[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Belajar Lewat Kontrakan
Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004

Allah telah mentakdirkan saya untuk menuntut ilmu di Malang, sebuah kota di wilayah Jawa Timur yang terkenal dengan buah apelnya. Yang kata orang-orang adalah kota dingin, kota yang banyak bunganya –makanya disebut kota bunga- dan tentu saja kota pendidikan. Karena memang di Malang banyak sekali kampus, ada sekitar 50 kampus baik PTN dan PTS, sekolah-sekolah, belum lagi lembaga-lembaga pendidikan.

Di Malang ini saya kost bersama akhwat-akhwat lainnya, maklum saya nggak punya keluarga satu pun di kota ini. Di sebuah rumah yang cukup besar, dengan dua lantai dan kamar sebanyak 10 buah cukuplah untuk menampung 17 orang. Selain itu saya suka dengan lingkungannya yang sepi, luas, nyaman dan so pasti murah he…he..karena cuma bayar sewa kamar, tidak bayar sewa rumah. Kami beri nama rumah ini SALSABILA. Kata ikhwah lain, Salsabila adalah termasuk kontrakan elit makanya tidak jarang rumah kami dijadikan ‘hotel’ dadakan buat tamu-tamu ikhwah dari luar kota.

Tinggal di kontrakan memang banyak warna dan dinamika. Bagaimana hebohnya rumah ini ketika semua penghuni sebanyak 17 orang lagi berkumpul. Macam-macam cerita yang dibawa oleh masing-masing kepala. Atau pas lagi makan bersama, suaranya mirip pasar. Hebohnya berebut krupuk atau sambal. Walaupun menunya nggak elit, tapi cukup dengan TTS (tempe tipis sekali) ini terasa nikmat. Apalagi kalau ada yang bawa oleh-oleh wahÂ….pasti ludes..desÂ…Makanya justru di kost saya jadi tambah gemuk. Saya paling senang pada saat-saat ini.

Dari kontrakan ini saya mendapatkan banyak pelajaran yang tidak saya dapatkan di bangku kuliah. Terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kerumahtanggaan dan kemanusiaan. Bagaimana tidak, di kontrakan ini saya dihadapakan berbagai persoalan. Dengan karakter orang sebanyak 17 orang berarti saya dihadapkan masalah sebanyak 17 juga. Belum lagi urusan berbagai tagihan, entah itu tagihan listrik, air atau telepon. Masalah rumah, entah itu bersih-bersih atau genting yang bocor. Semua itu memerlukan keahlian dan kecakapan tersendiri. Di kontrakan saya juga belajar memasak. Kebetulan kami memang bergilir piket masak sekali dalam sepekan. Karena kemampuan memasak kami kebanyakan di bawah rata-rata makanya rasanya pun juga di bawah rata-rata. Tapi saya senang karena dengan cara seperti ini akhirnya saya jadi mahir masak meskipun menu yang di masak tidak jauh dari tahu, tempe, tumisan dan yang praktis-praktis saja. Bagi saya itu tidak jadi masalah toh masih dalam taraf belajar. Dan disinilah letak seninya. Dengan memasak bareng kita bisa saling dekat antar akhwat. Atau mungkin bisa tukar pengalaman. Itung-itung bisa mencicipi makanan khas dari masing-masing daerah tanpa harus pergi ke daerah asalnya.

Saya juga belajar untuk memahami orang lain. Bagaimana berhadapan dengan orang yang mempunyai karakter sendiri-sendiri dan bagaimana dalam mengambil suatu kebijakan. Selain berhadapan dengan orang dalam saya juga dihadapkan oleh lingkungan saya, yakni tetangga-tetangga yang mengharuskan saya untuk bersosialisasi dengan mereka meskipun sekedar menyapa ketika bertemu di jalan.

Saya juga merasa panik dan cemas ketika ada salah satu dari kami sakit. Disinilah saya dituntut untuk berempati, mengubur dalam-dalam ego saya. Bagaimana rasanya mengurus orang sakit. Menyediakan makannya, mengantar ke dokter, dan apa saja yang harus diperlukan. Saya belajar untuk berbagi, belajar untuk tidak mendahulukan kepentingan saya, belajar untuk ikhlas, itsar, belajar mencintai dan memperhatikan.

Semua pelajaran-pelajaran itu saya dapatkan tidak melalui pendidikan formal melainkan dari kontrakan ini, Salsabila. Karena di sini saya dihadapakan langsung oleh suatu realita dan secara langsung saya terjun di dalamnya. Kelak ketika kita berumah tangga kita juga akan menghadapi hal yang sama dan itu sudah saya pelajari di kontrakan ini.

Ketika suatu saat nanti saya dihadapkan ke skup yang lebih besar, paling tidak saya tidak akan kaget menghadapinya nanti. Dan seandainya saya ditakdirkan Allah untuk tinggal di PMI (Pondok Mertua Indah) saya juga sudah punya bekal untuk menyenangkan mertua :)

Bagi saya Salsabila adalah keluarga keduaku. Disini saya menemukan sebuah kelurga yang harmonis, yang saya rindukan setiap saya pulang kampung. (Blue_ukhti)

For Salsabila-se : Kapan nih kita bisa betulin listrik sendiri ? Masak calling the next neighbour again ?
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved