|
SARS, Bagaimana Menghadapinya? Cantik & Sehat - Wednesday, 03 March 2004
Suatu hari anak pertama saya demam, mencapai 40,1
derajat Celcius (suhu tubuh normal 36 – 37,5 derajat
C). Tidak ada batuk, pilek, diare, maupun tanda lain
yang mengisyaratkan infeksi sistem organ tertentu.
Kontan pikiran saya tertuju pada SARS yang pada saat
ini sudah menjangkau Jakarta. Diam-diam mata saya
berkaca-kaca, mempersiapkan mental dan keikhlasan,
jika seandainya anak kesayangan ini ‘diminta kembali’
oleh Sang Rabb, mengingat sampai detik ini belum
ditemukan obat penangkalnya. Bahkan sudah puluhan yang
meninggal dalam waktu singkat.
Akhir-akhir ini publik Asia, terutama Asia Timur dan
Tenggara, dihebohkan oleh adanya penyakit SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrom), suatu penyakit infeksi
virus yang menyerang sistem pernafasan/radang paru.
Menurut WHO, seseorang yang dalam kriteria berikut,
diduga terjangkit SARS :
1.Demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celcius) dan
mengalami gangguan pernafasan seperti batuk, sesak
nafas, dan susah bernafas
2.Gejala SARS di atas juga bisa jadi disertai sakit
kepala, kejang-otot, kehilangan nafsu makan, tidak
enak badan, kalut, kudisan, dan diare.
3.Pernah berhubungan dekat dengan penderita SARS yang
baru-baru ini bepergian ke daerah yang dilaporkan
terjangkit wabah SARS
4.Mereka yang baru-baru ini bepergian ke daerah yang
dilaporkan terjangkit wabah SARS
5.Orang yang menurut hasil x-ray dada ditemukan
menderita pneumonia atau Respiratory Distress Syndrome
6.Orang yang meninggal akibat msalah pernafasan dan
hasil otopsinya menunjukan mengalami Respiratory
Distress Syndrome tanpa diketahui penyebabnya.
Masa dan cara penularannyapun sangat cepat dan mudah,
yaitu virus keluar bersama lendir/cairan hidung
kemudian ‘terbang’ di udara bebas, mencari ‘mangsa
baru.
Betapa ketakutan besar melingkupi kita, seolah
kematian begitu dekat, dan kita berusaha
menghindarinya. Betapa kengerian itu membuat kita lupa
bahwa semua penyakit datangnya hanya dari Allah SWT,
dan Dia pulalah yang menyediakan obatnya.
Nah, bagaimana seorang yang beriman dalam menyikapi
fenomena ini ? Kita coba solusi di bawah ini :
1)Memelihara husnudzdzan kepada Allah SWT, bahwa yang
ditaqdirkan Allah kepada kita adalah bagian teguran
sekaligus ujian Allah. Di balik itu, jika kita
bersabar dan bertawakkal kepada Allah, ada pahala dan
‘kenaikan derajat’ yang lebih baik
2)Tetap melakukan aktivitas seperti biasa, tanpa ada
rasa ketakutan, karena prinsip : Allah-lah yang
menaqdirkan seseorang itu sakit. Dan siapapun tidak
akan bisa menghindar jika memang dia harus sakit.
Begitupula walau seseorang berada di kawasan ‘sakit’,
dia tidak akan sakit jika Allah menaqdirkan demikian.
3)Jika kita atau ada keluarga yang sakit, Allah
menyediakan 2 jalan : berobat atau menerimanya dengan
ridha. Pilihan kedua ini sulit sekali dilakukan,
kecuali oleh orang-orang yang sudah mencapai maqam
ridha, dimana mereka malah menikmati sakit yang akan
menjadi pelebur dosa-dosanya.
4)Jika berobat, pahamilah dulu bahwa untuk sementara
ini, penyakit SARS belum ada penangkalnya. Penyebabnya
adalah virus yang ganas. Selama ini, secara umum, pada
infeksi virus, tubuh sangat diharapkan segera
membentuk kekebalan tersendiri untuk menanggulanginya.
Jadi optimalnya kerja sistem imun yang menjadi
tumpuan. Hal ini dipengaruhi oleh psikis dan status
gizinya.
5)Saat sakit, hanya kepada Allah-lah memohon
kesembuhan. Dia-lah yang menyembuhkan. Bukan obat,
dokter, atau lainnya.
6)Dalam mengharap kesembuhan, mintalah bantuan doa
orangtua, terutama ibu, guru yang ‘alim dan mencintai
Allah, doÂ’a anak-anak yatim, doÂ’a orang yang
didzalimi, dll.
7)Jika meninggal, kembalikanlah semua kepada Allah
dengan mengucap : “Innalillaahi wa inna ilaihi
rooji’uun”. Sesungguhnya dia menuju kehidupan yang
abadi, sesuatu yang ditunggu-tunggu orang yang
mencintai Allah, yaitu menemui Kekasihnya.
Subhaanallah !
Jadi, tidak perlu lagi ada yang namanya resah atau
takut, karena kita memiliki Allah, Sang Maha dari
segalanya.
Wallaahu aÂ’lam. Semoga bermanfaat.
dr Farida Megalini [ 0 komentar]
|
|