|
Gagal Menjadi Anggota Organisasi Uneq-Uneq - Wednesday, 18 February 2004
AssalamuÂ’alaikum wr. Wb
Mbak kebetulan juga aku lagi bermasalah yang meskipun udah 2 bulan berlalu tapi masih terus mengganggu pikiran dan tidurku.
Begini Mbak. Aku kan waktu itu ikut pendaftaran anggota baru. Sebuah “organisasi ekstrakurikuler” kampus ( maaf aku nggak ingin namanya disebut disini, mbak saja yang tahu, tolong rahasiakan yah mbak) dan aku waktu itu bener-benar buta dan nggak mengira kalo ternyata ditestnya kayak militer. Aku disuruh jalan ditengah sawah di malam hari ketika hjan deras. Disuruh mandi di kali setiap pagi. Mana dinginnya minta ampun. Push up. Squat jump. Pokoknya nggak ada deh kesempatan buat istirahat. Mana dibentak-bentak melulu lagi. Bodohnya lagi, temen-temanku tuh pada pake carrier beneran sedangkan aku cuma pake tas ransel biasa yg udah tua lagi. Eh, nggak taunya disana tuh tasnya disuruh bongkar pasang begitu dan lama-lama tasku pun jebol dan barang-barangku sampai dibawain temen-temenku (karena emang di sana kita disuruh saling membantu sama yang lain).
Ketika itu yang jadi sasaran kemarahan itu aku, pokoknya aku dibentak2 melulu. Pokoknya namaku diteriakin sama semua orang deh. Aku tuh udah stress banget rasanya pengen kabur aja dari sana. Aku emang sama temenku tapi dia tuh kuat-kuat aja jalan padahal ketika itu aku lagi hari pertama haid (katanya badan jadi gampang capek ya ?). Sampailah akhirnya hari terakhir kita naik ke 1 bukit yg jauhnya bukan main. Eh,kan udah turun tuh dari bukit. Kita disuruh istirahat dulu. Aku kirain udah selesai. Nggak taunya masih harus naik lagi. Wah disitu tuh aku udah nyerah deh. Soalnya jari2 kakiku tuh udah lecet dan berdarah-darah mana perih lagi. Akhirnya aku jalan sama satgas2nya (temenku udah duluan). Bahkan jalan 5 langkah aja aku nggak kuat. Rasanya tenagaku udah habis semua.
Aku terus2an ngeluh sama ketuanya : Udah deh aku pulang aja. Eh, nggak boleh dan aku sering bilang : Udah deh paling aku nggak diterima dan entah mengapa pada waktu itu aku sampai lupa kenapa aku ada disana. Pada akhirnya aku nggak diterima , ketika temen-temenku dilantik aku tuh bengong aja dan ketika itu aku sama sekali nggak merasa kecewa, abis badanku sakit semua, gimana mo mikirin kecewa ?
Tapi Mbak, 2 minggu setelah aku sembuh,aku tuh sering banget mikirin teman2ku. Aku jadi sering melamun dan menyesal kenapa waktu itu aku nggak kuat jalan, aku terus2an bertanya pada Allah, kenapa nasibku begini, apakah Allah ingin melihatku kecewa ? aku sempat berfikir kenapa Allah nggak adil ? aku benar 2 merasa kehilangan mereka meskipun kita cuma bersama selama 4 hari tapi ketika itu aku benar 2 merasakan apa artinya persahabatan dan bulan ramadhan kemarin adalah ramadhan yg tersulit bagiku karena aku begitu sulit untuk mengontrol rasa benciku terhadap satgas2 itu dan kekecewaanku yg teramat dalam ketika aku harus berpuasa. Yang lebih sulit lagi sahabatku yang diterima itu sekarang sikapnya berubah 180 derajat. Ketika duduk bersamaku dia tak lagi banyak bercerita seperti dulu. Dia cuma diam saja dan terkesan dia menghindariku. Dia tak pernah lagi pulang bersamaku , dia memilih orang lain. Ketika dia ingin ke markas “organisasi ekstrakurikuler” itu pun dia nggak pernah mengajakku. Aku merasa sangat kehilangan teman baikku.
Mbak, melihat keadaan yang seperti ini rasanya aku pengen mati saja. Semua pengorbanan waktu, uang, dan tenaga semuanya sia-sia bahkan meninggalkan banyak luka di hati dan badanku. Mbak, sekarang bagaimana saya harus bersikap ? Bagaimana menghadapi hidupku ini? Ketika saya melihat salah satu dari mereka itu menyapa saya di kampus , hati saya rasanya seperti tertusuk ribuan jarum, sakiiiit sekaliiii. Saya terus berpikir. Seharusnya mereka masih menjadi sahabat saya. Mbak, tolong bantu saya untuk menghadapi kekecewaan ini .
Maaf ya Mbak, imelnya kepanjangan....terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu'alaikum wr.wb
Jawab :
AssalamuÂ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada dua kisah menarik yang ingin saya ceritakan padamu sebelum saya memberi tanggapan. Keduanya adalah cerita tentang seorang yang bijak dan cerdik, Nasruddin Hoja.
Cerita pertama :
Nasruddin punya seekor kerbau dengan sepasang tanduk cukup besar laksana dua buah busur. Dia sering membayangkan, kalau saja dia bisa bertengger di antara tanduk-tanduk itu, pasti dia akan seperti seorang raja yang sedang duduk di atas singgasana. Ketika si kerbau sedang tidur, keinginan yang dikhayalkannya itu tak tertahankan lagi. Dengan hati-hati Nasruddin mendekat. Lalu dia melompat naik ke atas kepala kerbau seraya berpegang pada sepasang tanduknya. Karena kaget, si kerbau bangkit lalu memberontak. Tak pelak Nasruddin jatuh terpelanting ke tanah dan pingsan. Tidak lama sesudah itu istri Nasruddin mendapati sang Mullah terkapar di tanah dalam keadaan pingsan. Si istri mullah menangis.
“Jangan menangis !!” kata Nassruddin ketika sadar.
“Aku memang merasa sakit, tetapi paling tidak, aku telah memperoleh apa yang aku inginkan.”
Cerita kedua :
Di samping rumah Nasruddin ada sebuah gudang yang selalu gelap. Suatu malam dia masuk ke dalam gudang itu untuk mengambil tangga. Cincinnya terlepas dan jatuh. Kemudian dia meletakkan kembali tangga itu, lalu keluar menuju jalan dan mulai mencari cincinnya. Seorang temannya melihat dan berkata, “Wahai Nasruddin! Apa yang sedang kau cari di situ?”
“Aku mencari cincinku,” Nasruddin menjawab.
“Aku mau menolong. Tetapi, dimana kira-kira hilangnya?” temannya itu bertanya lagi.
“Di dalam gudang,” jawab Nasruddin sambil menunjuk ke arah dalam gudang yang gelap.
“Mengapa tak kau cari di sana?” Tetangganya bertanya lagi dengan bingung.
“Gudang sangat gelap. Mana bisa aku mencarinya di sana? Di sini cukup terang.” Jawab Nasruddin sambil terus mencari cincinnya kesana kemari di jalanan.
Ukhti Yang sedang sedih, semoga Ukhti selalu dalam lindungan Allah SWT.
Semua orang tentu punya keinginan untuk mencoba kemampuan dirinya sendiri. Karena dengan mengetahui kemampuan diri sendiri itu, insya Allah kita akan tahu dimana letak kekurangan dan kelebihan kita. Jangan pernah takut mencoba sesuatu karena jika tidak pernah dicoba, kita tidak tahu apakah kita mampu. “You never know if you never try” (please, baca dengan bijak kalimat asing ini dan letakkan hanya di tempat yang diridhai Allah semata).
Tapi, jika ingin mencoba sesuatu itu memang tidak ada jaminan bahwa sesuatu itu akan selalu memberikan kenikmatan dan kebaikan saja. Dalam hidup di dunia ini, selalu ada dua sifat berlainan yang hidup berdampingan. Pasang-surut, sedih-senang, gelap-terang, susah-mudah, kaya-miskin, sehat-sakit, baik-buruk dan seterusnya. Itu sebabnya aku ceritakan kisah Nasruddin dan kerbaunya. Nasruddin tahu kemungkinan bahwa dia akan terhempas jatuh dan sakit. Tapi dia tidak ragu untuk mencobanya karena jika tidak mencoba dia tidak akan tahu seperti apa naik tanduk kerbau itu. Dia punya sebuah keinginan tapi tidak ingin terus hidup dalam angan. Dia coba dan dia jatuh. Tapi dia tidak sedih atau kecewa karenanya, sebab itulah resiko hidup. Gagal atau berhasil itu adalah buah yang akan kita peroleh dari sebuah usaha yang kita lakukan. Jika kita hanya menginginkan keberhasilan saja, atau menginginkan kemudahan saja, itu artinya kita tidak pernah melakukan usaha yang sesungguhnya. Itu artinya kita hanya hidup di dalam angan saja, bukan dunia sebenarnya. Sama seperti Nasruddin yang mencari cincin di tempat terang. Dia tidak mau memperoleh kesukaran dalam hidupnya dan dia juga menolak untuk bersusah payah dalam berusaha.
Setelah memperoleh hasil dari sebuah usaha yang kita lakukan bukan berarti apa yang kita lakukan sudah selesai. Selama Allah masih memberi amanah ruh untuk hidup pada kita, itu artinya perjalanan usaha kita belum berakhir (lihat qs 28: 70-73). Ada usaha lain yang harus kita lakukan selanjutnya. Sama seperti seorang anak yang masuk SD, setelah lulus SD dia masih ikut SMP, lalu SMU, lalu bekerja atau kuliah, lalu menikah, lalu berkarir, dan seterusnya hingga akhirnya usahanya berhenti karena ajal datang. Itu sebabnya yang harus disikapi dari segala sesuatu yang sudah berlalu itu bukanlah menyesali dan kecewa atasnya (lihat qs 94: 1-8). Karena sebesar apapun rasa sesal yang kita keluarkan atau sehebat apapun tangis sedih dan kecewa yang kita hasilkan, masa lalu itu tidak akan pernah kembali. Yang harus dilakukan sekarang adalah memperbaiki kesalahan yang sudah berlalu itu dan merencanakan sesuatu yang lebih baik lagi untuk hari esok.
Hmm. Untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu, ada baiknya kita merenungkan hikmah apa yang tertangkap dari peristiwa yang sudah berlalu. Dalam perenungan itu, satu hal yang harus selalu diingat adalah, bahwa segala kebaikan itu berasal dari Allah sedangkan segala kekhilafan dan kesalahan berasal dari manusia dengan segala kekurangannya sebagai seorang makhluk ciptaan Allah SWT. Allahlah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi semua makhluk ciptaanNya. Jika Dia memberi kita sesuatu (baik kita tidak menginginkannya ataupun sebaliknya) atau Dia tidak memberi kita sesuatu (baik kita sangat menginginkannya atau kebalikannya), itu artinya dalam perhitungan Allah sesuatu itu adalah hal terbaik bagi diri kita (lihat qs 57:22-23). Jadi, jangan kecewa. Terima dengan ikhlas dan sabar.
Benarkah dengan ditolaknya ukhti di organisasi ekstrakurikuler tersebut hanya menyisakan kepedihan ? Tidak. Seharusnya Ukhti bersyukur terhindar dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Bayangkan jika ukhti masuk kegiatan tersebut, lalu dilatih seperti militer, belum lagi diwajibkan mengenakan pakaian yang belum tentu syarÂ’i, belum lagi pergaulan pria wanita di dalam organisasi tersebut yang mungkin tidak sesuai dengan adab islami dan sebagainya. Jadi, bersyukurlah ukhti tidak diterima disana. Sudah tidak usah kecewa lagi, lupakan saja (jauhkan pikiran bahwa hidup ini sudah tidak ada artinya lagi kini. Istighfar Ukhti. Sabar. Lihat Qs 2:90). Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler lain yang lebih Islami untuk ukhti masuki. Disana juga terdapat (calon) sahabat lain yang sedang menunggu ukhti dan insya Allah mereka akan menjadi sahabat yang sesungguhnya.
Tahukah ukhti siapakah itu sahabat yang sesungguhnya ? Dia adalah orang yang justru berada di dekat ukhti ketika semua orang justru meninggalkan ukhti. Dia adalah orang yang mendampingi ukhti ketika ukhti sedang terpuruk dalam kesedihan dan memberi semangat agar ukhti bangkit kembali. Sahabat adalah mereka yang selalu mengajak kita ke arah kebaikan dan selalu nasehat menasehati untuk menjauhi kemunkaran serta selalu bersama mendampingi untuk bersama mencari keridhaan Allah. Jadi, jika ada seorang sahabat yang pergi menjauh justru di saat ukhti sedang dirundung kesedihan atau kemalangan, jangan pernah menangisi kepergiaannya. Pun jangan pernah menyesali ketidak setiaannya. Dia bukan sahabat yang sebenarnya. Meski begitu, jangan pula kita menaruh prasangka buruk pada mereka. Bisa jadi mereka tahu sesuatu yang tidak kita ketahui. Sama seperti teman-teman ukhti yang sekarang berubah sikap jadi pendiam. Bisa jadi, diamnya mereka untuk menghargai ukhti sendiri. Mereka tahu ukhti kecewa, tapi di sisi lain mereka sangat gembira karena mereka berhasil. Jika mereka menceritakan tentang keberhasilan mereka dan kebahagiaan mereka tentu ukhti akan makin kecewa dan sedih; itu sebabnya mereka diam saja dan diam-diam pergi berkegiatan tanpa memberitahu ukhti. Jadi, singkirkan segala sakit hati karena sakit hati itu berasal dari sebuah prasangka buruk (lihat qs 10: 35-36; qs 49:12).
Peliharalah prasangka baik selalu pada banyak orang, insya Allah kita akan memperoleh ketenangan jiwa. Peliharalah prasangka baik selalu pada Allah (atas segala yang Allah berikan pada kita), insya Allah kita akan memperoleh “kelapangan dada” (=ringan untuk melangkah/sabar untuk menjalani/bahagia dalam melakukan) dan keikhlasan untuk menjalani hidup di dunia ini serta insya Allah meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
WassalamuÂ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ade Anita [ 2 komentar]
|
|