[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Bingung Memakai Jilbab Panjang
Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004

Assalamualaikum Wr. Wb

Hai apa kabar, Ferina ada masalah yang membuat Ina jadi bingung. Gini
lho Ferina ingin banget pake Jilbab yang gede(jubah) tapi sampai
sekarang hati ku belum mantap. Bagaimana sih solusinya nanganin masalah ini.
Tolong bantu aku ya.
Sebelumnya makasih banget yaa atas perhatian nya.
Wassalamualaikum Wr.Wb


Jawab :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak usah diterangkan lagi yah bahwa memakai jilbab itu adalah
kewajiban bagi semua kaum muslimah. Semua tentu sudah tahu insya Allah.
Sekarang, yang sedang dipikirkan mau pakai jilbab lebar atau gede model
jubah? Boleh-boleh saja, karena pada dasarnya, jilbab itu adalah sesuatu
yang terulur menutupi rambut dan kepala wanita yang dipandang sebagai
bagian dari aurat. Disyariatkannya berpakaian bagi wanita di dalam Islam
adalah untuk mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat
dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya
dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi wanita muslimah tersebut
(lihat Al Ahzab: 59; dan An Nur:31)).

Model, warna dan motifnya tidak ada larangan yang lebih spesifik pun
tidak ada anjuran yang mengatur hal-hal tersebut, selama jilbab itu
sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam syariat Islam itu adalah:

1. Menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan (tidak
memperlihatkan sedikitpun postur tubuh/tipis, lapang, tidak sobek/bolong.
2. Sederhana dalam menghiasi pakaian, wajah dan tangan.
3. Pakaian dan perhiasan itu harus yang dikenal oleh masyarakat Islam
(karena menjadi identitas dirinya sebagai wanita muslimah).
4. Harus berbeda dengan pakaian laki-laki.
5. Harus berbeda dengan pakaian wanita kafir.

Bentuk dan model pakaian/jilbab itu tidak termasuk urusan ibadah murni,
tetapi termasuk aspek muamalah yang illat dan ketentuan hukumnya
berporos pada maksud dan tujuan syariat, dan termasuk tradisi yang kondisinya
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan zaman dan tempat. Oleh sebab itu,
bagaimanapun bentuk dan model pakaian asalkan dapat menutup aurat
dengan memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan syariat, sesuai
dengan kondisi iklim dan pada sisi lain memudahkan wanita bergerak, maka
dapat diterima oleh syara'.

"Aisyah, istri Rasulullah saw, menunaikan shalat dengan memakai baju
kurung (baju panjang) dan kerudung." (HR Imam Malik dalam
Al-Muwaththa’)

"Maimunah menunaikan shalat dengan memakai baju kurung (baju panjang)
dan kerudung dengan tidak memakai sarung." (HR Imam Malik dalam
Al-Muwaththa).

Subai'ah al-Aslamiyah berkata, "Aku rangkapkan pakaian-pakaianku
pada diriku pada sore hari" (Bukhari dan Muslim).

"Wanita yang sedang ihram janganlah memakai cadar dan jangan pula
memakai kaos tangan." (HR Bukhari)

"Maka ketika Sabai'ah al-Aslamiyah telah suci dari nifasnya, ia
berhias untuk menerima para peminang (menurut ruwayat Imam Ahmad, ia
memakai calak dan pewarna), lalu Abas Sanabil datang menemuinya." (HR
Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra, dia menceritakan: "Aku pernah melihat pada diri Zainab
binti Rasulullah baju sutra yang bergaris."

"Wahai Asma', jika seorang wanita telah menjalani haid,maka tidak
diperbolehkan baginya dilihat kecuali ini dan ini. Beliau
mengisyaratkan wajah dan kedua telapak tangannya." (HR. Abu Dawud)

"Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya,
yaitu: suatu kaum yang bersamanya cambik seperti ekor sapi yang
digunakannya untuk mencambuk orang-orang, dan wanita-wanita berpakaian tetapi
telanjang, genit, kepalanya seperti punuk unta yang miring, mereka tidak
akan masuk surga, tidak juga mencium bau surga, sesungguhnya bau surga
tercium dari jarak ini dan itu." (HR. Muslim)

Usamah bin Zaid berkata, "Rasulullah saw memakaikan kepadaku
qubthiyyah (pakaian dari katun tipis) yang kasar, hadiah dari Dihyah al-Kalbi.
Kemudian kupakaikan kepada istriku. Lalu beliau bertanya, "Mengapa
engkau tidak memakai qubthuyyah?" Saya menjawab, " Saya pakaikan
kepada istriku." Beliau bersabda, "Suruhlah ia memakai ghilalah
(rangkapan) di bawahnya karena aku khawatir akan tampak lekuk-lekuk
tulangnya." (HR Imam Ahmad)

Karena jilbab adalah identitas seorang muslimah, maka pemakai jilbab
sebenarnya secara otomatis telah menjadi seorang duta untuk dakwah Islam.
Artinya, ketika jilbab itu kita kenakan, maka semua orang yang melihat
kita akan tahu bahwa kita adalah seorang wanita muslimah, lalu mulai
memperhatikan segala prilaku yang kita perlihatkan dalam berjilbab dan
mengidentikkannya sebagai prilaku islam. Nah tugas sebagai duta Islam ini
sehendaknya dijalankan dengan sebaik mungkin oleh semua muslimah
(khususnya jilbaber) untuk memperlihatkan bahwa:
1. Islam itu adalah agama yang damai. Artinya, kita tidak menunjukkan
diri sebagai kelompok yang harus disegani oleh orang lain. Sebaliknya,
kita menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang mengajak kepada
kebaikan sahaja dan pemeluk Islam sehendaknya tidak berlaku sombong.
2. Islam itu adalah agama membawa rahmat pada orang lain. Artinya,
dimana saja dan kapan saja kita selalu siap untuk memberi manfaat bagi
sekeliling kita.
3. Islam itu adalah agama yang terbaik. Artinya, kita sebagai
pemeluknya, juga harus menjadi yang terbaik. Kalau terus-terusan tertinggal
dalam berbagai disiplin ilmu, lama-kelamaan orang akan punya image bahwa
jilbaber itu adalah kelompok wanita yang pake jilbab untuk menutupi
kepalanya yang kosong dengan ilmu. Shaleh tapi tidak bermanfaat, apalah
gunanya; bermanfaat tapi tidak shaleh, akan rugi di akhirat kelak.

Dari Abdullah bin Umar ra, dia menceritakan, Rasulullah saw telah
bersabda: "Barang siapa menarik (menyeret) pakaiannya karena sombong,
niscaya Allah tidak akan memandangnya.� Lalu Ummu Salamah bertanya:
“Bagaimana kaum wanita harus membuat ujung pakaiannya?". "Hendaklah
mereka menurunkan pakaian mereka sejengkal (dari pertengah betis
kaki)." Jawab Rasululllah saw. Selanjutnya Ummu Salamah berkata: "Kalau
begitu kaki merkea tetqap tampak?" Beliau berkata: "hendaklah mereka
menurunkan satuhasta dan tidak boleh melebihinya." (HR. An-Nasa’I)

Kemuliaan manusia menurut timbangan Islam diukur dari segi akal
pikiran, akhlak, ilmu dan keutamaannya, bukan dari segi ketampanan wajahnya.

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling takwa di antara kamu." (Al- Hujurat: 13)

"Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian
untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah. Mudah-mudahan mereka selalu ingat."
(Al-A'raaf:26)

Rasulullah saw bersabda: "Sesunggunya Allah tidak melihat (menilai)
fisik dan rupa wajahmu, tetapi menilai hatimu." (HR Muslim)

Demikian semoga bermanfaat, maafkan jika ada kesalahan atau kekhilafan,
itu semua berasal dari saya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved