[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Keputusan yang membawa “Penyesalan Seumur Hidup”
Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004

Assalammualaikum

Sebenarnya saya malu bercerita karena mungkin ini masalah kecil bagi Org lain tapi besar bagi saya.

Begini mbak 1 bulan yg lalu saya putus dengan cewek saya, memang saya yang mutusin tetapi tingkah lakunya mengisyaratkan sebenarnya dia pengen putus tetapi bukan dia yang mutusin. Kenapa saya mutusin selain waktu itu emosi krn dia masih suka hura-hura sama temannya, pake baju yang menurut saya kurang sopan, dan saya merasa ada kejanggalan pada dirinya (selingkuh) tetapi dia tidak mengaku. Saya merasakan hal itu krn hub kami sudah berjalan 4 th dan segera akan melakukan lamaran jadi saya tahu siapa dia.

Setelah kejadian waktu itu hari-hari saya seperti tak berarti krn hati saya sedang sakit. Saya berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT baik siang & malam, baik diwaktu sibuk dan lapang. Tetapi saya menyadari saya masih sayang sama dia Mbak. Niat saya tulus & ikhlash untuk ngarahkan agar dia bertindak lebih sopan & dewasa tetapi dia malah marah-marah.

Benar perasaan saya mbak bahwa tidak berselang lama dia jalan sama cowok laen. Saya tidak habis pikir jika seandainya dia cewek baek -baek kenapa secepat itu. Saya berusaha untuk minta maaf dengannya agar dia mau kembali. Saya sudah mengalah meskipun hati kecil saya menyatakan bahwa tindakan saya benar, tetapi perasaan ini setiap hari saya semakin merasa berdosa. Apalagi setelah mendengar alasan dari dia yang seakan akan akulah yg paling bersalah.

Saya lakukan ini karena krn sebelumnya hati saya sudah mantap dengannya sampai-sampai saya mendapatkan kerja hanya utk masa depan kami. Saya binggung mbak kenapa seperti ini ,terkadang saya sadar akan jalan Allah SWT tetapi setan juga mempengaruhi saya lewat jalannya. Saya merasa bersalah mbak, saya ingin menebus dosa saya meskipun saya dijadikan budaknya. Saya merasa punya hutang dimana saya harus membayarnya jika sudah lunas saya akan pergi.

Mbak saya merasa org yang paling rendah sekarang mbak, biarlah saya jadi budaknya asal bisa membayar hutang rasa bersalah dihati saya. Mbak maafkan saya ceritanya terlalu panjang lebar. Maafkan saya mbak. Maaf, tolong mbak jangan sebutkan identitas saya mbak. Terima kasih. Doakan saya mbak.
wassalam

Jawab:
AssalamuÂ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dari judul Imel kamu (yang kamu tulis dan tentukan sendiri), kamu seakan ingin menekankan bahwa keputusan untuk memutuskan hubungan percintaan kamu dan pacar kamu itu adalah sebuah keputusan yang membawa penyesalan seumur hidup bagi kamu. Hal ini dikaitkan dengan rentetan kalimat penyasalan akibat merasa kehilangan dia dan kesanggupan untuk menjadi “budaknya” guna menebusnya.

Saudara X, rasanya ada sesuatu yang harus direnungkan kembali dari apa yang sudah terjadi tersebut. Mari kita lihat kembali point-point yang saya kumpulkan dari keterangan kamu tentang gambaran gadismu itu.

Pertama, si dia menerapkan hidup hura-hura. Pertanyaan yang harus diajukan pada dirimu sendiri adalah, apakah kamu sanggup membiayai gaya hidup hura-hura tersebut? Betul, saat ini kamu katakan bahwa kamu sudah mendapatkan pekerjaan untuk masa depan kalian. Hanya saja, seorang yang sudah terbiasa dengan gaya hidup hura-hura sering kali bersinggungan dengan gaya hidup kelas atas. Artinya, ada sebuah peningkatan kebutuhan untuk mencari kesenangan hidup. Misalnya, jika dia hari ini sudah puas dengan nongkrong di kafe yang ada di Tebet (Jakarta Selatan) dimana sekali makan menghabiskan sekitar Rp 50.000/porsi/satu orang; satu saat dia akan bertemu dengan teman baru dan mulai ingin pindah ke daerah nongkrong yang sedikit lebih mahal, misalnya ke kafe yang ada di daerah Kemang (dimana sajian makanan yang terhidang biasanya menghabiskan sekitar Rp 100.000/porsi/per-orang), dan begitu seterusnya. Selalu ada keinginan untuk mencoba yang lebih mewah dan mahal karena didorong oleh kebutuhan untuk menaikkan prestise diri sendiri, mencoba hal baru dan tuntutan lingkungan pertemanan untuk menaikkan prestise kelompok. Belum lagi ada kebutuhan untuk memenuhi keperluan atribut dari gaya hidup hura-hura tersebut seperti pakaian, perhiasan dan sebagainya yang biasanya harganya tidak ada yang murah, sederhana.

“Sesungguhnya kehidupan hanyalah permainan dan hiburan yang sia-sia” (Qs 47:36)

“Janganlah manusia terpedaya kehidupan dunia yang sementara. Kehidupan ini ibarat air hujan yang menyuburkan tumbuhan sampai waktu tertentu dan akhirnya kering” (QS 28:60)


Ke dua, Gaya berpakaiannya yang tidak sopan. Hmm, tampaknya gadismu itu seorang gadis dengan pergaulan seperti layaknya gadis-gadis perkotaan zaman sekarang. Gadis-gadis perkotaan punya selera berpakaian yang memang tidak sopan karena mereka sangat berkiblat pada perkembangan mode busana. Dan celakanya, mode gaya berbusana saat ini adalah mode dengan gaya yang minim, ketat dan mini. Artinya, aurat wanita diumbar tanpa ada rasa malu-malu lagi dengan dalih kebebasan untuk berekspressi. Tanpa ada pengetahuan agama bahwa gaya berbusana seperti itu terlarang di dalam Islam, kesadaran diri untuk berpakaian sesuai dengan syariat agama dan hidayah Allah yang memberi kemudahan untuk menjalankan Islam secara kaffah (menyeluruh, termasuk berpakaian sesuai syariat agama), maka sulit sekali rasanya seorang gadis mampu melawan arus perkembangan mode di sekitarnya. Ditambah dengan kesulitan untuk melepaskan diri dari gaya hidup hura-huranya (seperti point pertama), maka tampaknya kamu harus bekerja sangat keras untuk mengajak gadismu itu ke jalan yang diridhai Allah (yaitu gaya dan cara hidup sesuai dengan tuntunan agama Islam). Pertanyaannya, apakah kamu sanggup terus-menerus menjadi pembimbingnya setiap saat sekaligus menjadi komentator yang tidak menyenangkan baginya (image sosok tidak menyenangkan ini muncul karena kelak kamu selalu melontarkan sesuatu yang justru berlawanan dengan keinginannya pribadi dan mungkin perselisihan akibat perbedaan visi ini akan sering muncul di antara kalian)?

Jika kamu mengatakan sanggup, maka pertanyaannya berikutnya, apakah posisimu sebagai pengawas, komentator, sekaligus pendakwah untuk dirinya itu akan menyisakan energi untuk mengerjakan hal-hal lain untuk diri kamu sendiri dan lingkunganmu. Artinya, tentu disamping si dia di sisi kamu, kamu punya kewajiban juga pada dirimu sendiri, kamu harus tetap meningkatkan kapasitas diri kamu sendiri pun kamu juga harus tetap memperhatikan orang tua kamu, keluargamu, tetanggamu, pekerjaanmu, dan sebagainya.

“Amal shaleh lebih baik daripada kehidupan dunia yang selalu menyenangkan” (QS 18: 46)

“Kekayaannya hanya dihabiskan untuk berfoya-foya, bersenang-senang, enggan sekali mereka beramal.” (QS 27:65)


Ketiga, dari cerita kamu saya melihat bahwa si dia punya kebiasaan untuk melemparkan kesalahan pada dirimu jika terjadi sesuatu. Di satu sisi hal ini menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang senang melemparkan tanggungjawab pada pihak lain (dan itu sangat tidak baik). Tapi di sisi yang lain, saya juga melihat bahwa sebenarnya hal ini dia lakukan juga sebagai reaksi atas sikap kamu selama ini. Kamu adalah seseorang yang ingin selalu menyenangkan orang lain bahkan jika memang diperlukan kamu ikhlas mengorbankan dirimu sendiri selama orang lain bisa memperoleh kesenangan karenanya.

Saudara X, sifat ingin selalu menyenangkan orang lain itu adalah sebuah sifat yang baik, hanya saja ada batas-batasnya dimana jika kamu keluar dari batas tersebut maka yang kamu peroleh bukanlah rasa hormat dan rasa terima kasih yang menerbitkan kasih sayang dari orang lain yang kamu beri kesenangan itu sebaliknya yang akan kamu peroleh adalah sebuah reaksi untuk mengecilkan keberadaan kamu dan menyepelekan apa yang kamu berikan. Jadi, kalau ada sebuah perundingan untuk melakukan sesuatu maka kamu adalah sosok yang tidak perlu dipikirkan dan diperhitungkan. Jika ada sesuatu yang sama sekali tidak menyenangkan yang akan dilakukan maka kamu adalah orang pertama yang akan dijadikan kelinci percobaan dan tumbalnya. Jika ada sesuatu yang menyakitkan terjadi maka kamu adalah pihak terakhir yang akan disembuhkan.

Jika ingin menyenangkan orang lain maka kamu harus ingat beberapa hal, yaitu:

1. Sesuatu yang akan dilakukan itu tidak menyebabkan kamu melanggar syariat agama pun tidak menyebabkan kamu keluar dari Islam karena bertentangan dengan prinsip-prinsip akidah Islam.

2. Sesuatu yang akan dilakukan itu tidak merugikan orang lain (artinya tidak menyebabkan kamu mengorbankan pihak ketiga yang tidak tahu apa-apa).

3. Sesuatu yang akan dilakukan itu tidak merugikan diri sendiri dan keluarga (biar bagaimanapun kamu harus tetap menjunjung nama baik diri sendiri dan keluargamu pun termasuk mengutamakan rasa hormat pada orang tua).

Nah, sekarang jika kamu berpikir untuk bersedia menjadi budaknya, apakah hal itu kelak akan melanggar ketiga hal di atas? Mengapa harus menawarkan diri sebagai budaknya padahal jika kamu menikah dengannya kamu akan menjadi pemimpin keluarga? Kamu juga kelak akan menjadi sosok panutan untuk anak-anakmu dan menjadi guru dan pembimbing keluargamu. Bagaimana mungkin seorang pemimpin di saat yang bersamaan juga menjadi budak dari orang yang dipimpinnya? Bagaimana mungkin seorang panutan bisa mencontohkan sesuatu yang baik jika dia sendiri tidak punya hak untuk berbuat sesuatu pada dirinya sendiri karena dia seorang budak? Bagaimana kamu akan membuat patuh istrimu dan membuat istrimu hormat pada dirimu dan orang tuamu jika kamu tidak punya hak untuk dipatuhi dan dihormati karena kamu adalah budaknya? Ah, sebesar apapun cintamu padanya, bukan begitu sikap seorang pria muslim pada keluarganya.

Ada sebuah puisi yang ditulis oleh Jalaludin Rumi untuk menggambarkan keinginan kamu untuk menghamba pada cinta:

Cinta yang dibangkitkan oleh khayalan yang salah dan tidak pada tempatnya
Bisa saja mengantarkannya pada keadaan ekstase.
Namun kenikmatan itu,
Jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya:
Kekasih yang sadar akan hadirnya seseorang yang mencintainya
Ini sebagaimana kenikmatan lelaki yang memeluk tugu batu di dalam kegelapan sambil menangis dan meratap
Meskipun ia merasa nikmat karena berpikir bahwa yang dipeluk adalah kekasihnya,
Tapi jelas tidak senikmat orang yang memeluk kekasih sebenarnya.
Kekasih yang hidup dan sadar.

“Barangsiapa yang hanya menyukai dunia akan disegerakan oleh Allah, tetapi kebahagiaan akhirat tak dimilikinya” (QS 11:15)


Ke empat atau terakhir adalah, adanya kecenderungan gadismu itu untuk “berselingkuh”. Di antara semua point yang sudah saya sebutkan di atas untuk kamu renungkan dengan diri sendiri sehubungan dengan perjalanan kebersamaan kamu dengannya, maka point terakhir ini adalah point terpenting.

Dalam perjalanan kebersamaan kamu dengannya, dengan melihat sikap kamu untuk selalu mengalah, dengan melihat sikap kamu yang selalu berusaha untuk menyenangkan dirinya bahkan dengan melihat kebersediaan kamu untuk selalu menjadi pihak yang tersalah (untuk kesalahan lalu “kalian” atau “dirinya”), dia “menodai” kesetiaan kamu itu dengan sebuah penyelewengan (perselingkuhan).

Wah. Dimana akal sehat kamu hingga kamu tetap tidak mau kehilangan dia setelah apa yang telah dia perbuat sejauh ini? Dimana harga dirimu sehingga dia bisa seenaknya melakukan apa saja terhadap diri kamu? Itu bukan sikap seorang kekasih tapi sikap seorang budak!

Jangan pernah menyerahkan diri kamu menjadi budak cinta karena jika kamu melakukan itu maka kamu bukan hanya akan kehilangan dirimu sendiri tapi juga cinta kekasihmu. Cinta seseorang pada kekasihnya itu akan tumbuh subur karena adanya sikap salng menghargai satu sama lain, sikap saling percaya satu sama lain dan sikap saling menghormati satu sama lain hingga melahirkan bukan hanya keinginan untuk menerima tapi juga memberi yang terbaik. Artinya, meski cinta di dada seorang kekasih berkobar, maka cinta yang sesungguhnya itu adalah cinta yang masih memberi tempat pada akal dan nurani.

Cobalah renungkan kembali apakah keputusan untuk memutuskan hubungan dengan si dia itu memang sebuah keputusan yang membawa kamu kepada kondisi “penyesalan seumur hidup” atau sebenarnya sebuah jalan yang dibukakan oleh Allah bagimu untuk memperoleh ganti yang lebih baik? Tidak benar jika perpisahan dengannya membawa kamu kepada kondisi yang menyakitkan dan tidak menyenangkan. Karena sesungguhnya di balik semua kesulitan itu tersimpan kemudahan. Bukankah setelah mendung dan hujan maka akan muncul pelangi yang indah dan matahari akan kembali bersinar lebih cantik karena udara kotor telah dibersihkan oleh turunnya sang hujan?

Hanya saja, semua perlu penyesuaian. Nah, ketika penyesuaian sudah dilalui maka kamu akan memperoleh sebuah hikmah baru. Salah satunya, bahwa dalam hidup ini tidak selamanya yang kamu kira baik untuk dirimu memang membawa kebaikan karena bisa saja kebalikannya atau sebaliknya. Hikmah lain, bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang bersifat abadi selamanya. Hanya Allah-lah yang Maha Kekal dan Maha Suci. Lalu mengapa kamu tidak mencoba untuk mencintai Allah dan menghamba pada-Nya?

Manusia terbawa oleh segala sesuatu yang ia angankan.

Sebagaimana angan-angan tentang sebuah kebun akan membawanya menuju kebuh,

Dan angannya tentang sebuah kedai membawannya menuju kedai.

Tapi fatamorgana tersembunyi di dalam angan-angan itu.

Tidakkah kau mengalami bahwa

Saat kamu pergi ke suatu tempat tertentu

Dan kemudian menjadi menyesal?

Kau bayangkan tempat itu indah,

Tapi ternyata tidak.

Maka, angan-angan bagaikan tenda-tenda yang di dalamnya tersembunyi seseorang.

Ketika angan-angan itu akhirnya pergi

Dan muncullah kenyataan bahwa tanpa tenda imajinasi,

Maka itulah Kebangkitan!

Engkau bisa saja mengikat dua burung menjadi Satu

Tapi meski keduanya dari jenis yang sama

Dan sayap yang tadinya dua digabungkan jadi empat, kedua burung itu tidak mungkin terbang bersama

Karena keduanya masih memiliki dualitas

Namun bila engkau lihat salah satu burung itu mati,

Dia masih mampu untuk terbang karena di sana tidak ada lagi dualitas (puisi Jalaludin Rumi)


Semoga bermanfaat.

WassalamuÂ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ade Anita
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved