|
Kenapa Selalu Islam Yang dikambing-hitamkan? Muslimah & Media - Wednesday, 03 March 2004
kafemuslimah.com Ada sebuah anekdot yang saya baca dari sebuah koran terbitan ibukota (Republika). Anekdot itu berbunyi:
“Seorang turis Prancis bertanya pada mahasiswa Indonesia. Dia katakan keheranannya karena ketika melihat penjara-penjara ada banyak sekali orang Islam yang ditahan di sana karena melakukan berbagai tindak kejahatan. Di jalan-jalanpun, orang-orang Islamlah yang mendominasi perilaku buruk pada masyarakat. Lalu Turis Prancis itu mengakhiri kalimat tanyanya dengan sebuah pertanyaan yang membentuk sebuah opini: “Apakah Islam begitu lemah pada umatnya sehingga banyak umatnya yang amburadul?” Dengan bijak, sang mahasiswa balik bertanya, “Itu karena kamu melihat di Indonesia. Coba jika kamu lihat di penjara-penjara luar negeri dan daerah-daerah kumuh dan rawan kejahatan di sana, pelakunya tentu orang-orang non Islam bukan?”
Saya langsung tersenyum membaca anekdot tersebut.
Yah. Alhamdulillah.
Akhirnya saya bisa tersenyum juga akhirnya. Bagaimana tidak? Beberapa hari ini, tepatnya sejak bom Marriot mengguncang Ibukota Jakarta, ada sebuah pembentukan opini yang dilakukan secara perlahan tapi sistematis oleh media cetak dan elektronik, bahwa pelaku dari semua peledakan itu adalah Kelompok Islam. Rasanya sudah hampir habis dilontarkan pembelaan oleh berbagai pihak (terutama dari kalangan ulama) bahwa itu bukanlah wajah Islam yang sesungguhnya karena Islam adalah agama yang damai. Tapi, lagi-lagi polisi sekarang sudah mengeluarkan pernyataan bahwa bukti kuat mengarahkan pada seorang lulusan pesantren di Solo sebagai pelakunya.
Saya tidak tahu dan tidak akan ikut melanggar asas praduga tak bersalah. Tapi pada akhirnya, harus kita akui bahwa Islam adalah agama mayoritas yang dianut oleh bangsa Indonesia. Bahkan dunia tahu bahwa populasi masyarakat yang menganut Islam terbesar di seluruh dunia ini adalah Indonesia.
Indonesia = Islam.
Pernyataan itu jadi sebuah stempel untuk mengeneralisir semua ornag yang di KTP-nya beragama Islam sebagai produk Islam yang tahu Islam, menjalankan seluruh syariat Islam. Padahal, tidak sedikit mereka yang di KTP-nya beragama Islam menyadari apa itu Islam yang dipilih sebagai agamanya. Indonesia itu kan negara yang beragama, jadi tidak boleh tidak beragama. Mungkin pilihan yang paling mudah adalah memilih Islam untuk dicantumkan. WallahuÂ’alam.
Saya tidak yakin mereka tahu bahwa ada Qishash bagi pelaku kejahatan pembunuhan dan perbuatan ini termasuk dosa besar jika melihat seringai seorang terdakwa yang ditangkap karena membunuh orang dan di KTP-nya tercantum agama Islam. Islam memang sangata keras terhadap pelaku kemunkaran. Allah menjanjikan azab bagi pelaku kemunkaran dimanapun mereka berada hingga mereka yang mengerti tentang syariat Islam sangat takut untuk berbuat salah.
Ah.
Tidak adil rasanya jika Islam diidentikan degnan pemeluk agama Islam. Sesungguhnya, Islam tidak bisa disamakan dengan pemeluk Islam. Islam adalah ajaran yang murni diiiberikan Allah melalui perantara malaikat Jibril pada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Sedangkan pemeluk Islam adalah mereka yang beragama Islam tapi di sisi lain kehidupannya, juga harus beradaptasi dengan nilai-nilai keduniaan lain.
Mereka juga mengadopsi budaya lokal, belajar nilai-nilai balas budi dan balas dendam pada waktu bersamaan, menerima nilai-nilai material yang berrkembang di lingkungannya. Entah mana yang pada akhirnya dominan tapi semua itu “hidup” berdampingan dengan agama Islam yang dianutnya. Jadi kalau kelak dia baik, dia akan dikatakan pemeluk aaaagama Islam yang baik dan sebaliknya jika dia buruk maka dia akan dikatakan sebagai pemeluk agama Islam yang buruk. Jadi, saya sangat gerah jika Islam disalahkan hanya karena salah seorang pemeluknya berbuat salah.
Hmm.
Mau tidak mau, seharusnya kita semua senantiasa sadar bahwa sebagai pemeluk Islam kita adalah duta Islam. Ada yang bisa bantu saya bagaimana langkah selanjutnya untuk menjadi seorang duta yang yang baik dan mengharumkan kembali nama baik Islam?
---14 agustus 2003---
(ade anita)
[ 0 komentar]
|
|