|
Hati-Hati Kristenisasi Muslimah & Media - Wednesday, 03 March 2004
Kafemuslimah.com “Aku sering deh dengar kata yang pake kata sasi di belakangnya. Apa sih bu artinya?” Anakku yang baru menggemari kagiatan membaca koran bertanya. Dengan santai, sambil mengunyah kudapan ringan di mulut aku menjawab sekenanya.
“Artinya kegiatan yang dilakukan untuk memperluas sesuatu. Misalnya westernisasi. Artinya memperluas budaya western, budaya barat. Politisasi, memperluas perhatian pada masalah politik, biar masalah itu terkait dengan masalah politik. Yah, kira-kira begitu deh, kurang jelas liat ajah kamus.” Anakku mengangguk-angguk. Ewntah mengerti apa tidak, dia baru duduk di kelas 5 SD. Lalu tiba-tiba dia kembali bertanya,
“Kalau hamilisasi bu?”
“Hamilisasi?” Aku bengong sejenak dan sambil bergumam spontan keluar penjelasan dari mulutku,
“Kegiatan untuk menyebarkan kehamilan…” Aku tertawa sendiri mendengar penjelasanku yang sangat asbun dan pasti terdengar konyol dan seperti orang bodoh. Anakku senyum-senyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya memandangku.
“Ah, ibu bercanda lagi.”
“Yahh…, abis aneh sih istilahnya. Darimana kamu dapat istilah itu?” Anakku menunjuk satu berita di surat kabar dan beberapa detik kemudian surat kabar itu sudah berpindah tangan padaku dan segera aku tenggelam asyik membacanya, lupa pada obrolan ibu dan anak yang baru saja terjadi.
DI koran tertulis, bahwa pemerintah Sumbar (Sumatra Barat) akhirnya mengeluarkan Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) Penyebaran Agama untuk mencegah proses kristenisasi yang semakin gencar dilakukan di wilayah Sum-Bar (Republika, Selasa 12-8-2003). Cara-cara kristenisasi itu, selain dengan cara memberikan materi seperti yang umum terjadi, juga dilakukan dengan cara hipnotis, pemaksaan, pernikahan dan hamilisasi. Istilah terakhir inilah yang dibingungkan oleh anakku tadi.
Isi Raperda Penyebaran Agama itu sendiri antara lain menyebutkan bahwa tidak dibenarkan menyebarkan agama kepada orang yang sudah beragama, hal mana sering dilakukan dalam proses kristenisasi yang berujung pada pemurtadan seoranga muslim di Minang.
Pemurtadan.
Hmm.
Saya jadi ingat sebuah e-mail yang dikirim seorang teman yanga berisi tentang ulasan majalah Time edisi 30 Juni 2003. Laporan utama majalah itu tentang proyek kristenisasi, khususnya yang dilakukan oleh kristen Evangelis di seluruh dunia. Aliran dalam agama kristen ini percaya bahwa gerakan kristenisasi haruslah dilakukan sesuai dengan pesan Matheus, “Pergi dan carilah murid dari seluruh bangsa, baptis mereka atas nama Tuhan Bapa dan Tuhan Anak dan Rohul Kudus dan ajarilah mereka untuk mematuhi semua yang aku perintahkan.” Sasaran mereka kebanyakan adalah negara-negara miskin dengan kebanyakan penganut Islam, Budha dan Hindu. Hebarnya, digunakan cara yang lebih maju dalam proses kristenisasi tersebut.
Jika Raperda Penyebaran Agama tersebut membuat tabel cara-cara kristenisasi seperti pemaksaan, hipnotis, pernikahan dan hamilisasi, maka sesungguhnya ada satu cara lain yang juga harus diwaspadai dalam hal ini. Yaitu dengan cara pengkaburan (pendangkalan) nilai-nilai Islam. Yup. Para misionaris dididik untuk mencari kelemahan ajaran Islam dengan mengharuskan mereka belajar tentang Islamologi. Mereka baca terjemahan-terjemahan Al Quran dan mencari ayat-ayat yang bisa diperselisihkan dan dilemahkan. Hal mana berlaku juga pada hadits-hadits nabi. Setelah itu sedikit demi sedikit mengakburkan pemahaman ajaran Islam pada orang banyak melalui kegiatan-kegiatan sistematik dan terkoordinasi melalui kelompok-kelompok diskusi, membangun yayasan, sekolah, kelompok konseling, perusahaan, dsb. Sebagai contoh, mereka angkat sebuah polemik apakah memang Islam itu agama yang mengangkat martabat wanita untk didiskusikan dengan menembak masalah-masalah yang sebenarnya memang punya dua pintu jawaban dalam Islam yang sama kuat dan sama baiknya, seperti masalah poligami, wanita karir dan bekerja, hak suami istri, dll. Untuk masyarakat umum, mereka mengangkat masalah yang bercabang hingga ummat sibuk dengan masalah cabang tersebut, seperti tentang cinta, seni, pengorbanan, perbedaan pendapat, kemiskinan, dll. Dengan kata lain, sekarang ini usaha kristenisasi tidak lagi dilakukan dengan cara kasar seperti yang ditaksir oleh banyak orang. Tapi cara kristenisasi yang dilakukan saat ini sungguh sangat halus dan bahkan tanpa terasa siapapun akan tanpa terasa ternyata sudah mengagumi agama kristen dan tergiring untuk mulai mempertimbangkan untuk masuk agama ini.
Hmm.
Tampaknya, satu hal yang harus kita sadari adalah, sesungguhnya, masalah kristenisasi ini bukan hanya masalah yang dimiliki oleh daerah Sum-Bar saja, tapi dihadapi oleh seluruh umat Islam dimanapun berada.
Jadi, hati-hati terhadap kristenisasi.
---15 agustus 2003---
(ade anita)
[ 0 komentar]
|
|