[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Mencari Jati Diri
Uneq-Uneq - Wednesday, 18 February 2004

sebatang ilalang tak pernah mau mengerti musim,
dia akan selamanya menjadi ilalang yang kadang bisa menghambat pertumbuhan tumbuhan yang lain.
tak pernah mengerti kenapa ilalang mau menjadi ilalang
karena semuanya telah tercetak seperti apa yang diinginkan.
aku menjadi aku dan kau menjadi kau..
tak pernah tahu kenapa harus begitu.
hidup...begitu pelik jika seseorang manganggap pelik
namun hidup bisa menjadi begitu bermakna
jika mau mencari makna yang tersembunyi dibaliknya.

terkadang aku ingin seperti burung yang terbang bebas
dan bisa mengepakkan sayap kemanapun dia pergi
dia bebas dan tampak begitu bahagia.
tak semua orang bisa seperti itu,
tak semua orang bisa mewujudkan apa yang diinginkannya semua

kenapa jati diri begitu sulit dicari
karena aku begitu ingin menemukan jati diriku yang sebenarnya....
ya Alloh hanya engkaulah tumpuan terakhirku,
aku yakin semua cobaan ini mengandung hikmah dari-Mu.
(dikirim oleh ukhti A, sadgirl in yahoo)

jawab:

AssalamuÂ’alaikum wr wb

Ukhti A yang sedang bersedihÂ… semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya padamu dimanapun kamu berada saat iniÂ… Aamiin. Puisi kamu bagus, meski isinya sangat sedih.

Hmm…Saya tidak pandai membuat puisi. Tapi, saya senang membaca puisi dan kadang dengan teman-teman yang juga menggemari puisi, sering berdiskusi tentang sebuah karya puisi. Cuma…^_^… karena tulisan tangan saya buruk, saya berkorespondensi dengan mereka menggunakan bantuan ketik komputer (alhamdulillah saya yang memiliki tulisan buruk ini dilahirkan di jaman komputer). Nah… beberapa hari yang lalu, keyboard saya mengalami sebuah masalah kecil. Tuts huruf “k” –nya, tidak bisa dipakai. Setiap kali saya menekan tuts “K”, maka di layar monitorku tidak tampak sama sekali huruf “k” yang saya ingin tulis itu. Taruh misal, saya ingin menulis kalimat “kaki kakakku”, maka yang muncul di tampilan layar monitor saya adalah tulisan “ ai aau”…. Wah, berhubung saya dalam hal ini gaptek (gagap teknologi) saya tidak tahu bagaimana cara mengatasinya pun tidak begitu berpikir bahwa itu adalah masalah yang tidak sepele. Waktu itu saya hanya berpikir, “Ah… Cuma huruf ‘k’ ini, apalah artinya ?”.

Berhubung saya suka chatting (hehehe), maka saya pun masuk ke room chatting seperti biasa dan bertemu dengan teman-teman di dunia chatting. NahÂ… disinilah masalah yang semula saya anggap masalah sepele ternyata sebenarnya sama sekali tidak sepele. Kalau kita lagi chatting, yang kita hadapi adalah monitor dan keyboard. Tentu saja, komunikasi yang terbentuk antara saya dan teman-teman virtual saya bisa dilakukan melalui bantuan ketikan keyboard. Disitulah saya baru menyadari bahwa keberadaan tiap-tiap huruf yang tersedia di keyboard itu sangatlah berarti. Padahal dalam keseharian hal sepele ini sama sekali tidak pernah saya perhatikan. Coba perhatikan ketika saya ingin memberi tahu teman saya bahwa saya sedang sedihÂ… saya mengetik ini :

“duhh, au lagi sedih nih…hihihihi”
Spontan teman saya memberi komentar dengan menulis respon yang berbeda dengan yang saya harapkan. “Ihh mbak,, sedih kok ketawa sih?
Dimana-mana kalau sedih itu nangis lagi, bukan ketawa.” Wah, padahal saya sama sekali tidak ketawa. Tapi karena huruf ‘k’ sedang error maka huruf ‘k’ tidak mau muncul dan mendukung kalimat saya. Saya coba jelaskan pada teman saya itu kondisi sebenarnya yang terjadi dan dia tampaknya mau mengerti. Cuma komunikasi selanjutnya jadi sedikit berbeda. “Mbak, ngobrol ama mbak sore ini serasa sambil belajar ilmu kira-kira nih. Kalimatnya dibilang cadel nda dibilang nda cadel yah gimana gitu..”
“Iyah nih.. au juga ngerasa nda ena rasanya…. Hihihihi(nangis)”
“Iyah deh mbak ade, aku juga ikut sedih deh…hihihihi (nangis).” “weee, iut-iutan…hihihihi (ketawa)”
“Eh, btw, kok kita jadi kayak lagi baca teks skenario yah ? kamu dapat peranan sebagai apa?”

Dalam kehidupan ini, sering kita lihat figur-figur yang kita kagumi dan ingin kita tiru. Figur itu bisa pada siapa saja. Mungkin guru yang mengajarkan kita kala sekolah dulu, atau bisa jadi orang tua kita sendiri, atau tokoh legendaris dunia yang biografinya sudah kita baca berulang kali, atau bahkan tokoh celebrities dunia yang posternya kita pajang di kamar, atau bahkan seseorang yang hanya sekali kita lihat dalam satu hari kehidupan ini tapi begitu berkesan sehingga bayangan akan figurnya tertanam begitu mendalam. Tapi, satu hal yang sebenarnya membedakan mereka yang kita kagumi dan diri kita sendiri. Yaitu, mereka tampak begitu hebat karena ketika kita melihat kehadiran mereka, mereka sudah tampak serasi dengan pilihan hidup yang mereka jalani saat kita melihat mereka. Antara kemampuan yang mereka miliki dan kapasitas yang mereka genggam, tampak sudah sesuai. Itu sebabnya mereka tampak begitu menonjol. Dan kita merasa minder dan kecil karena kita baru saja ingin memulai langkah untuk berusaha. Padahal, mereka juga sama seperti kita ketika mereka dulu memulai langkah awal mereka, yaitu mulai dari nol dan tidak punya apa-apa. Jadi, jangan pernah ragu untuk melangkah, Insya Allah, Allah akan memberi yang terbaik bagi kita.

Satu hal yang mungkin harus diingat adalah, bahwa setiap individu itu punya satu keunikan tersendiri yang membedakan dia dengan orang lain. Keunikan itu bisa berwujud karakter, ilmu, bakat, kecenderungan, pengalaman, potensi, sarana, fasilitas dan sebagainya. Nah, untuk menemukan jati diri kita, kita harus mengenal terlebih dahulu siapa diri kita sendiri. Caranya bisa tanya pada orang lain atau lihat pendapat orang lain tentang diri kita, lalu kita cocokkan dengan introspeksi diri sendiri. Mungkin, A, sahabat kita sendiri, tampak begitu sesuai dengan profesinya sebagai guru. Tapi kita sendiri ? Meski mungkin kita punya banyak kesamaan tapi belum tentu kita cocok sebagai guru. Karena ternyata lebih pingin dan tampaknya cocok jadi konsultan. Apapun yang kalian (kita) pilih dalam mengisi hidup ini, satu hal yang harus dilakukan adalahÂ… cintailah yang kalian pilih itu karena mengharapkan Ridha Allah Semata. Bekerja itu adalah ibadah, dan ibadah itu salah satunya akan terwujud dalam bekerja untuk memperoleh ridha Allah SWT. Yakinlah, bahwa segala sesuatu di dunia ini, diciptakan oleh Allah tidak dalam keadaan sia-sia, bahkan meski itu sesuatu yang sangat kecil sebesar biji sawi sekalipun. Semuanya sudah dalam perhitungan-Nya, karena Allahlah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya.

Terakhir, ini saya kutip cerita klasik tentang ilalang (saya ingat cerita ilalang ini setelah membaca puisi ukhti A, semoga ukhti tidak bersedih lagi). Pengarang fabel klasik La Fonteina berkisah tentang pohon asam dan ilalang.

Di sebuah tempat bertanah subur, bersungai jernih dan berlangit biru, tumbuh sebatang pohon asam yang besar. Di sekelilingnya tanah menghijau oleh rumput dan ilalang. Menyadari kekokohan dirinya, pohon asam pun menegur ilalang. Dia kasihan melihat kelemahan ilalang. Anig semilir saja sudah membuatnya seperti kepayahan berayun kian ke mari. Dengan penuh kesadaran dan kekuatan dirinya, pohon asam mengajak ilalang dekat-dekat kepadanya, supaya angin tidak lagi mengancam. Lucunya ilalang tidak merasa terancam. Lagi pula, akarnya memang sudah tumbuh pada tempatnya berdiri. Karenanya, dia berterima kasih kepada pohon asam seraya mencukupkan dirinya seperti apa adanya. Ilalang mengakui bahwa dia memang amat lemah. Namun, dalam kelemahannya itu angin semilir atau angin topan baginya sama saja. Dia hanya akan menari. Akarnya jauh tertanam di dalam tanah sehingga akan tetap hidup, menjadi tanda kehadiran tanah tempatnya bertumbuh. Pohon asam tentu saja menjadi geli terhadap kenaifan ilalang. Sebuah ketidaknyamanannya yang lirih mengusik pohon asam, dan pohon asam pun lantas menganggap bahwa itu kesombongan diam-diam yang menjengkelkan dari si ilalang yang harus dilenyapkan dengan pembuktian kekuatan dirinya. Angin topan bertiup kencang. Dengan gagah pohon asam menghadang angin. Namun, kali ini topan terlalu besar. Sementara ilalang meliuk dengan luwesnya, pohon asam bergetar hebat dilanda angin. Akhirnya, pohon asam itu roboh dan mati. Ilalang menangis sedih di sampingnya.

Jika tanah tempat tumbuh rumput ilalang diiris hingga tampak penampang akar-akarnya, pemandangan yang mempesona tentu akan terlihat karena akar lembut mereka ternyata sangat dalam sekaligus luas jangkauan tumbuhnya, merayap mengikat bongkah-bongkah tanah,, dan bersatu dalam kediaman bumi. Bersatunya akar rumput ilalang dengan bumi amat berbeda dengan akar pohon asam. Akar pohon asam memang besar mencengkeram tanah sehingga lebih mudah tercerabut jika badai besar menggoyahkan batang. Tidak di setiap tempat pohon asam bisa tumbuh,, sedangkan rumput ilalang tumbuh hampir di setiap permukaan bumi yang bernama tanah. Injaklah sebatang ilalang atau tebang semua pohon yang meneduhinya. Sekalipun daunnya hancur, dia akan tumbuh lagi. Pada musim kemarau pun, ilalang adalah salah satu tumbuhan yang paling “keras kepala” mempertahankan keberadaannya, atau bahkan tumbuh menggantikan rumput-rumput bonsai peliharaan manusia yang sudah mengering hanya karena disapa terik.

Apalah arti Ilalang? Ada banyak pohon besar dan pohon lain yang memberi manfaat bagi sekelilingnya. Sedangkan ilalang? Hampir semua orang memang ingin menyingkirkan ilalang karena dianggap tidak berguna dan kehadirannya bisa dikatakan merusak pemandangan yang sudah indah. Tapi benarkah dia sama sekali tidak berguna? Bayangkan jika pohon besar di lereng bukit sudah ditebang orang. Lalu musim bertanam sudah ditinggal orang karena musim panceklik yang berkepanjangan. Jika tiba-tiba hujan turun membasahi bumi, siapa yang berjasa mempertahankan butiran tanah agar tidak terbawa arus aliran hujan yang berkumpul di lereng? Siapa yang berjasa melindungi tanah yang sudah disia-siakan manusia agar tidak terjadi longsor? Dia adalah Ilalang.

Subhanalallah, Maha Suci Allah. Ternyata tidak ada yang bersifat sia-sia dalam penciptaan-Nya.

“dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah (tanpa tujuan).” (Quran Shad/ 38 : 27)

WassalamuÂ’alaikum wr wb
Ade Anita
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved