|
Milih Suami Pilihan Ortu atau Pilihan Sendiri baik Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004
Assalamualaikum Wr.Wb Kak Adeanita, aku belum lama memakai jilbab tapi aku sedang berusaha menggunakannya sesuai dengan syariat islam, aku punya teman yang banyak memberi aku masukan tentang ajaran islam yang benar dan sedikit demi sedikit aku mulai menjalaninya sehingga sekarang aku merasakan indahnya Islam. Tapi Kak Adeanita ternyata aku mendapat batu sandungan yang datangnya dari orangtuaku sendiri. Ketika aku memutuskan memakai jilbab kedua orang tuaku tidak keberatan,walaupun pada awalnya Ayahku sangsi takut aku dikeluarkan dari tempat kerja. Ibu ku awalnya senang melihat aku kelihatan lebih rapi, dirumah pun aku memakainya kecuali kalau aku dikamar atau dalam rumah dimana hanya ada keluarga saja. Ibuku pernah bertanya kenapa harus begitu, "keluar sedikit aja pakai kerudung, ada tetangga laki-laki masuk cepet2 pake kerudung repot amat sih kamu" begitulah kira2 komentar ibuku, lalu aku mulai menjelaskan mengapa aku harus begitu dan tadinya aku berfikir ibu mulai mengerti. Suatu ketika teman yang aku sebutkan diatas menyatakan niatnya untuk melamar aku, awalnya aku kaget karena sikapnya selama ini biasa2 saja, jarang ngobrol atau sekedar bercanda seperti teman laki2 yang lain(kebetulan tempatku bekerja lebih banyak laki2nya) dia hanya bicara denganku kalau aku bertanya mengenai agama.Aku pernah membaca buku yang isinya tentang memilih calon suami yang baik menurut islam, dan menurut aku dia sudah memenuhi Kriteria tersebut tapi diluar dugaan ku ternyata orang tua ku menolaknya hanya karena dia berasal dari Sumatra sedangkan saya orang jawa dan tingkat pendidikan saya lebih tinggi (saya D3 dan dia SMU)selain itu orang tua ku menganggap dia yang membuat aku jadi berubah 'fanatik' . Mereka juga mencoba menjodohkan aku dengan pilihan mereka. Sedangkan aku kenal lelaki pilihan mereka itu tidak memiliki aqidah yang baik, apa yang harus saya lakukan agar orangtua saya mau menerima dia, saya sangat takut dalam bertindak akan menyakiti hati orangtua saya, dan saya juga tidak ingin memiliki suami yang tidak jelas aqidahnya.
WaÂ’alaikumsalam wr wb
Mbak T
Jawab:
Assalamu 'alaikum wr wb Bismilahirrahmanirrahim,
Mbak T, dilihat dari cerita kamu, kayaknya memang orang tua kamu dalam masa penyesuaian untuk menerima kamu. Apalagi mungkin orang tua kamu selama ini terbiasa melihat kamu yang tidak berjilbab. Disamping itu, orang tua kamu juga tampaknya punya stereotype (pandangan) yang buruk tentang pria dari sumatra. Untuk menjawab secara sederhana, mana yang harus kamu pilih di antara keduanya, mungkin bisa kamu lihat dari kecenderungan hati dan pikiran kamu sendiri.
Apakah kamu ingin memilih untuk menikah dengan (1) seseorang yang agamanya baik, tapi tidak disetujui orang tua. Atau menikah dengan (2) seseorang yang agamanya 'kurang jelas' tetapi di setujui orang tua. Atau mungkin pilihan yang lain adalah (3) mencari yang agamanya baik dan disetujui orang tua. Kalau pilihan kamu ke arah yang pertama, hal yang menguntungkan adalah kamu bisa mengharapkan suami kamu untuk membimbing kamu.
Sedangkan dari segi penghasilan mungkin bisa saling melengkapi antara kamu dan suami kamu sendiri. Meskipun dalam Islam sendiri kewajiban untuk mencukupi kebutuhan isteri lebih banyak ditanggung oleh suami. Tetapi, dalam Islam juga dikenal upaya suami dan isteri untuk saling membantu melengkapi kebutuhan keluarga, tanpa melupakan peran suami dalam upaya mencukupi kebutuhan lahir dan batin dari sang isteri.Tetapi tantangannya kamu harus meyakinkan keluarga kamu dahulu bahwa dia adalah orang yang baik dan bisa dipercaya, dan insya Allah akan sayang sama kamu dan keluarga. Tetapi sebelum kamu berkata seperti itu terhadap orang tua kamu, kamu harus meneliti dulu kebiasaan calon suami kamu ini. Apa ia benar dia bisa dipercaya, bisa sayang terhadap keluarga, dsb. Jangan sampai suatu ketika menjadi bumerang, ketika ternyata suami kamu itu kurang bisa dipercaya, agak tidak sopan terhadap mertua, dsb. Hal ini bisa menjadi bumerang dan membuat hubungan dia dan mertua nantinya bisa semakin buruk. Jadi disini diperlukan perubahan sikap calon suami kamu agar ia bisa menyayangi mertua, tapi juga tidak meninggalkan ajaran agama Islam.
Kalau pilihan kamu yang ke dua, mungkin dipihak orang tua nggak ada masalah. Tapi kamu yang harus berusaha merubah jalan hidup suami kamu agar ia perlahan-lahan mau lebih mendekatkan diri pada ajaran agama. Tapi untuk bisa merubah calon suami kamu yang tipe ini, kamu harus tahu pasti apakah suami kamu ini orang yang mudah percaya terhadap isteri atau tipe yang keras kepala dan memaksakan kehendaknya terhadap isteri. Kalau calon suami yang ditawarkan orang tua adalah tipe yang keras kepala dan berpegang pada adat, maka kamu akan sulit untuk merubahnya. Misalnya saja, kalau suatu ketika dia ngotot untuk menyelenggarakan upacara tujuh bulan ketika kamu hamil, atau menanam ari-ari setelah melahirkan, dsb. Bisa nggak kira2 kamu merubah pandangannya.
Jadi pada dasarnya kamu harus benar-benar mencari tahu tentang sifat-sifat calon suami kamu baik yang dari pilihan sendiri maupun pilihan dari orang tua kamu ini. Mencari tahu sifat mereka itu antara lain bisa dilakukan dengan menanyakan pada orang yang terdekat dengan mereka, atau melihat kebiasaan mereka ketika sedang ngobrol bareng2 dengan yang lain.
Sedangkan untuk pilihan yang ketiga adalah mencari orang yang bisa diterima orang tua kamu, tetapi juga agamanya cukup baik. Jadi jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan yang agamanya sudah langsung 'top', tapi mungkin dengan dasar agama yang cukup baik, tetapi atau kemauan untuk memperbaiki diri dan mempelajari agama. Hal ini sudah merupakan nilai tambah dan mudah-mudahan dapat menjadi bekal awal untuk mendalami agama Islam secara lebih baik.
Untuk mendapatkan suami tipe ini, memang susah-susah mudah, tapi insya Allah tetap masih dapat diusahakan. Kalau kamu lebih cenderung ke arah yang pilihan ke tiga, tetapi masih mempunyai pemikiran bahwa pilihan pertama akan menjadi pilihan alternatif kalau pilihan ketiga sampai jangka waktu tertentu tidak dapat ditemui (misalnya 1 atau 2 tahun) maka kamu dapat menyatakan pada teman sekantor kamu untuk menyatakan, misalnya bahwa saat ini kamu belum berniat untuk menikah dgn dia. Tetapi mungkin di lain waktu, kalau Allah menjadikan dia sebagai jodoh kamu, insya Allah kamu akan dapat bersatu.
Mbak T, dari keterangan diatas, maka kamu sekarang diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk memilih. Guna memilih itu jangan hanya menggunakan akal saja ataupun hati saja, tapi padukan antara akal dan hati (perasaan), dengan mempertimbangkan mana nanti yang akan dapat lebih mendekatkan pada Allah SWT.
Untuk dapat memperoleh hal itu maka kamu juga harus berdoa 'tin. Mohonlah pada Allah untuk mendapatkan petunjuk mana yang terbaik menjadi pilihan kamu, sedangkan bila jodoh kamu masih jauh bermohonlah agar ia didekatkan kepada kamu dan dimudahkan jalannya untuk menjadi suami kamu. Mungkin kurang lebih segitu dulu yha mbak. Mudah-mudahan kamu dapat menemukan jodoh yang terbaik dan dapat diterima oleh keluarga kamu. Dan lebih jauh lagi, mudah-mudahan keluarga kamu mau menerima Islam secara lebih baik dan mendapatkan petunjuk serta mau mengikuti ajaran Islam dengan baik. Amiin.
Wassalamu 'alaikum wr wb
Kajian Pemberdayaan Anak, Keluarga dan Komunitas Kesos-FISIP UI
[ 0 komentar]
|
|