[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Geliat Kaum Yang Tersingkirkan (akankah kita tetap jadi penonton?)?)
Muslimah & Media - Sunday, 18 July 2004

Kafemuslimah.comEntah apakah banyak yang menyadari ataukah tidak bahwa ada satu kelompok masyarakat yang tertolak dimanapun mereka berada di muka bumi ini, kini keberadaannya sudah semakin terlihat. Beberapa diantara mereka masih merasa tertolak oleh masyarakat (syukurlah) tapi setidaknya mereka perlahan tapi pasti sudah mulai punya keberanian untuk semakin berani “menunjukkan kejatian dirinya”. Mereka semua adalah dari kelompok yang memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan yang normal, yaitu kaum homoseksual (baik yang gay maupun yang lesbi).

Beberapa tahun yang lalu, pasangan homoseksual Dedi dan pasangannya (lupa namanya, maaf), yang tinggal bak suami istri di Surabaya, bercerita tentang pahit getirnya menghadapi penolakan besar-besaran dari masyarakat akan keberadaan mereka. Tapi tampaknya, sebagai konsekuensi dari demokrasi (yang intinya mengakui hak asasi semua warga tanpa kecuali) ada banyak kelonggaran-kelonggaran yang terjadi. Hasilnya? Jangan heran, jika di acara bincang-bincang pagi “Metro TV” ada sebuah acara yang membahas tentang orientasi seksual” secara khusus dengan membuka layanan telepon langsung plus konsultasi dari seorang dokter ahli jiwa yang memang banyak menghadapi kasus-kasus homoseksual. Tak ada lagi terlihat warna takut atau malu, bersalah apalagi merasa bahwa sesungguhnya tindakan homoseksual itu adalah sebuah perbuatan dosa. Itu artinya, masyarakat sudah semakin menerima keberadaan mereka (atau masyarakat memang tidak peduli akan keberadaan siapa saja??).

Yang lebih heboh lagi adalah, di Jakarta diputar sebuah Festifal Film yang memperlihatkan film-film di seputar kehidupan para pecinta manusia sejenis ini, yaitu Queer Film Festifal. Queer sendiri memiliki arti eksentrik, aneh. Isi filmnya? Majalah Tempo, 12 Oktober 2003, menurunkan resensi beberapa filmnya, ternyata didominasi oleh film sensual. Hampir sebagian film-film tersebut menampilkan cerita yang berkisar tentang permainan seks kaum sejenis ini. Penayangan festifal ini tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena iklannya bisa dilihat tertempel di dinding-dinding bawah jembatan layang, dinding seng bangunan yang sedang dibangun dan halte-halte bis atau media tempel iklan gratis lainnya. Tak jarang, sinetron-sinetron kita kerap kali memunculkan peran banci-banci (yang lengkap dengan kecenderungan mereka untuk menyukai kaum sejenis) dalam isi cerita mereka sebagai pelengkap). Sekali lagi, semuanya dilakukan dengan terang-terangan dan tidak lagi dengan cara petak umpet seperti di era Dedi dan pasangan homonya bergerilya mencari pengakuan. Ah. Dunia sepertinya sudah benar-benar edan.

Astaghfirullah.
Padahal baru saja di hari kamis suamiku memintaku untuk membaca berita tentang penderitaan anak-anak yang berada di penjara anak-anak Tangerang (Kompas, 9/10/2003). Disana disebutkan bahwa sel yang seharusnya dihuni oleh satu orang anak karena begitu kecil, karena penuhnya penghuni sehingga terpaksa harus dihuni oleh tiga orang anak. Ironisnya, penentuan siapa menghuni dimana tidak berdasarkan usia anak, tapi berdasarkan jenis kejahatan. Akibatnya. Terjadi penganiayaan antara yang kuat terhadap yang lemah. Hatiku ngilu ketika membaca kisah bahwa ada sebuah lengkingan jeritan yang sangat menyayat hati yang keluar dari mulut seorang anak usia 10 tahun, karena dua orang teman satu selnya yang berusia 20 tahun secara bergantian me-nyodominya. Berhari-hari lamanya yang keluar dari mulut kecil anak itu hanyalah rintihan kesakitan. Tindakan dari petugas? Tidak ada. Terkadang, penjara itu seperti sebuah rimba. Yang kuat akan memangsa yang lemah. Yang berduit akan memperbudak yang tidak berduit. Yang besar akan menindas yang kecil.

Juga ada sebuah berita tentang Tomi Buntung (penjahat yang tangan kanannya buntung tertebas pedang, tapi kecacatannya ini tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap beraksi; dia bahkan melibatkan seluruh anggota keluarganya, baik istrinya, Maryati, kedua anaknya, Jefri dan Deni Saputra, juga menantunya, Imas). Komplotan penculik anak ini selalu meminta tebusan pada orang tua yang anaknya diculik. Terakhir, dia menculik seorang anak yang berusia 3 tahun. Lalu meminta tebusan sebesar Rp 5.000.000,- Karena orang tua yang diculik bukanlah seorang konlomerat, maka duit lima juta itu pun dikumpulkan dengan susah payah. Wal hasil, hanya terkumpul Rp 3.000.000 (tiga juta perak). Tentu saja penculiknya marah karena harganya ditawar sangat marah. Lalu ekspresi kemarahannya disalurkan pada korbannya. Si kecil diperkosa, lalu disodomi dan terakhir wajahnya yang mungil itu dicacah-cacah sehingga rusak. Lalu si kecil dibuang di tong sampah. Ah. Kejammm (semoga Allah memberi ganjaran pada si penjahat ini) (Berita ini ramai ditayangkan di berita kriminal televisi selama beberapa hari ini, juga menjadi berita utama di beberapa koran ibukota). Cerita serial kejahatan komplotan Tomi Buntung ini dimuat di Republika dimana dipaparkan bahwa komplotan ini justru mengincar anak-anak dari kalangan menengah ke bawah dengan alasan para orang tua dari kalangan ini, tidak terlalu mengawasi anak-anaknya (berbeda dengan anak kalangan menengah ke atas yang selalu diantar jemput pengasuh, diawasi dan ditemani oleh pengasuh/ortu).

Dua berita kriminal tersebut di atas (sebenarnya masih banyak lagi berita kriminal lainnya tapi terlalu kejam dan sangat memilukan untuk diceritakan semuanya), ada satu persamaan. Yaitu, dilakukannya perbuatan sodomi. Ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth yang sangat dimurkai oleh Allah. Semua agama mengecam perbuatan ini dan Islam sangat melarang keras bagi ummatnya, bahkan jika dilakukan pada istri yang sah sekalipun. Terlebih jika dilakukan pada mereka yang sejenis.

Aku sering ketakutan sendiri jika membaca atau mendengar berita-berita kriminal tersebut. Rasanya, dunia ini hanya berisi srigala-srigala lapar yang bebas berkeliaran. Tapi yang lebih mengerikan adalah, sebuah peringatan bahwa azab Allah akan menimpa mereka yang berbuat keji dan itu menimpa bukan hanya mereka yang berbuat keji saja. Artinya, azab itu akan juga menimpa kita semua, bukankah kita hidup berdampingan dengan mereka yang berbuat dzalim tersebut? Dengan kata lain, kita tidak bisa melarikan diri atau menutup diri dari kehancuran dan kejahatan yang terjadi di sekeliling. Karena, cepat atau lambat bukan tidak mungkin semua orang akan terkena kesusahan yang ditimbulkan oleh ulah segelintir orang keji tersebut. Meski itu harus menimpa orang yang tidak bersalah sekalipun.
Artinya, mungkin ini semua sebuah peringatan dari Allah bahwa usaha maksimal kita untuk memperbaiki masyarakat kita belumlah maksimal. Karena jika bukan kita yang memperbaiki kondisi masyarakat, siapa lagi?
Wallahua’lam.

--------15 Oktober 2003
Ade Anita ([email protected])

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved