|
Lalat, Formalin dan Ikan Asin Kiat Muslimah - Sunday, 18 July 2004
Kafemuslimah.com Pagi ini lumayan cerah setelah semalam agak-agak hujan. Masih ada sedikit sisa percikan airnya di jalan. Aktivitas rutin ibu-ibu RT. 05 jam 8.00 pagi, apalagi kalau bukan ngelilingin gerobak sayur Bi Ning. Bi Ning jadi serasa selebritis sungguhan yang selalu ditunggu-tunggu penggemarnya. Hihihi…
“Sayur apa yang dibawa hari ini Bi Ning?” tanya Bu Esti.
“Pesanan saya ada nggak Bi?” susul Ummi Limeh.
“Ikan Layang berapa duit?” sambet Bu Tia.
“Tenang ibu.. ibu… tenang! Semua dapat tanda tangan,” seru Bi Ning meredam keriuhan fans-fansnya. Semua mata memandang ke arah Bi Ning. Bi Ning jadi tambah salting alias salah tingkah diperhatian seperti itu. Segala ngerapiin rambut dilakoninnya. Ibu-ibu sudah biasa dengan tingkah Bi Ning, maklum Bi Ning pernah ikutan chasting pemeran pembantu di salah satu PH, karena tidak lulus Bi Ning alis profesi jadi tukang sayang. Katanya sih sebagai batu loncatan, kali aja pas lewat rumah produser ditawarin main sinetron. Hehehe…
“Hari ini ada sawi, kangkung, bayam, dan teman-temannya, bisa dilihat ditumpukan sayur,” jawab Bi Ning akhirnya.
“Pesanan Ummi Limeh ada. Ikan asin Biawan kan?” Bi Ning menunjuk tumpukan ikan asin. Ummi Limeh manggut-manggut, lantas melangkah menuju barang yang dimaksud. Sementara itu Bu Tia sibuk milih-milih ikan Layangnya.
Ada beberapa ekor lalat rupanya yang turut belanja di gerobak sorong milik Bi Ning. Lalat-lalat itu menyerbu ikan basah. Tapi anehnya ikan kering tidak. Kenapa? Rupanya Ummi Limeh memperhatikan peristiwa kecil itu.
“Kok aneh yah?” gumam Ummi Limeh.
“Aneh kenape bu?” tanya Bu Tia. Semua mata tertumpu pada Ummi Limeh.
“Itu lihat!” lanjutnya sambil menunjuk tumpukan ikan kering.
“Ikan basah diserbu lalat, sedangkan ikan asin nggak. Padahal keduanya sama-sama ikan. Biasanya produk pangan dari bahan hewani diolah apapun memiliki aroma khas yang sangat disukai lalat. Sehingga normalnya, dimana ada penjual ikan asin, pasti ada lalat disekitarnya.” Jelasnya panjang lebar.
“Ealah, kirain aneh kenapa. Yah nggak aneh toh Bu, sekarang kan jamannya kebebasan, jadi suka-sukanya lalat dong mo nemplok dimana,” cetus Bu Esti. Diiyakan oleh yang lain dengan anggukan.
“Lalatnye belum mandi kali, makanya main di tempat basah,” cerocos Bu Tia.
“Gitu aja kok repot,” gumam Bi Ning belagak niru ucapan mantan presiden.
“Wah ibu-ibu pada nggak baca koran pagi ini yah?” protes Ummi Limeh. Semua serentak geleng kepala.
“Nah ibu-ibu, kita sebagai wanita kudu tambah wawasan, tambah ilmu, biar nggak mudah tertipu,” ceramah Ummi Limeh. Yang lain manggut-manggut tanda setuju.
“Mang ada apa di koran?”
“Aye mah ogah baca korang, beritanya kriminal dan pembunuhan terus, jadi ngeri rasanya,” celetuk Bu Tia. Bu Esti dan Bi Ning masih manggut-manggut.
“Ikan kering yang tidak ditemplokin lalat perlu dicurigain karena menurut dugaan sementara ikan kering itu telah dicampur dengan formalin. Makanya para lalat ogah mampir ke tumpukan ikan asin tersebut.”
“Formalin apaan sih? Bahaya ya?” tanya Bi Ning lugu.
“Formalin itu bahan kimia yang dipakai untuk ngawetin mayat. Hi…” Bu Esti sambil bergidik ngeri. Bu Tia dan Bi Ning ikutan merinding.
“Dewasa ini kan banyak sekali jenis makanan yang dibuat seenaknya demi meraup keuntungan semata tanpa memperhatikan segi kesehatan konsumen. Memang dalam berita itu disebutkan bahwa kabar ikan asin berformalin itu masih dalam penyelidikan BPPOM setempat. Tapi ada baiknya kita lebih waspada lagi. Eh, inget nggak kasus sayur-sayuran yang terkena penyemprot hama? Dari penyelidikan diketahui bahwa sayuran yang bebas dari bahan kimia berlubang-lubang karena dimakan lalat, sedangkan yang terkena polusi memang daunnya mulus tanpa cacat tapi mengandung bahan kimia. Nah ibu-ibu lebih milih mana?” Ummi Limeh benar. Beliau mengingatkan ibu-ibu yang lain agar berhati-hati dalam memilih barang. Waspada lebih baik daripada tertimba bencana. Itu motto Ummi Limeh.
“Jadi gimana nih ikan asin saya?” tanya Bi Ning sedih.
“Maaf yah Bi Ning, saya nggak jadi aja beli ikan asinnya. Saya beli ini aja deh.” Ummi Limeh memang merasa tidak enak hati, tapi mau bagaimana lagi. Tapi sebagai gantinya Ummi Limeh ngambil tempe. “Sehat bergizi. Insya Allah” serunya sambil tersenyum.
“Rugi dong aye,” gumam Bi Ning lagi.
“Eh Bi Ning, mending ini ikan asin bawa ke BP POM aja buat diselidikin. Kali aja apa yang dikatain Ummi Limeh itu bener, jadinya Bi Ning kan turut berjasa menyelamatkan banyak nyawa orang,” hibur Bu Tia. Tampak keceriaan terpancar lagi dari mata Bi Ning. Kini Bi Ning punya misi mulia. Berjuang menyelamatkan kesehatan konsumennya. (pilot, 23-7-03) [ 0 komentar]
|
|