsung deg2 an. sy mau langsung konfrontasi tp sy yakin dia pasti akan bilang hpnya di pinjem teman. sayangnya sy tdk langsung mencatat no. telp org itu.
bulan Maret pertengahan, sy mau pinjem mobil, dia minta sy ambil stnk sendiri. dan apa yg saya temukan di dompetnya, selembar uang aud yang hilang di bulan oktober. waduh apalagi ini, tp saya diam saja, sy tdk mau menanyakan karena takut jadi bertengkar.
kejadian ternjadi saat ulang tahun perkawinan kami. hari itu dia tidak mengucapkan selamat, sy kesal dan sy diamkan dia. siang hari dia bilang mau ada urusan ke kantor dan sempat nanya apakah saya mau ikut. krn msh kesal sy tdk mau. dia pulang malam sekali, saya sudah tidur. sebelum2 nya pun dia sering pulang malam dan biasanya sy sdh tidur. kalo saya tanya jawabannya ada kerjaan di kantor. kadang katanya dia ada tugas visit yg mengharuskan dia kembali ke kantor pagi hari. Pernah satu hari dia bilang tugas visit, esok paginya sy telp dia bilang baru sampe kantor, mau beresin mobil baru pulang. sampai siang dia tidak pulang, sy coba telp tidak di angkat2. sy curiga, dan akhirnya pulang esok harinya itupun sudah siang menjelang sore. sy tanya katanya dia bantuin temennya betulin break-breakan. (dia punya hobi ngbreak).
sehari sesudah ultah perkawinan adalah ulang tahun sy, dia tidak mengucapkan apa2 cuma bilang lwt anak2, eh mama ultah tuh, udh ngucapin blm? saya semakin kesal dan diam saja.
seminggu kemudian, entah kenapa hati saya deg deg an terus selama bbrp hari. Hari minggu itu dia sedang cuci mobil, sy iseng aja pengen liat lagi uang sy yg ada di dompetnya.. tapi apa yang saya temukan. sebuah kwitansi kos atas nama suami saya. hati sy semakin berdebar. sy buka tasnya, sy ambil usb nya sy buka di komp.
ada 2 folder yg membuat sy penasaran. satu folder ternyata isinya foto2 wanita cantik dan bbrp foto2 mereka berdua. sy shocks.. sy langsung save foto2 itu. lalu sy buka 1 folder lagi ada banyak sekali video.. saya buka salah satunya ternyata video porno. sy makin shocks... sayang pada saat saya coba save suami sy pulang. jadi tidak jadi tersave.
di kwitansi tertera no telp kos2 an tsb lalu lsg sy telp, menanyakan alamat, apa suami sy kos di sana dsb.
jawabannya ya, ada nama suami sy di kos itu dan katanya kos dg istrinya. sy makin shock.
pas suami sy pulang sy tanyakan sm dia, dia tdk mau bilang. sy marah sangat marah, lalu sy tanyakan foto yg ada di usb. dia tdk mengakui scr langsung. sy kesal dan sy tinggalkan rumah, sy bilang sy akan k tmpt kos utk mencari tau. di jln sy telp teman sy dan dia bilang spy sy sabar. malam itu, sy dan suami bicara di hadapan kakak2 nya dan ipar2 nya. sy msh sangat emosi sehingga sy berteriak2 malam itu dan juga suami sy bicara berbelit2. dlm 2 hari sesdh peristiwa sy spt org kebingungan, kesana kesini gak ada tujuan. dlm 2 hari itu suami sy kirim sms minta maaf dan bilang memilih saya. tp yg sy bingung kalo di rumah dia diam saja.
hari ke 3, sy memaafkannya tp esok harinya sy marah2 lagi. sy bingung.
akhirnya yg terjadi sekarang ini adalah, ssdh bbrp hari terus berargumentasi yg terjadi malah sebaliknya,
dia ungkit semua kesalahan saya, dari sy tdk melayaninya dg baik, kekecewaan sy krn pekerjaannya, kekecewaan sy krn sampai saat ini msh tinggal di rumah milik ortunya. dll.
Saya menyadari bahwa lama sekali bertahun2 saya lalai untuk bersyukur pada Allah, sy bisa di bilang jarang sholat dan suami jg seperti itu.
Sebulan lebih berlalu, dalam sebulan ini banyak sekali yg terjadi dan sebagian besar karena saya tidak bisa menahan emosi sy. sekarang suami saya seperti menutup pintu kepada saya dan bilang akan menceraikan saya, tdk mau bicara, tdk mau memberi tahu kalau mau pergi kemana-mana. dia bilang dia sudah tinggalkan perempuan itu, tp hati sy tidak yakin. krn 2 minggu ssdh kejadian, kami pergi ke surabaya, di perjalanan ke airport sy intip dari bangku belakang dia sms ke seseorg. isinya : bunda, ak pergi cuma 2 hari doang ... (tdk terbaca) dan di jawab luv u too. tadinya dia tidak mengaku kalau org itu org yg sama. akhirny minggu lalu sy bener2 kehilangan emosi dan berteriak2 tidak karuan. akhirnya dia bilang oke itu org yg sama. dan katanya sdh di tinggalkan.
Tadinya saya bersikeras tidak mau di ceraikan, sampai-sampai kalau habis bertengkar, sy bisa nangis dan meminta maaf, dia tidak mau memaafkan saya. saya bersikeras tidak mau cerai karena sy takut nantinya anak2 saya jadi sakit hati kepada kami dan berdampak jelek pada kehidupan mrk nantinya.
Suami saya ingin menceraikan saya karena katanya selama 12 tahun perkawinan sy tidak menghargai dia (walaupun sy tdk merasa spt itu) dan sy tdk melayaninya dg baik. dan dia takut nantinya saya tidak akan pernah berubah. dia tidak memilih saya atau perempuan itu, katanya lebih baik dia sendiri saja dan bebas mau melakukan apapun sendiri. (maaf saya tidak sepenuhnya percaya kata-katanya, bgm kalau tnyata ini cuma bisa-bisanya dia aja ngomong begitu spy aib dia dg perempuan itu tdk terbongkar)
Saya sudah sholat dan berusaha untuk tidak bolong2 sejak kejadian ini. saya tahajud, dhuha dan mencoba sholat sunat sebelum dan sesudah sholat wajib.
saya sadar Allah tidak mungkin memberikan jawaban atas doa sy secepat itu. saya tahu sudah banyak dosa2 yg saya perbuat sebelumnya. saya sempat menonton dvd tausiyah dr ust yusuf mansur mengenai cobaan dan azab.
yang saya takutkan saat ini apakah ini hanya cobaan Allah atau azab dari dosa2 terdahulu saya.
saya mohon pencerahaannya mbak ade.
mohon maaf bila tulisan saya amburadul krn saya tidak bisa menulis dg baik, tp bila mbak ade mau menanyakan hal-hal lain, silahkan saja dan saya insyaallah akan menjawab dg jujur.
PS : Mbak Ade, yg juga bikin saya bingung, dia bilang dia sudah tidak punya hasrat dg saya, tp kalau saya minta nafkah bathin dia tetap berikan, walaupun katanya ini terpaksa. apa benar laki2 bisa spt itu?
Terima kasih banyak atas perhatiannya dan saya menunggu jawaban dari mbak ade.
Wassalamu'alaikum wr wb.
Jawab:
Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga yang saya akan tulis berikut ini tidak membuat ukhti tersinggung, karena saya akan mengatakan bagaimana pandangan saya insya Allah secara objektif (karena saya tidak kenal ukhti ataupun suami ukhti atau siapapun orang yang ada disekitar ukhti saat ini). Sebelum memulai obrolan kita, saya akan bertanya, coba sebutkan cobaan apakah yang paling berat didunia ini yang pernah dialami oleh manusia?
Banyak orang yang mengatakan bahwa cobaan yang terberat didunia ini adalah ketika kita sedang mendapatkan musibah keterpurukan. Tanpa harta, kedudukan dan fasilitas. Pendapat ini tidak salah. Sesungguhnya, kondisi sedemikian memang betul adanya. Kemiskinan bisa mengantarkan seseorang ke arah kekafiran. Sering terjadi orang menjadi marah pada Sang Pencipta dan Yang Maha Berkuasa karena merasa sedang mempermainkan hidupnya. Benarkah demikian? Mari kita tilik lebih lanjut.
Apa yang tidak dimiliki oleh si miskin yang membuatnya merasa senantiasa ada dikondisi terpuruk? Sumber daya. Ya, si miskin tidak memiliki sumber daya yang bisa membuatnya menjalani kehidupan secara normal. Sumber daya itu bisa berupa harta, keahlian, kesehatan, dan tenaga serta kesempatan. Tapi, apa betul itu semua tidak terdapat sama sekali di atas bumi Allah yang luas ini? Ada. Semua sumber daya itu tersedia banyak sekali dan tersebar dimana saja. Hanya saja, diperlukan sebuah kesabaran untuk meraih dan menghimpunnya. Seorang petani yang miskin, harus berusaha bangun pagi agar ketika mencangkul sawahnya tidak terlalu terbakar terik matahari. Dia juga harus menerapkan tehnik menanam yang baik agar waktu dan tenaga menjadi efisien digunakan. Dia juga harus sabar menyiangi sawahnya agar tidak ada burung yang mencuri bulir padinya, tidak kekurangan air, tidak kekurangan pupuk, tidak dihinggapi hama bahkan agar tidak ada tanaman liar satupun yang tumbuh disela-sela padinya. Seorang pedagang, harus bangun pagi dan menggelar dagangannya sebelum pembeli pertama tiba dipasar sehingga pembeli tidak pergi ke tempat lain. Barang yang dia dagangkan, harus ditata rapih dan disusun menarik agar para pembeli tertarik untuk membelinya. Tidak bisa barang dagangan dibiarkan begitu saja dan lalu mengharapkan Allah akan menggiring pembeli datang dan menghabiskan dagangannya. Harus ada usaha. Segala sesuatunya itu harus ada usaha untuk meraih dan menghimpun sumberdaya (baca: rezeki yang diharapkan). Untuk menjalankan usaha itu, dibutuhkan kesabaran.
Dengan demikian, tidak benar bahwa cobaan yang paling berat di dunia ini adalah musibah keterpurukan. Mengapa? Karena sebenarnya, musibah keterpurukan itu tidak akan terjadi jika saja manusia mau senantiasa bersabar menjalankan usaha guna menghindari dan mencegah kondisi yang tidak dia inginkan.
Lalu, bagaimana dengan cobaan yang berbanding terbalik dengan cobaan keterpurukan? Yaitu cobaan kemewahan. Menurut saya, cobaan kemewahan jauh lebih berat daripada cobaan musibah keterpurukan. Mengapa? Karena sering kali tiap-tiap insan yang mengalami cobaan kemewahan tidak akan pernah menyadari bahwa saat itu dia sedang diuji oleh Allah dengan kemewahan dan kesenangan hidup. Begitu banyak kemudahan dari segi harta dan kesempatan yang dia miliki sehingga dia lupa bersyukur lalu tanpa sadar melupakan Tuhannya. Begitu banyak kesenangan yang dia raih sehingga tanpa sadar dia menjadi yakin bahwa itu semua berkat kepiawaiannya mengumpulkan harta sehingga dia menjadi sombong, takabur dan akhirnya merendahkan orang lain yang kemampuannya tidak sebanding dengan dirinya. Tanpa ukhti sadari, inilah kondisi yang ukhti alami selama bertahun-tahun lamanya.
Ukhti� ketika ukhti masih muda dahulu, pernahkan ukhti mendengar sebuah nasehat agar menghormati suami? Setinggi apapun kedudukan ukhti, seberapa banyakpun harta yang ukhti miliki, dan serendah apapun kedudukan suami ukhti (jika dibandingkan dengan kedudukan ukhti), dan sesedikit apapun harta yang dimiliki olah suami ukhti (jika dibandingkan dengan harta yang ukhti miliki), suami tetaplah seorang suami. Orang yang harus kita hormati kedudukannya, muliakan posisinya, dan harus kita cintai dengan sepenuh hati. Karena dialah laki-laki yang telah dijodohkan oleh Allah kepada kita. Allah mendatangkan dan mempertemukan kita dengan suami kita tentu dengan sebuah rencana agar kadar rasa syukur kita bisa teruji dan besarnya rasa kesabaran kita terasah. Mengapa? Karena Allah amat sayang pada kita, dan Allah ingin kita semua bisa masuk ke dalam surga Allah yang tidak terkatakan betapa nikmatnya. Hanya saja, hanya orang-orang yang pandai bersyukur dan pandai bersabar sahajalah yang bisa masuk ke dalam surga Allah. Untuk itulah kita diberi cobaan yang berupa-rupa. Kebetulan, cobaan yang menghampiri ukhti adalah cobaan berupa kesenangan dan kemudahan.
Suami adalah manusia biasa. Dia tentu punya rasa tersinggung, rasa sakit hati, rasa ingin disayangi, ingin dicintai, serta dibutuhkan. Semua suami diatas muka bumi ini sama saja kondisinya. Semua punya keinginan seperti itu. Hanya saja, ada suami yang sabar merajut keinginannya itu hingga suatu saat nanti bisa terwujud, ada suami yang tidak sabar dan ingin segera saja hal itu terwujud. Suami ukhti dalam hal ini termasuk suami yang sabar. Bertahun-tahun dia berharap hati ukhti akan terbuka dan suatu saat kelak bisa menghargai, menyayangi dan membutuhkan kehadiran dia sebagai seorang suami dan seorang kekasih. Hanya saja, ternyata ukhti terlalu sibuk dengan egoisme diri sendiri dan terus saja �melecehkan� suami ukhti. Padahal, rasa cinta itu seperti sebuah pohon yang bermula dari sebutir biji yang diletakkan di atas hamparan tanah. Dia bisa saja tumbuh dengan sendirinya karena memang tanah adalah sumber rezeki dari Allah yang amat kaya kandungannya. Tapi, tanaman yang tumbuh dengan liar akan terlihat kurang subur dan tidak terawat dengan baik. Bisa jadi dahannya kurus dan ini membuatnya menjadi rapuh dan cepat patah ketika angin datang bertiup dengan kencang. Berbeda dengan pohon yang kita rawat dan kita pagari dengan baik. Batangnya kuat, daunnya lebih hijau, buahnya lebih lebat, dan ketika angin datang bertiup, ada penyanggah batang yang menahan agar batang tidak patah tertiup angin.
Itulah cinta.
12 tahun hidup dalam sebuah perkawinan yang penuh dengan perilaku saling memaki, saling merendahkan, dan saling tidak percaya satu sama lain adalah 12 tahun kisah perkawinan yang tidak sehat. Kalian berdua tidak dapat merawat cinta kalian dengan baik sehingga cinta yang kalian miliki menjadi rapuh. Ditambah dengan sifat-sifat tidak sabar yang justru kalian suburkan. Kasihan anak-anak kalian (tahukah ukhti, bahwa anak-anak tidak butuh semua gelimang harta dan fasilitas yang ukhti berikan pada mereka. Karena itu semua menjadi tidak berarti jika diiringi dengan hardikan, bentakan, makian dan kurangnya rasa kasih dan sayang dalam keluarga. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang gugup, peragu dan serba tidak percaya diri. Ada anak yang kelak akan menutupi itu semua dengan kenakalan, tapi ada juga anak yang menutupi itu semua dengan cara menarik diri dari lingkungan sosialnya. Keduanya menunjukkan bahwa keluarga mengembangkan sebuah hubungan yang tidak sehat).
Sayangnya, diperlukan sebuah kejadian yang tidak enak untuk menyadarkan seseorang yang telah terlena dengan sebuah kebiasaan yang buruk yang telah dilakoninya bertahun-tahun. Dan itulah yang ukhti alami saat ini. Allah menghadirkan seorang wanita lain ke hadapan suami ukhti untuk menguji suami ukhti apakah dia akan tergoda untuk mendua. Dan ternyata dia meliihat bahwa pada wanita lain inilah dia menemukan banyak sekali kelebihan yang selama ini tidak dia peroleh dari ukhti. Diapun berpindah hati. Lalu, dari kejadian ini, apakah ukthi menjadi berubah dan menyadari kesalahan ukhti selama ini? Sayangnya, dari apa yang ukhti tulis, rasanya tidak.
Ukhti menjadi kian emosi, kian pemarah dan kian tidak sabaran. Ukhti hanya bisa menuntut tanpa mau berusaha untuk memenuhi keinginan pihak lain yang menjadi bagian dari kelompok ukhti. Seharusnya, ketika kita menuntut hak kita, kita penuhi juga kewajiban kita. Kewajiban ukhti sebagai istri apa? Yaitu melayani suami dengan baik (baik di tempat tidur maupun sebagai seorang kekasih dan sahabat.. ingat, tidak ada tuntutan harus melayani sebagai pembantunya... Islam tidak menuntut istri harus menjadi pembantu di rumah, tapi menuntutnya agar menjadi sahabat yang sederajat. Cobalah jadi teman yang baik untuk tempatnya berkeluh kesah, menjadi sahabatnya yang mendukung semua keputusannya seperti yang ditunjukkan oleh contoh Muslimah paling mulia, Khadijah r.a terhadap suaminya, Rasulullah SAW; menjadi tempatnya untuk melepas penat dan menyegarkan kembali pikiran dan tubuh yang suntuk, seperti yang dicontohkan oleh Muslimah paling mulia, Aisyah ra, terhadap suaminya, Rasulullah SAW). Dan satu hal penting lagi yang harus ukhti lakukan saat ini adalah, mengendalikan kemarahan.
Mengendalikan kemarahan itu sifatnya segera. Kemarahan yang dipupuk sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging itu lebih banyak buruknya daripada baiknya. Ukhti akan terbentuk menjadi pribadi yang sulit untuk bersabar, kasar, tidak disukai oleh orang lain, amat sulit untuk bersyukur atas segala sesuatunya karena yang pertama kali ukhti lihat adalah sisi negatif, dan akhirnya ukhti menjadi orang yang sombong, dikucikan oleh orang lain dan bahkan dijauhi oleh keluarga ukhti sendiri. Orang-orang akan merasa lega jika ukhti tidak hadir, bahkan bisa jadi orang-orang akan bersyukur jika ukhti tidak datang. Kelak, tidak ada orang yang merasa kehilangan dan menangis karena kehilangan ketika ukhti meninggal dunia. Sungguh buruk sekali dampak dari sifat pemarah yang dipupuk terus menerus. Jadi... ayo, mulailah kikis sifat pemarah dan gampang emosi yang mulai bercokol dalam diri ukhti.
Mulailah dengan banyak-banyak menyebarkan salam kepada orang lain. Lalu mulai pula dengan banyak-banyak menebarkan senyum pada orang lain. Tarik napas dalam-dalam jika menemukan sesuatu yang tidak berkenan di hati, lalu katakan pada diri sendiri: �Dia manusia biasa, wajar melakukan kesalahan, mungkin dia masih butuh bantuan untuk melakukannya agar lebih baik.�... artinya, kamu harus mulai mengembangkan sifat pemaaf dan bertoleransi atas segala sesuatu yang terjadi. Kamu tidak sempurna, begitu juga dengan orang lain. Yang sempurna itu hanyalah Allah SWT, lalu mengapa harus memaksakan segala sesuatunya untuk tampil sesempurna mungkin?
Lalu, mulailah pula memupuk kerajinan untuk melakukan tiga macam jenis ibadah selain rajin melaksanakan shalat wajib dan shalat sunnah. Yaitu, mulailah rajin menjalankan ibadah puasa. Puasa itu jika dijalankan dengan benar dan penuh kekhusyuan, bisa membantu kita untuk melatih sifat sabar. Sabar untuk tidak melakukan sesuatu yang sekiranya dapat merugikan diri sendiri. Sabar untuk tidak termakan oleh emosi yang sering melupakan akal dan meninggalkan syariat. Sabar untuk menerima sesuatu yang ternyata tidak sesuai dengan harapan kita. Jika ingin marah, katakan pada diri sendiri �sabar, saya sedang berpuasa. Allah, bantu aku untuk sabar dan tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain dan diri sendiri.� ... Jika menemukan sesuatu yang menyakitkan hati dan ingin menangis, katakan pada diri sendiri, �Sabar, saya sedang berpuasa, Allah, bantu aku untuk dapat sabar menghadapi cobaan ini.� Begitu seterusnya.
Ibadah kedua yang harus mulai dibiasakan (dibiasakan, nanti kalau sudah terbiasa jadikan dia kebutuhan). Yaitu bersedekah. Sisihkan sedikit hartamu untuk membantu siapa saja. Jika ada yang membutuhkan uluran tanganmu dalam bentuk harta, berikan harta itu. Jika ada yang membutuhkanmu dalam bentuk jasa, berikan jasa itu. Niatkan pemberian itu sebagai sebuah ibadah sedekah untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Dalam memberikannya tidak usah dengan perhitungan target 2,5% dari harta. Jika bisa lebih, apa salahnya? Bersedekah itu jika dibiasakan akan memupuk sifat rendah hati dan suka menolong dengan ikhlas. Akan muncul kesadaran bahwa segala sesuatunya itu hanya milik Allah, kita hanya dipinjami sekejap saja oleh Allah. Dengan begitu, jika sesuatu yang bukan milik kita itu dipinjam oleh orang lain, tentu Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi karena sesungguhnya Allah tidak akan meninggalkan hambaNya dalam keadaan tidak punya apa-apa. Pasti ada sesuatu yang diberinya sebagai rahmat dan rezeki dari Allah untuk jadi bekal kita di dunia ini.
Ibadah ketiga yang harus dibiasakan adalah, berbuat baik pada orang lain. Ada banyak sekali macam perbuatan baik yang dinilai sebagai ibadah dalam Islam jika dilakukan dengan ikhlas. Mengucapkan salam pada orang lain adalah ibadah. Mengujungi orang sakit adalah ibadah. Membantu orang lain yang sedang kesulitan adalah ibadah. Memasak untuk orang-orang tercinta adalah ibadah. Memberi makanan untuk mereka yang membutuhkan makanan adalah ibadah. Berbuat baik pada tetangga adalah ibadah. Bahkan memberikan sebuah senyuman yang ramah dan indah juga adalah ibadah. Nah, niatkanlah segala sesuatu yang sekiranya bisa mendatangkan kebahagiaan atau meringankan penderitaan sebagai sebuah ibadah kepada Allah SWT. Jadi, ucapkanlah basmallah pada segala sesuatu yang ingin dikerjakan, ikhlaskan apa yang sudah dikerjakan, semua ini bisa membantu membentuk kepribadian yang sabar, penyayang, dan lembut serta ramah. CObalah.
Btw: lakukan saja ibadah-ibadah ini. Jika memang suami ukhti masih berjodoh dengan ukhti, tentu dia akan kembali lagi pada ukhti. Tapi jika tidak, dengan kepribadian ukhti yang baru sebagai hasil dari sekolah kepribadian madrasah Ibadah Islam, insya Allah akan datang orang yang lebih baik dari suami ukhti. Wallahu�alam.
Demikian ukhti, semoga bermanfaat.
Wassalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|