[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Cara Menghilangkan Sifat Pankky
Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004

AssalamuÂ’alaikum Wr wb.
aku pengen banget jadi akhwat yang baik tapi susah. Susah ngilangin sifat pankky ku ini so siapa yang mau bantu aku please. Thanks atas usulnya
WassalamuÂ’alaikum wr wb

Jawab:
AssalamuÂ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kata pangkky jika ditarik dari asalnya yaitu Funky mempunyai berbagai macam arti. Ada yang ditujukan untuk menyebutkan sebuah jenis aliran tari (yang berasal dari orang-orang kulit hitam) yang gerakannya tidak beraturan tapi menunjukkan suasana hati yang bersifat ekspresif. Bisa juga ditujukan untuk menyebut aliran musik yang serupa dengan musik blues yang seirama dengan suasana hati yang dimunculkan secara ekspresif. Artinya, ada kebebasan untuk mengeluarkan apa yang dirasakan di dalam hati tanpa harus terikat pada peraturan baku dari berkesenian itu sendiri. Pada tarian, mau jingkrak-jingkrak kek, atau Cuma mengangguk-anggukkan kepala saja untuk mengikuti musik yang tersedia, boleh-boleh saja. Begitu juga dalam menyanyi, mau mengambil nada tinggi, rendah, panjang, pendek, nyambung atau nggak nyambung dengan iringan musik ya sah-sah saja. Selain dilihat dari kedua kata di atas, ada juga yang kata funky yang berawal dari sebuah aliran filsafat yang tidak mengakui semua bentuk negara dan mengagungkan anarkisme. Hal ini lahir akibat kekecewaan terhadap negara yang ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan individu yang menjadi warga negaranya dengan segala bentuk peraturan yang telah dihasilkan oleh negara tersebut. Jadi, jika semula peraturan dibuat untuk dipatuhi maka bagi kelompok ini peraturan dibuat untuk dilanggar.

Mungkin yang dimaksud dengan pangkky disini adalah idiom yang berkembang di anak muda untuk menyebut gaya hidup “semau gue”. Bebas dari tekanan, lepas dari beban dan merdeka dari segala macam keharusan dan kewajiban. Khas gaya remaja perkotaan yang baru merasakan asyiknya berekspresi setelah tidak lagi dicap sebagai anak kecil. Selalu mengikuti mode, berusaha untuk selalu beredar di tengah pergaulan, tidak gagap terhadap perubahan yang terjadi di sekitar. Seperti jinggle lagu iklan coklat yang mengusung suasana remaja muda; begini bunyinya… “tinggalkanlah semua beban.. wahai kawan… mumpung kita masih muda.. santai saja…. “.

Wah. Saya sendiri sebenarnya tidak setuju dengan gaya hidup seperti itu (maaf). Usia remaja (usia muda) itu adalah usia emas untuk berprestasi dan mengembangkan diri. Mengapa? Karena pada usia remajalah perkembangan otak sedang melaju pesat untuk menerima informasi baru dan berkreasi untuk menyusun dan menata semua informasi yang masuk agar terjalin dalam sebuah alur pengetahuan yang rapi dan berkesinambungan. Jika sebelumnya pengetahuan tentang macam-macam bumbu masakan sudah kamu peroleh berupa hapalan, maka pada usia remaja, ada sebuah mekanisme untuk mengolah semua data tentang bumbu masakan yang ada itu menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Seperti memadukan bawang putih, merica, dan garam dalam sebuah rebusan air di panci akan menghasilkan kuah soup. Dikurangi airnya, lalu ditambah jahe dan bawang merah menjadi kuah cap cayÂ…. HeheheheÂ… ini bukan pelajaran memasak loh, tapi contoh. Saya hanya ingin menggambarkan bagaimana sebuah proses kreatif justru sangat menonjol di usia remaja. Ada keinginan untuk bereksperimen, bereksplorasi yang muncul di usia ini, lalu ditambah dengan kemampuan yang sudah dimiliki (dibanding kemampuan yang dimiliki oleh usia anak-anak sebelumnya), dan ditambah dengan energi yang dimiliki oleh usia remaja maka proses belajar menjadi berkembang sangat pesat.

Ada banyak loh tokoh-tokoh remaja yang mendunia. Aisyah bin Abu Bakar, salah satu istri Rasulullah, termasuk penghapal hadits terbanyak, paham ilmu pengobatan dan punya banyak pengetahuan tentang penyelenggaraan negara dan pengetahuan agama sepeninggalan Rasulullah karena usia remajanya termanfaatkan dengan sangat baik selama mendampingi Rasulullah. Joan Arc, pahlawan wanita muda dari Perancis, juga seorang remaja yang punya idealisme tinggi hingga dia akhirnya mampu memimpin sebuah pasukan yang terdiri dari ksatria-ksatria (yang bukan hanya junior saja tapi juga senior dan perkasa) untuk mempertahankan daerahnya dari serbuan musuh. Bahkan di dalam negeri, RA Kartini, termasuk remaja putri yang menghasilkan tulisan-tulisan yang penuh perenungan selama usia remajanya dan tulisan itu memberi inspirasi pada banyak kaum perempuan hingga saat ini, dan masih banyak tokoh legenda lain yang prestasinya dimulai sejak usia muda remaja.

Dalam Islam sendiri, kita semua diperintahkan untuk mengisi setiap lembar waktu yang diberikan untuk dimanfaatkan dengan baik.

“Demi massa. Sesungguhnya manusia tetap dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling ingat-mengingatkan untuk berbuat benar dan saling ingat-mengingatkan untuk bersabar.“(Qs Al Ashr, 103: 1-3)

Dalam hal ini, termasuk pada saat kita melewati usia muda. Bukankah usia muda itu dilewati guna membuat persiapan pada usia selanjutnya? Bahkan Rasulullah menempatkan usia muda sebagai sebuah fase yang sangat berharga dan perlu diperhatikan oleh ummat Islam, sebagaimana dalam haditsnya berikut ini:

Rasulullah SAW pun menguatkan dengan bersabda: "Tidak akan lewat tapak
kaki seorang hamba pada hari kiamat, kecuali setelah ditanya empat perkara
yakni tentang jatah umurnya yang ia habiskan di dunia, masa mudanya yang telah ia lewatkan, hartanya dari mana didapatkan dan bagaimana dikeluarkan, tentang ilmunya sejauhmana ia amalkan."
(HR. al Bazzar dan at Thabrani).

Semua yang muda tentu akan tua. Usia tua itu adalah masa dimana satu persatu mulai dicabut semua kenikmatan yang kita miliki. Mata yang cemerlang untuk melihat mulai sulit untuk digunakan untuk melihat dan membaca. Kaki yang semula lincah digunakan untuk berjalan kini mulai gemetar, ngilu dan tertatih-tatih jika dipakai untuk berjalan. Bahkan ingatan yang semula lancar dan tak bermasalah untuk mengenal, mengingat dan berpikir, kini mulai sulit untuk mengingat sesuatu. Nenek saya bahkan mengalami kesulitan untuk mengenal anaknya sendiri. Nenek saya hanya ingat bahwa dia punya anak yang bernama X tapi ketika X muncul di hadapannya, nenek saya tidak mengenalnya dan menganggap X itu adalah orang lain. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Lebih dari itu semua, kehidupan ini sebenarnya hanyalah sebuah persinggahan sementara yang harus dilewati oleh semua manusia sebelum tujuan akhir, akhirat.

“Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Dan KAMI akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan semata-mata sebagai cobaan. Dan kepada KAMI kamu akan dikembalikan.” (Qs Al-Anbiyaa, 21: 35).

Untuk itulah ada serangkaian peraturan yang dibuat dalam islam untuk mengatur agar manusia tidak salah langkah. Islam tidak membutakan diri akan segala perkembangan yang terjadi di dunia ini. Islam juga tidak mengasingkan diri terhadap segala perubahan yang terjadi di sekeliling. Hanya saja, karena godaan dan ajakan untuk bermaksiat begitu gencar mengiringi kehidupan manusia padahal manusia itu sendiri adalah makhluk yang mudah sekali untuk menjadi lalai maka dibuatlah peraturan untuk mencegah agar muslim dan muslimah tidak lalai dan menjadi sesat. Kalau kamu bertanya, bagaimana caranya agar bisa menjadi akhwat yang baik, maka jawabannya adalah, cobalah untuk mengenal Islam secara benar. Bukankah tak kenal maka tak sayang?

Caranya? Coba kamu masuki pergaulan dimana berkumpul muslim dan muslimah yang berusaha untuk mempelajari dan mempraktekkan islam secara benar. Misalnya di kelompok pengajian remaja, atau kegiatan remaja masjid, atau perkumpulan remaja islam lainnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kebiasaan itu terjadi karena sebuah pembiasaan. Insya Allah, jika kita banyak berada di majelis-majelis ilmu, maka semangat untuk mempelajari ilmu itu akan tumbuh kian kuat di dalam diri. Adanya pengetahuan di dalam diri, akan menggerakkan keinginan untuk mengubah sikap, pola dan cara pandang seseorang dari yang buruk kepada yang lebih baik. Dari yang semula tidak tahu menjadi tahu dan ingin mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, ditambah lingkungan yang selalu mengobarkan semangat untuk melakukan kebajikan, menjauhi kemunkaran dan menjalankan Islam secara terus-menerus, akan ikut memberi kontribusi pada perubahan dan niat seseorang.

Selain itu, cobalah banyak membaca buku-buku yang membangkitkan motivasi keislaman dan membentuk sudut pandang Islam yang benar. Aku merekomendasikan dua buku yang bagiku cukup membangkitkan semangat untuk menjadi muslim yang kaffah karena keluwesan islam. Judulnya (maaf, ini sama sekali bukan promosi), yaitu : “Niat dan ikhlas” (karangan Yusuf Qardhawy, Pustaka Al kautsar) dan “ 10 Kekasih Allah” (karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Pustaka Azzam).

WassalamuÂ’alaikum Wearahmatullahi Wabarakatuh

Ade Anita
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved