|
Mantan Aktifis yang Merasa Sepi Hati Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004
AssalamuÂ’alaikum wr.wb mbak AdeÂ….
Saya mau curhat nih mbak. Kok saya tidak kuat ya menghadapi kesepian hati. Dulu waktu kuliahan saya terbilang aktif, kemudian ketika selesai kuliahan saya jadi menthok bangeeet, benar-benar merasa sepi, sepi dari kegiatan dan sepi hati.
Saya bukan mengharapkan macam-macam kok mbak. Dalam artian jodoh kan toh di tangan Allah. Cuman pengen banget banyak teman lagi. Udah cukup.
Saya sering sebal ama teman. Kalau saya bilang Gue Sepi nih, teman-teman pada bilang, ya sudah lo merrid ajeÂ… Saya keki banget mbak. Masa kesepian saya diartikan dengan melulu kebutuhan terhadap cowok. Saya ga munafik mbak, tapi bukan karena belum merrid saya merasa sepi. Pokoknya sebel banget-banget mbak, Kalau ada teman yang ngomong gituÂ…
Hmm.. gitu dulu deh mbak
WassalamuÂ’alaikum wr wb
Jawab:mn
AssalamuÂ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pernah tidak melihat sebuah rumah yang akan direnovasi? Taruh misal, semula ada sebuah rumah seluas 2 x 3 meter persegi di atas lahan seluas 1000 meter persegi. Taruh barang di dalam ruangan tersebut sesuka kalian. Meja tulis, bangku, lemari dan tempat tidur. Tak lupa barang hiasan dan perlengkapan lain seperti buku-buku, jam dinding, lukisan, gantungan pakaian, tempat sampah, pajangan dinding dan pajangan meja, pigura, piring, gelas, kulkas, televisi, radio-tape recorder, dll.
Wow. Subhanallah, lihat sekarang ruangan tersebut. Penuh dan sesak. Ada banyak kesibukan yang bisa dikerjakan disana. Membersihkan ruangan dengan barang sebanyak itu saja memerlukan waktu tersendiri. Mendengarkan acara hiburan dari televisi atau radio-tape recordernya pun bisa berlangsung 24 jam non stop. Mengisi ulang isi kulkasnya juga demikian. Membaca buku-bukunya, menulis di atas meja tulisnya, mungkin bisa berjam-jam lamanya. Itu semua kesibukan yang kamu miliki pada ruangan rumah kecil seluas 2 x 3 meter persegi.
Barang terus bertambah dan ruangan kian sesak. Itu artinya, sudah tiba saatnya untuk renovasi memperluas ruangan. Ingat, lahan yang kita miliki sangatlah luas. Maka dibangunlah rumah yang lebih besar, mungkin tipe 54, dengan luas bangunan 6 x 9 meter persegi. Lalu lihat apa yang terjadi sekarang? Barang-barang yang kita miliki ternyata kini menjadi sangat kurang. Ruangan besar menjadi terlihat sepi melompong. Suara yang kita keluarkan menjadi terpantul dan bergaung. Jika malam tiba, sepi kian terasa menggigit dan akhirnya timbul pikiran yang tidak-tidak (apalagi jika pada dasarnya diri ini seorang penakut). Ingin kembali ke rumah kecil 2 x 3 dahulu sudah tidak mungkin. Satu-satunya jalan untuk mengusir rasa sepi dan melompong dalam ruangan tersebut adalah menata ulang segala perabotan dan mengisi yang kosong dengan barang baru (boleh baru sebagai pemakai pertama boleh juga baru tapi sebagai pemakai kedua).
Begitulah metamorfosa kita di tengah masyarakat. Cerita di atas adalah perumpamaan. Rumah kecil adalah jenjang lingkup pergaulan kita di tengah masyarakat sekolah. Tempat kita menuntut ilmu dan belajar bergaul sebelum terjun ke tengah masyarakat yang sesungguhnya. Sedangkan lahan luas 1000 meter persegi itu adalah kapasitas kemampuan yang bisa kita miliki.
Jika rumah kecil adalah perwakilan dari masyarakat di lingkungan sekolah, maka rumah besar adalah masyarakat sekeliling yang sesungguhnya. Bukankah tugas yang diemban dari seseorang yang belajar di bangku pendidikan adalah mencari bekal seluas-luasnya sebelum dia terjun ke tengah masyarakat? Bahkan, Islam sendiri menganjurkan agar kita memberi manfaat bagi orang lain dengan apa yang kita ketahui. Artinya, membagi ilmu yuang kita miliki pada orang lain agar sama-sama memperoleh manfaat.
Seseorang yang bisa menata rumah besarnya dengan sangat indah dan apik menyenangkan, boleh-boleh saja memperluas rumahnya lebih besar lagi. Artinya, dia bisa melebarkan tangan pergaulannya di tengah masyarakat agar lebih luas lagi.
Ukhti yang merasa sepi.
Sepi yang ukhti rasakan sekarang ini rasanya lebih karena saat ini ukhti merasa kehilangan teman-teman ukhti semasa kuliah dahulu. Terlebih saat kuliah dahulu ukhti adalah seorang yang sangat aktif. Hal ini sangat wajar kok ukhti.
Sebagai seorang makhluk sosial, sudah menjadi sunatullah bahwa manusia itu membutuhkan kehadiran orang lain. Adam as pun merasa sepi di tengah surga yang Maha Lengkap dan Indah. Setiap orang, pasti membutuhkan kehadiran teman untuk menemani hari-harinya. Ada yang membutuhkan kehadiran banyak orang sehingga bisa membuat banyak keramaian dan kegiatan, ada juga yang hanya memerlukan kehadiran satu orang saja, tapi satu orang itu diakrabi dengan sangat mendalam sehingga lebih dari sahabat.
Jika demikian, maka obat dari rasa sepi yang terasa mengganggu ukhti saat ini tidak lain adalah tiba saatnya untuk ukhti membina kembali hubungan pertemanan selama ini. Cari dan dapatkan sahabat sebanyak mungkin. Cobalah untuk mengontak kembali teman-teman lama ukhti. Tanya kabar mereka, dan kunjungi mereka dengan penuh ikhlas. Ikat kembali tali ukhuwah yang selama ini mungkin agak renggang karena kesibukan masing-masing menjadi kuat kembali.
Tapi, jika ternyata teman-teman lama rasanya sangat sulit untuk dipertautkan kembali, jangan diam saja dan menangisi kesendirian. Tapi, cobalah cari teman-teman baru. Memang tidak mudah membina hubungan baru dengan teman-teman baru tapi hal ini bukannya tidak mungkin. Semua orang memiliki kapasitas kemampuan diri yang tak terduga hanya saja mereka tidak menyadarinya sebelum mereka menggali potensi yang ada itu sendiri. Cobalah ikut berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan organisasi, pengajian, kursus, perkumpulan, paguyuban atau apa saja. Dari lingkungan sosial yang baru ini diharapkan ukhti bisa memilih siapa yang sekiranya dapat dijadikan teman baru. Memang sih nggak mudah, tapi itu bisa dilakukan setelah 1-6 bulan seseorang memasuki lingkungan yang baru. Bertambahnya teman dan sahabat, insya Allah akan memberikan warna baru dalam kehidupan kita.
Disamping itu juga, ukhti bisa memulai untuk makin rajin mengaji, dan mengisi waktu luang dengan aktivitas rumahan yang lain. Seperti belajar menjahit pakaian, mencoba resep-resep masakan baru, menata ulang perabotan rumah, membaca buku-buku untuk menambah pengetahuan, atau buat sebuah kegiatan untuk remaja di sekitar rumah ukhti. Seperti kegiatan olahraga, kerajinan, kesenian atau keagamaan. Jadi, ukhti tidak terlalu sepi jika sedang berada di rumah. Ada kombinasi antara kegiatan eksternal (di luar rumah) dan kegiatan internal (di dalam rumah), Insya Allah ukhti bisa nggak kesepian lagi.
Soal teman yang berseloroh tak sedap seputar jodoh, tidak usah dimasukkan ke dalam hati. Balas saja dengan seloroh juga, “ya udah, kamu tolong carikan deh yang cocok buatku.” Tidak usah terlalu tegang dan serius ukhti menghadapi seloroh seperti ini, agar tidak muncul prasangka buruk di dalam hati ukhti. Wallahua’lam.
Semoga bermanfaat
WassalamuÂ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|