[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Privacy oh Privacy
Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004

"sms ku dibaca orang lain,mbak".

Mata itu langsung berubah sendu.Wajahnya yang terlihat capek setelah tiga hari mengikuti pelatihan, semakin bertambah kuyu. Dan saya yang mendengar ungkapan itu hanya terdiam, sejurus kemudian bertanya kepadanya," kok bisa ?". Tidak ada jawaban. Karena dia hanya menggelengkan kepala dengan lesu.

Ternyata saat itu, telpon seluler nya tidak ditaruh di kantong baju seperti biasa. Kebetulan dia sedang mengikuti program pelatihan di organisasinya. Ruangan pelatihan itu terbagi dua. Lantai bawah dan atas. Lantai atas untuk tempat istirahat panitia dan anggota wanita, sedangkan lantai bawah digunakan untuk acara. Karena di lantai bawah semua hp tidak bisa mendapat sinyal yang kuat (bahkan sinyal kosong sama sekali) akhirnya akhwat tersebut meletakkan hp nya di lantai atas. Merasa aman² saja maka tergeletak begitu saja diatas meja.

Beberapa waktu kemudian, iseng-iseng dia mengecek surat di kotak masuk dan ada satu pesan yang sepertinya belum dibaca nya. Padahal surat itu sudah terbuka. Masya Allah .. kok bisa gitu ??? siapakah makhluk usil yang berani membuka barang yang bukan miliknya ?? kecurigaan tertuju kepada kaum hawa itu sendiri karena tidak mungkin kaum adam membuka nya. Tapi siapa ?? rasanya terlalu repot untuk menanyakan ke semua orang yang ikut pelatihan itu, karena akhwat itu juga tidak tahu siapa yang berada di ruangan atas waktu kejadian berlangsung. Hanya wajah betenya saja yang ditampakkan setelah kejadian tersebut. Dia merasa kecewa dengan ulah saudarinya.

Mungkin memang pantas akhwat itu sedih dan kecewa. Barang pribadi nya dibuka orang lain. Apalagi isi pesan itu lumayan rahasia. Tentu aja bete kalo tidak bisa disebut ‘gondok’ (saking sebelnya). Siapapun kita, jika batas privacy telah dilanggar biasanya akan ‘ngamuk berat’. Apakah itu dengan teguran berupa sindiran, atau wajah ditekuk-tekuk, bisa juga bibir manyun, atau berbagai bentuk ekspresi tubuh yang dikeluarkan sebagai wujud protes karena hak pribadi telah terjamah.

Seharusnya tidak akan terjadi demikian jika kita benar² memahami apa itu wilayah privacy saudara kita ataupun diri kita sendiri. Memang tidak semua orang sama dalam memandang batas wilayah kekuasaan pribadi. Ada seseorang yang jika dia mendapat surat dari orang lain, maka keluarganya bisa membacanya juga. Tapi ada juga yang keluarganya tidak akan membuka surat itu apalagi membacanya. Lalu ada lagi yang paling sering terjadi yaitu di suatu rumah, batas wilayah privacy biasanya di depan pintu masuk kamar masing². Di luar pintu tersebut adalah wilayah bebas. Jadi jika ingin masuk ke kamar pribadi, minimal harus mengetuk pintu atau memanggil nama yang empu nya kamar. Bisa juga dengan salam. Tetapi ada juga yang slonong boy saja. Memang hal ini tidak bisa digeneralisir, tapi ada yang berbuat seperti itu. Tanpa tedeng aling-aling, masuk begitu aja.

Tata krama penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena kita hidup di daerah Timur bukan daerah Barat. Apalagi kita adalah orang Islam. Yang tentunya lebih memahami bagaimana menghormati hak saudara sendiri dalam hal pribadi. Tidak menerjang bebas zona-zona privacy.

Tapi bagaimana jika saudara kita memang ‘sudah dari sononya’ seperti itu ?? maksudnya, kita udah berusaha menjaga barang pribadi tapi masih aja di’jawil’ teman juga. Entah sisir yang raib tiba-tiba (bagi saya, sisir termasuk barang pribadi lho), lalu terkadang selimut atau bantal – guling di tempat tidur yang berpindah tempat ke kamar lain. Dan berbagai macam masalah lainnya. Apalagi jika kita tinggal serumah dengan banyak orang, baik yang kost maupun yang kontrak (Kalau kost mungkin yang namanya privacy lebih terjaga, sedangkan yang kontrak, kita harus lebih sering² berlapang dada dalam menghadapi sifat saudara kita sendiri), Mobilitas personal yang tinggi. Setiap hari ada saja orang keluar masuk di rumah kita. Kadang pinjam inilah, kadang yang itulah. Itupun belum tentu sepengetahuan yang punya.

Memang sih kalau diliat² gak besar-besar banget permasalahannya. Hanya saja jika kita mengabaikan begitu saja permasalahan kecil, bisa menumpuk menjadi masalah besar. Kesadaran dari diri sendiri tentu yang berperan besar disini. Atau kita bisa juga berusaha memperbaiki sikap saudara kita dengan cara yang baik, lembut, tanpa menorehkan perasaan tersinggung. Bukankah semua demi kebaikan bersama ? tapi kita pun harus introspeksi diri. Jangan-jangan kita juga sering menerjang bebas batas-batas wilayah pribadi saudara sendiri, tanpa kita sadari. Asyik saja kita melakukannya dan saat saudara kita datang dengan muka manyun, barulah kita sadar apa yang sudah kita perbuat.

Kalau sudah begitu, siapa yang salah ?? yaa .. sekali lagi intinya adalah proses pengendalian diri (kata Aa` Gym ... hehehe). Banyak-banyak istighfar aja kalo abis bikin khilaf, tapi jangan diulang lagi. Entar habis bikin salah, istighfar trus bikin kesalahan lagi trus istighfar lagi ... hehehehe ... mempermainkan kalimat Allah itu namanya. Malah nggak bener. Yang tahu adalah diri kita sendiri. Dan yang bisa merubah proses itu adalah diri kita juga bukan orang lain. So, hati-hati yak dengan batas wilayah pribadi orang lain.

WallahuÂ’alam bishowab.

Malang ... ketawang gede .. di penghujung maret 2003
muth_mlg
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved