[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Di Bawah Jembatan
Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004

Pukul 20.30. Langit sudah terlihat cerah. Hujan baru saja selesai turun. Udara tidak terlalu panas. Terminal itu masih kelihatan hidup. Saya yang masih terkantuk-kantuk berusaha berjalan dengan cepat melewati lintasan-lintasan mobil. Masih belum “hidup bener” nyawa saya saat itu. Ada tangan lain milik sahabat saya yang masih menggenggam kuat jemari saya, karena dia kuatir saya tertidur di tengah jalan.

Langkah-langkah saya mulai normal seiring mata saya yang juga sudah mulai “hidup”. Berjalan melewati kehidupan malam hari di bawah kolong jembatan. Para pencari nafkah masih saja membuka kiosnya. Ada seorang anak yang akan tidur diatas bangunan kecil bentuknya seperti tong sampah tetapi atasnya di tutup dengan kayu. Sang ibu dengan telaten membuat tempat tidur yang nyaman untuk si anak. Di samping anak kecil tersebut ada sosok laki-laki yang telah tertidur pulas. Apakah itu ayahnya ?? entahlah.

Ada pemandangan menarik setelah itu. Beberapa orang lelaki berkumpul saling berhadapan. Terlihat serius di wajah-wajah itu. Setengah menundukan kepala sambil berpikir keras bagaimana mengalahkan sang lawan. Ada beberapa dari mereka yang tertawa karena sanggup menghentikan jalannya lawan. Sebuah papan kecil yang berdiri tegak diatasnya pion-pion raja, ratu, pengawal, benteng, kuda dan “krucil-krucilnya”. Laiknya pertandingan antara sang peCatur dunia Utut Adianto dan lawannya.

Pemandangan menarik lainnya adalah tidak ada uang yang bertebaran di samping kanan kiri papan catur. Seperti hal yang biasa terjadi jika ada permainan catur. Ya Â… Karena mereka hanya sekedar bermain, bukan untuk tujuan lain seperti misalnya judi. Melonggarkan otak setelah seharian bekerja. Hal itu terlihat dari pakaian mereka yang rapi dan menunjukkan orang kantoran. Mengolahragakan otak sejenak. Karena catur ini tidak bisa bermain dengan sembarang. Ada permainan otak di dalamnya. Mengasah kemampuan. bukan malah menumpulkannya. Menyenangkan bukan jika kita semakin terampil mengasah otak kita dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

“ para lawan main catur itu belum tentu saling mengenal, karena mereka biasanya hanya sekedar mampir dan bermain. Permainan kelar maka pulanglah ke rumah masing-masing, kecuali yang memang mempunyai “rumah” di kolong jembatan ini “, sahabat saya memberi penjelasan.

Menarik memang. Karena setiap diri mereka tidak saling mengenal satu dengan yang lain. Mengingat kehidupan kota Jakarta yang keras dan cenderung individual. Tidak ada urusan antara saya dan saudara. Begitu kira-kira ungkapan yang tepat untuk penggambaran kehidupan kota keras. Tapi pemandangan catur ini menarik perhatian saya. Terlihat dari mereka bisa akrab antara satu dengan yang lain, walaupun setelah itu mereka tidak yakin apakah masih bisa bertemu kembali lagi atau tidak. Suasana lain yang tidak saya temukan di tempat lain. Suasana kekeluargaan tampak terlihat ditambah pencahayaan lampu yang tidak terlalu terang, tetapi cukup untuk menerangi jalan. Terlihat syahdu mungkin. Rasanya tenang juga melihat pemandangan seperti itu. Walaupun di seberang kolong jembatan itu masih ada pemandangan yang hampir sama. Sama-sama ada penjual minumannya, penjual buku, dan lain-lain. Tapi kata sahabat saya lagi , disana tidak senyaman di tempat kami berjalan. Agak aneh juga, kok bisa berbeda. Padahal hanya dibedakan satu ruas jalan. Tapi denyut nadi kehidupannya sudah tidak sama. Entah mengapa (lagi-lagi saya tidak tahu jawabannya).

Ada perasaan yang ingin menghentak keluar dan terwujud oleh kata-kata, “ Coba kalau setiap sudut Jakarta seperti suasana ini. Kekeluargaan yang tercipta, ketenangan yang ada, pasti menyenangkan ”. Ah … tapi entah itu kapan.

JakartaÂ…Jakarta Â… apa sih yang nggak ada di dirimu ???

Di kolong jembatan Kampung Melayu Malam hari, medio maret 2003
muth_mlg
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved