|
Mending Jamaah tapi telat Atau Sendiri tapi tepat Uneq-Uneq - Friday, 16 July 2004
Tanya: Assalamu'alaikum mbak Ade,
saya mau tanya mbak, lebih baik sholat diwaktu awal tapi tidak berjamaah atau sholat diwaktu yang tidak terlalu awal tapi berjamaah?
itu saja mbak,
Wassalamu'alaikum
I
Jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Shalat adalah tiang agama dan shalat adalah ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat kelak.
Dari Abu Hurairah, dia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tahukah kalian, seandainya ada sungai di pintu rumah salah satu dari kalian dan dia mandi lima kali di sungai itu, apakah ada kotoran yang tersisa di badannya?” Mereka menjawab, “Tidak ada kotoran yang tersisa.” Rasul bersabda lagi, “Itulah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dosa dengan shalat itu.” (HR Bukhari)
Lalu ada sebuah pertanyaan seperti diajukan oleh ukhti, mana yang lebih utama, shalat sendiri tapi di awal waktu ataukah shalat berjamaah tapi tidak terlalu awal waktu. Jawabannya sebenarnya adalah, shalat berjamaah dan tepat waktu. Karena shalat berjamaah itu pahalanya adalah 27 derajat lebih banyak daripada shalat sendiri dan shalat yang tepat waktu (di awal waktu shalat) adalah sebuah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah.
Dari Abdullah, dia berkata, “Saya bertanya kepada Nabi SAW, apakah perbuatan yang paling dicintai Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada waktunya.” Saya bertanya lagi, “lalu apa?” Rasul menjawab, “Lalu berbuat baik kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi, “Lalu apa?” Rasul menjawab, “Jihad (berjuang) di jalan Allah.” Dia berkata, “Rasulullah memberitahuku tentang itu, dan jika aku ingin menambahkan lagi, maka beliau pasti akan menambahkan.” (HR Bukhari).
Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dibanding shalat sendirian dengan terpaut dua puluh tujuh derajat.” (HR Bukhari)
Dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwasanya ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Shalat jamaah melebihi shalat sendirian dedngan terpaut dua puluh lima derajat.” (HR BUKhari)
Sabda Nabi saw: “Seorang shalat bersama seorang itu lebih baik daripaa ia shalat sendiri; dan ia shalat dengan dua orang itu lebih baik daripada ia shalat dengan seorang; dan berjamaah dengan lebih banyak orang itu lebih disukai oleh Allah ta’ala.” (HR Ahmad).
Bukhari dalam Fathul Baari-nya, menjelaskan bahwa perbedaan angka (25 dan 27) itu, adalah merujuk kepada pengkhususan. Ada yang mengatakan bahwa angka 27 itu ditujukan khusus untuk shalat fajar (shubuh) sedangkan 25 derajat khsusu utnuk shalat isya. Ada juga yagn mengatakan bahwa 27 derajat khusus untuk shalat subuh dan ashar dan 25 derajat bagi shalat-shalat lainnya.
Disamping itu ada juga yang mengatakan bahwa 27 derajat itu khusus untuk shalat-shalat jahriyah (yakni shalat yagn dikeraskan bacaannya) sedangkan 25 khusus untuk shalat-shalat sirriyah (yakni shalat yang tidak dikeraskan bacaannya). Meski demikian, sesungguhnya hikmah penyebutan angka tersebut secara khusus tidak dapat diketahui maksudnya.
Hanya saja, ada sebuah tambahan yang ingin saya (ade anita, penj) berikan pada ukhti. Yaitu, terkadang, jam dinding di tiap-tiap masjid atau mushala itu jarang sekali sama. Coba saja ukhti perhatikan, terkadang ada masjid yang lebih dahulu adzan, baru beberapa menit/detik kemudian disusul dengan masjid yang lain (begitu juga dengan adzan di televisi, meski selisih waktunya hanya beberapa detik antara stasiun satu dengan stasiun lain). Itu yang pertama yang harus diingat. Hal lain yang juga harus diingat adalah, minimnya fasilitas untuk shalat. Terkadang, jumlah kran air untuk mengambil wudhu, bisa dihitung dengan satu tangan alias beberapa kran saja padahal jumlah jamaah yang mau shalat jauh lebih banyak. Dan khusus untuk kaum wanita, mereka juga harus mengenakan pakaian yang bisa menutupi auratnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan atau karena keperluan lain seperti tempat shalat yang harus dipersipakan terlebih dahulu atau keperluan lain yang menyebabkan shalat tidak dapat dilakukan segera ketika adzan selesai berkumandang. Semua ini artinya, mungkin ada baiknya kita menunggu kesiapan para jamaah lain untuk melengkapi penyempurnaan persiapan shalatnya. Ada banyak sekali faedah dari shalat berjamaah ketimbang shalat sendiri. Seperti melatih kesabaran, mengembangkan sikap toleransi dan kebersamaan, menjalin silaturahim dengan sesama jamaah, dll. Terkecuali jika ukhti pribadi ternyata memiliki keperluan yang sangat mendesak sehingga tidak memungkinkan untuk menunggu jamaah lain di masjid. Dan khusus untuk wanita, mereka memang boleh (bahkan beberapa pendapat mengatakan “utama”) shalat sendiri di rumah.
Dari jabir bin Abdullah, bahwa Umar bin Khaththab datang pada hari perang Khandaq setelah matahari terbenam. Umar mencaci kaum Quraisy, dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku hampir tidak shalat ashar sampai matahari hampir terbenam.” Nabi SAW bersabda, “Demi Allah, aku juga belum shalat ashar.” Kemudian kami berdiri menuju lembah. Beliau berwudhu untuk shalat dan kami pun demikian. Lalu beliau shalta ashar setelah matahari terbenam, kemudian setelah itu beliau shalat maghrib.” (HR BUKhari).
Dengan kata lain, saya lebih menyarankan untuk memilih shalat berjamaah meski sedikit lebih telat dari waktunya (telat-telat dikit atau tidak terlalu telat yang disebabkan oleh kesengajaan). Sambil menunggu para jamaah lain siap, bisa juga dilakukan beberapa hal yang bisa menambah pahala ibadah seperti melaksanakan shalat sunnah rawatib, atau membaca Al Quran atau membersihkan tempat yang akan dipakai untuk shalat, dll.
Demikian semoga bermanfaat, jika ada kesalahan itu tak lain karena kekhilafan saya dan kekurang-pengetahuan yang saya miliki. Semoga Allah memaafkan saya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|