|
Surat Untuk Inul Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
Bandung, 5 Mei 2003
AssalamuÂ’alaikum wr. wb.
Mbak Inul, bagaimana kabarnya Mbak? Ini surat saya yang pertama untuk Mbak. Saya tahu Mbak justru semakin sibuk manggung setelah kontroversi dengan Bang Rhoma ini. Wah, sampai tiap hari saya melihat Mbak di TV! Di Karang Setra dekat rumah saya di Bandung, penontonnya malah sampai 10.000 orang ya? Tapi saya nggak ikut nonton kok... He..he..he...
Saya terharu dengan kisah perjuangan Mbak yang bernyanyi dari kampung ke kampung, sampai sekarang jadi penyanyi bertarif 15 juta per lagu. Benar-benar merintis dari bawah ya? Tapi, saya juga kasihan dengan seorang bocah di Jawa Timur. Itu lho, yang diperkosa kakek-kakek. Yang tragis, katanya, si kakek memperkosa karena terangsang setelah menonton VCD Mbak Inul... Bagaimana Mbak tanggapannya?
Saya tahu, mungkin Mbak akan bilang itu bukan kesalahan langsung Mbak. Tapi... Apa tidak kasihan dengan para korban? Mungkin ada banyak juga lho kasus serupa yang belum terangkat ke permukaan. Di antara para bodyguard mungkin Mbak aman. Tapi bagaimana dengan kami, kaum perempuan ini Mbak?
Mbak, memang sih menurut hukum dunia adalah hak Mbak mau berekspresi seperti apa. Mau ngebor kek, mau macul kek, terserah... Tapi bagaimana menurut hukum Allah? Saya rasa sebagai muslimah, Mbak juga tidak asing bahwa haram hukumnya bagi seorang muslimah yang sudah baligh untuk mempertontonkan auratnya. Apalagi melakukan hal-hal yang berpotensi membangkitkan birahi yang bukan haknya.
Sebenarnya saya juga senang kalau Mbak sukses. Tapi alangkah lebih indahnya kalau kesuksesan itu dibarengi dengan kemuliaan. Mbak tahu tidak Siti Nurhaliza? Dia adalah seorang penyanyi muda dari Malaysia. Ya... Belum berkerudung sih. Tapi pakaiannya biasa serba panjang, suaranya pun bagus. Suatu bukti, ternyata untuk sukses itu tidak harus mengumbar nafsu.
Dan... Aduh, saya jadi nggak enak nih... Apa Mbak nggak tersinggung? Itu lho, pria kan jadi membayangkan hal yang nggak-nggak bersama Mbak. Ya, mungkin mereka juga seharusnya bisa menahan hawa nafsu. Tapi mungkin buat mereka, ujian sangat berat ya untuk menahan diri bila ada yang bergoyang semenarik Mbak?
Yang lebih membuat saya sedih lagi, ternyata banyak sekali lho penyanyi lain yang seperti mendapat lampu hijau untuk bergoyang lebih seronok. Tidak percaya? Coba saja lihat di TV. Heboh! Sayangnya heboh yang negatif...
Mbak Inul, saya tahu Mbak harus menghidupi keluarga dan 5 orang adik. Saya juga mengerti, pasti berat rasanya untuk beralih. Apalagi tawaran sedemikian deras mengalir. Tapi, percayalah Mbak rezeki itu Allah yang atur. Lihat saja Inneke Koesherawati. Setelah berkerudung, beliau bilang, rezeki tetap saja ada. Malah batin terasa lebih tenang.
Biar bagaimanapun, saya ingin berterima kasih. Setelah mendengar kisah perjuangan Mbak dari bawah, saya juga terpacu. Bukan untuk jadi penyanyi dangdut juga lho... Maksudnya, saya juga ingin berprestasi dalam bidang saya. Tapi saya juga ingin menunjukkan, bahwa seorang muslimah dapat berprestasi tanpa harus mengumbar hawa nafsu. Tetap mulia, terhormat dan ada di jalan Allah. Doakan ya Mbak...
Selain itu, saya juga jadi dibuat sadar. Ternyata untuk menyampaikan kebaikan itu memang harus sabar dan bertahap ya? Saya tahu Mbak mungkin masih merasa sebal dengan Bang Rhoma Irama. Tapi, kalau saya sih melihatnya, beliau sebenarnya berniat baik. Mungkin caranya saja ya yang perlu diperbaiki? Kalau saya jadi Mbak, mungkin akan sedih juga dimaki-maki di depan orang banyak seperti itu... Tapi, kalau bisa Mbak tetap ambil hikmahnyalah! Insya Allah perkataan beliau itu mengandung kebaikan.
Percayalah, saya hanya ingin Mbak bahagia. Tapi bukan kebahagiaan yang sementara. Saya ingin Mbak bahagia dunia akhirat. Maka, saya berdoa mudah-mudahan Allah membukakan pintu hati Mbak dan mendekatkan Mbak pada-Nya. Semoga Allah membantu untuk bercermin, apa yang telah Mbak perbuat selama ini dan apa akibatnya.
Yah, begitu saja Mbak. Salam ya buat orang tua, adik-adik dan Mas Adam suami Mbak. Sekian dulu dari saya.
WassalamuÂ’alaikum wr. wb.
Dari saudarimu yang peduli
Ariyanti Pratiwi [ 0 komentar]
|
|