[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengenal Calon dari
Uneq-Uneq - Sunday, 18 July 2004

Tanya: Assalamualaikum wr wb

ba'da tahmid wa sholawat..
sebelumnya syukron telah izinkan saya untuk curhat di media ini....dan pertama saya ucapkan met menjalankan ibadah puasa semoga di terima oleh ALLAH .AMIIN

begini mbak ,saya ingin tanya:
1.Apakah mengenal seseorang di media chatt itu kurang baik?
2.Mbak saya bingung untuk menjelaskan ke ortu ,temen ana dari chatt saya kenal 3 tahun yg lalu, mau melamar saya karena kuliahnya sudah akan lulus. Selama 3 tahun itu kami jarang menghubungi atau di hubungi baru beberapa bulan ini kami sering berhubungan melalui telpon. Kami ketemu hanya 1 kali mbak. Aku dan keluarganya sudah akkrab walaupun hanya lewat telpon bahkan seluruh keluarga dia sudah mendukung untuk menikahi saya, entahlah dari faktor apa mereka bisa mnerima saya.

saya belum memberi tahu ortu saya, takut kalau mereka akan marah karena saya, masih semester 3 dan dia juga belum mempunyai pekerjaan hanya menjadi asisten dosen dan ikut proyek2 penelitian walaupun dia juga berwirausaha kecil – kecilan, itupun gajinya masih sangat minim hnya untuk menghidupi dirinya sendiri.

Tapi kami sangat tertekan jika harus seperti ini terus sering telpon, itu sudah zina hati bagi kami. Akhirnya saya ingin dia menghadap ortu saya .tapi mbak bagaimana meyakinkannya?

ana benar2 bingung , apalagi kita kenal di chatt apa itu media yang baik untuk urusan jodoh? Tolong beri masukan saya mbak?!!!
saya tunggu jawabannya.
wassalam

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Rasulullah saw memberikan petunjuk untuk mencari pasangan yang baik, yaitu pilihlah dengan melihat kualitas agamanya, karena dengan begitu insya Allah kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Alasannya, karena pasangan hidup adalah seseorang yang hidup bersama kita hampir setiap waktu. Orang yang mungkin pertama kali kita lihat ketika di pagi hari kita membuka mata dan orang terakhir yang kita lihat ketika kita memejamkan mata untuk tidur di malam hari. Dengan begitu, sedikit banyak pengaruhnya pada bentuk komunikasi kita, cara berpikir kita, cara mengambil keputusan, suasana hati, dan peningkatan kualitas diri bahkan juga memberi pengaruh pada gaya penampilan kita sehari-hari. Itu sebabnya, pasangan suami istri yang sudah bersatu selama beberapa kurun waktu sering kita lihat memiliki banyak kemiripan dalam perilakunya sehari-hari. Ini terjadi karena mereka, sengaja dan tidak disengaja, disadari maupun tidak disadari saling memberi pengaruh pada pasangan hidupnya. Jika pasangan hidup kita memiliki kualitas agama yang baik, insya Allah hal ini akan memberi pengaruh pada kualitas agama kita sendiri. Ada daya dorong untuk maju bersama dan ada daya tarik untuk saling berlomba “mengejar akhirat”.

Khalifah Ali bin Abi Thalib, menambahkan satu masukan tentang suami yang baik, yaitu hendaknya memilih suami yang baik agamanya, karena jika dia menyukai istrinya, maka insya Allah dia akan memperlakukan istrinya dengan sangat baik sedangkan jika dia tidak menyukai istrinya, maka dia insya Allah tidak akan berbuat aniaya pada istrinya.

Lalu dimana media yang baik untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik? Jawabnya bisa dari mana saja karena rahasia jodoh dan apa yang terjadi di hari esok itu murni adalah kekuasaan Allah. Karenanya, tidak ada yang bisa memberi penilaian apakah suatu pertemuan itu baik atau tidak. Hanya saja, sebagai manusia kita tentu harus berusaha guna mengiringi sikap tawakkal kita kepada kekuasaan Allah SWT.

Allah sudah memberi petunjuk tentang kecenderungan manusia untuk mengambil segala sesuatu pada sesuatu yang disukainya. Untuk itu, lebih baik kita meninggalkan sesuatu yang kita sukai yang sudah terang sebenarnya bahwa sesuatu yang kita sukai itu tidak memberi nilai positif pada agama kita. Juga sudah terang bahwa sebenarnya sesuatu yang baik insya Allah akan menghasilkan yang baik sedangkan sesuatu yang buruk tidak lain selain menghasilkan yang buruk. Ini sudah hukum alam yang berlaku di mana saja. Terkecuali jika Allah memberi ketentuan lain pada sesuatu tersebut berupa hidayah atau mukjizat.
Maksudnya, jika kita senang pergi ke diskotik, otomatis kita lebih menyukai seseorang yang juga senang pergi ke diskotik. Jika senang membaca, kita juga cenderung untuk mencari teman yang juga senang membaca dan jika senang chatting, biasanya kita cenderung lebih banyak memiliki teman dari dunia maya. Karenanya, jika kita menyukai sebuah kegiatan yang di dalamnya sangat miskin dari siraman keagamaan, mungkin ada baiknya kegiatan itu dikurangi keterlibatan kita di dalamnya agar pengaruhnya pada “jiwa dan mental” kita tidak terlalu banyak. Sebaliknya, kita bisa lebih menggiatkan keterlibatan kita pada kegiatan yang sarat dengan siraman “rohani”

Khusus untuk sebuah perkenalan dengan seseorang lewat dunia maya, seperti chatting ada sebuah kekhususan tersendiri.
Sulit untuk mengenal seseorang secara lebih “jujur” dari media internet. Mengapa? Karena dunia internet adalah dunia maya yang sangat memungkinkan seseorang untuk memanipulasi data tentang dirinya seluas mungkin. Semua keterangan yang bersifat pribadi bisa dimanipulasi di sini. Mulai dari photo, latar belakang sosial, budaya, pendidikan hingga karakter kepribadian (sifat) seseorang. Karenanya, akan lebih baik jika selain terus ber-Husnudzon, kita tetap harus berhati-hati dengan waspada pada apapun yang kita peroleh tentang seseorang dari dunia maya (internet).

Bagaimana caranya untuk mengecek kebenaran dari apa yang kita peroleh tentang seseorang dari dunia internet? Cobalah untuk bertanya pada sumber lain yang tahu atau kenal dengan orang yang kita hadapi itu. Misalnya kita kenalan dengan A. Coba cari tahu, si A itu, di internet kenal siapa saja. Mungkin si B, C, D. Lalu tanya masing-masing pada B, C dan D bagaimana si A itu sebenarnya. Cek Silang semua keterangan yang kita peroleh itu satu sama lain, lalu lihat kemiripannya dan apakah ada yang tidak sesuai dengan gambaran A yang kita ketahui selama ini.

Kemudian, sering-seringlah untuk mengajak A berdiskusi tentang banyak hal, terutama hal-hal yang kita sukai. Apakah dia memiliki kecenderungan untuk menyukai topik yang kita angkat itu ataukah justru membencinya? Hal ini berguna untuk melihat sejauh mana kesamaan antara kita dan dia. Jika kita sampai pada sebuah perbedaan, lihat pula reaksi dia menyikapi perbedaan tersebut. Mampukah kita mengiringi sikapnya dalam menghadapi semua reaksinya tersebut? Usahakan untuk mengajukan pertanyaan serupa dalam dua bentuk. Yang pertama berbentuk pertanyaan pendek dan singkat yang diajukan pada waktu chatting. Yang kedua berbentuk pertanyaan serupa tapi dalam format yang lebih serius dan panjang dalam e-mail. Bandingkan kedua jawabannya, apakah ada kekonsistenan.

Pada waktu chatting, dimana media pertemuan untuk berbicara panjang lebar secara langsung dimungkinkan, ajukan padanya pertanyaan tentang hal-hal yang bersifat keagamaan. Sehingga kita bisa melihat reaksi cepatnya dalam menjawab. Ini berguna untuk memberi gambaran pada kita tentang pemahaman agamanya yang sesungguhnya. Karena jika kita bertanya lewat e-mail, maka dia punya kesempatan untuk membuka buku dan bertanya pada orang lain sehingga bisa jadi sulit untuk mengukur pemahaman agamanya yang sebenarnya.

Jika semua sudah dilalui dan sudah mantap untuk melangkah ke jenjang pernikahan, tiba saatnya untuk mengenalkannya pada orang tuamu/keluargamu. Kamu bisa bercerita pada ibu atau kakak perempuanmu tentang temanmu ini. Kenapa saya menyarankan untuk membicarakan hal ini pada ibu atau kakak perempuanmu terlebih dahulu sebelum ke kedua orang tua atau seluruh keluarga? Karena umumnya, mereka berdualah yang dekat dengan kita (gadis muslimah) dan insya Allah bisa lebih cepat memahami kita (kecuali jika kamu dari kecil lebih dekat ke ayah, maka bisa juga kamu bicarakan pada ayahmu secara hati-hati. Intinya adalah, bicarakan dulu dengan orang yang paling dekat dengan kita di dalam keluarga dan beri dia pengertian sehingga kelak dia bersedia membela kita di hadapan “rapat keluarga”). Katakan saja terus terang bahwa kamu berkenalan dengannya lewat internet, dan sudah dikenalkan dengan semua anggota keluarganya dan sepertinya reaksi mereka menerima kehadiranmu.

Setelah itu, ajukan pertimbanganmu untuk mewujudkan pertemanan itu dalam sebuah perkawinan karena kalian takut jika berlama-lama malah akan memerosokkan kalian ke hal-hal yang terlarang dalam agama. Sampai disini, ada baiknya teman chattingmu itu, sesekali berkenalan dengan orang yang dekat denganmu itu (ibukah, kakak perempuankah, ayahkah, nenekkah, siapa saja). Lewat telepon juga boleh jika memang tempat kalian tinggal berjauhan. Isi pembicaraannya bukan untuk memintamu sebagai istri tapi murni sebagai membuka silaturahmi tahap awal. Tanya kabar dan berusaha untuk melumerkan suasana kaku karena sama-sama asing. Sehingga, ketika kamu mengajukan pertimbanganmu untuk mewujudkan pernikahan, barulah temanmu itu maju lebih jauh dengan menegaskan keinginan kalian itu di hadapan orang tuamu tersebut (insya Allah jika sebelumnya temanmu sudah bersilaturahmi tahap awal sebelumnya, dia insya Allah sudah lebih menguasai “keadaan” dan bisa mengambil ancang-ancang untuk mengantisipasi beberapa kemungkinan reaksi yang muncul).

Pertanyaan yang seharusnya sudah bisa diantisipasi itu adalah:
· Apa rencanamu dengan kuliahmu selanjutnya? Kamu masih semester 3, apakah setelah menikah akan berhenti kuliah atau meneruskan? Siapa yang akan membiayai kuliah ini seterusnya? Bagaimana jika setelah menikah kamu hamil dan punya anak, apakah kuliah ini akan ditinggalkan ataukah kamu tetap kuliah? Siapa yang akan merawat anak tersebut nantinya?


· Setelah menikah nanti, dimana kamu akan tinggal nantinya? Apa yang akan kalian lalukan untuk menambah pemasukan bagi kehidupan keluarga nantinya, terlebih jika tidak lama setelah menikah kamu hamil dan dikaruniai anak.

Nah, pertanyaan-pertanyaan itu lazim diajukan oleh orang tua yang anaknya akan menikah. Mungkin ada baiknya sebelum orang tua bertanya pada kalian, kalian mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut guna mencari titik temu sehingga timbul kemantapan hati di antara kalian dalam melangkah bersama.
Sampai disini dulu ukhti. Tidak usah gentar dengan rencana kalian karena saya juga punya teman yang mengalami pengalaman serupa dengan ukhti dan alhamdulillah dia sekarang bahagia dengan keluarga barunya. ^_^

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved