|
Bagaimana Cara Berdakwah Pada Keluarga Sendiri? Uneq-Uneq - Sunday, 18 July 2004
Tanya:
assalamualikum wr wb.
Langsung saja ya mba ade. Mba ana lagi bingung masalah dakwah pd keluarga, ya karna keluarga ana masih orang awam semua. Muslim iya tapi belum menjalankan kewajibannya sbg seorang muslim. Ibu memang sudah solat tp masih belum mau menutup aurat, Sedangkan ayah belum solat, begitu juga om (muallaf) dan tante.
Ana sudah berusaha dakwah dgn bbagai cara spt tingkah laku, buku dll; tapi masih belum membuahkan hasil malah kadang kalo ana memberi nasehat ato berkata yg islami saja ana sering di cibir, sakit memang tapi ana tau bahwa mereka belum paham.
Tapi ana kadang tidak tahan dgn kata2 tante yg kasar dan tanpa bukti ana cuma bisa sabar dan
mendoakannya smoga diberi hidayahNYA. Yang ingin ana tanyakan bagaimana cara dakwah ana agar bisa 'menembus' mereka, ana ingin mereka tau bahwa islam yg sesungguhnya itu sangat indah. Meskipun hanya Allah yg menentukan pada siapa Ia akan menurunkan hidayah.
Jaszakillah khair atas jawabannya.
wassalamualaikum wr wb
jawab:
Asasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sikap yang dimiliki oleh seseorang itu, terbentuk dari pengetahuan yang dia peroleh sejak dia masih kecil. Baik itu pengetahuan yang berbentuk tata krama sehari-hari, nilai-nilai budaya lokal, pola mengambil keputusan yang berlaku di dalam keluarga, dan termasuk di sini adalah sistem nilai ajaran agama. Artinya, ada sebuah proses yang berlangsung sangat lama sebelum akhirnya seseorang mengambil keputusan “dia mau melakukan apa” atau “dia mau mencapai apa”. Proses tersebut adalah sebuah proses memilah-milah di antara banyak pilihan dalam diri seseorang, mana yang sekiranya baik menurut dia.
Tapi, ada sesuatu yang Maha Besar yang tidak bisa dilupakan kontribusinya dalam hal ini. Yaitu, kehendak Allah pada hamba-Nya. Inilah yang dalam Islam disebut dengan tawakkal. Artinya, semua orang harus berusaha untuk mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai atau menggapai sesuatu, tapi hasil akhirnya, Allah-lah yang menentukannya. Mengapa? Karena Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, karena pengetahuan Allah atas segala sesuatu itu di atas pengetahuan semua.
Begitulah sikap seorang pendakwah atau penyebar ilmu atau pekerja Allah di atas muka bumi ini. Bukan kewajiban mereka untuk dapat merubah seseorang atau suatu kaum, tugas mereka hanyalah menyampaikan dan menyebarkan ajaran Tauhid Islam. Lalu, jika ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka jangan berputus asa. Tapi teruslah berusaha dan berhentilah untuk memikirkan bahwa hasil yang diperoleh haruslah memuaskan. Karena Allah-lah yang menentukan hasil akhir dari apa yang sedang kita usahakan.
Bukankah jika Allah menghendaki sebuah kebaikan terjadi pada seseorang, maka biar sekalipun seluruh dunia bersekongkol untuk menjatuhkan orang tersebut, mengucilkan atau mengkerdilkan orang tersebut, hal ini tidak akan terjadi. Kebaikan yang Allah ingin beri pada orang tersebut pasti akan berlaku.
Sebaliknya, jika Allah menghendaki sebuah kemalangan terjadi pada seseorang, maka biar sekalipun seluruh dunia saling bahu membahu untuk membantu orang tersebut, atau menyembunyikan orang tersebut di suatu tempat yang sangat tersembunyi, kemalangan yang Allah ingin berikan pada orang tersebut pasti akan terjadi.
Saya yakin, insya Allah pengetahuan agama dan cara berdakwah yang ukhti miliki dan terapkan pada keluarga ukhti sudah sangat memadai. Hanya saja, bisa jadi sekarang Allah sedang menguji keikhlasan masing-masing pihak untuk menjalankan apa yang ingin dijalankannya.
Saya tidak berkomentar banyak karena kepercayaan saya pada usaha yang sudah ukhti lakukan. Tapi jika boleh saya ingin menceritakan tentang teman saya. Sungguh, kisah teman saya ini sangat mengharukan saya dan membuat saya bersyukur karena Allah mempertemukan saya dengan teman saya ini karena darinya saya memperoleh banyak pelajaran tentang berbuat ikhlas.
Teman saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Suaminya seorang muallaf dan keluarga mertuanya semuanya non muslim. Setelah menikah beberapa bulan, suaminya kena PHK sehingga mau tidak mau dialah yang harus bekerja karena mencari pekerjaan lagi dengan cepat bukanlah hal yang mudah bagi suaminya. Karena keterbatasan ekonomi maka mereka untuk sementara menumpang di rumah mertuanya yang non muslim tersebut.
Budaya dan agama yang berbeda bukanlah hal yang mudah, terlebih bagi pengantin baru yang segera diberi amanah oleh Allah untuk mendapat anak dalam perkawinan mereka. Bayangkan. Si istri yang harus bekerja, setiap hari dengan terpaksa harus merelakan anaknya dititipkan pada sang nenek yang non muslim. Akankah sang bayi ditidurkan dengan lagu nina bobo versi nasrani? Akankah hanya makanan yang halal saja yang masuk ke dalam perut anaknya? Tidak ada pilihan selain bertawakkal pada Allah. Dia hanya mempersiapkan semua kebutuhan sang bayi sebelum dia berangkat bekerja agar semua celah dari rasa kekhawatirannya bisa tertutupi. Mulai dari mempersiapkan makanan, susu, cemilan, mainan, kaset lagu nina bobo, dan sebagainya. Bisa dikatakan, dia bangun sejak dini hari (untuk menjalankan shalat malam), lalu mempersiapkan segalanya, mengajarkan suaminya mengaji sambil menunggu beduk shubuh, mempersiapkan diri untuk bekerja, bekerja, dan pulang dari bekerja dia mulai menanamkan si bayi agar kenal dengan kalimat-kalimat Islami, sekaligus mengajarkan suaminya tentang Islam. Barulah setelah semua mata terpejam, dia bisa tidur. Selebihnya, dia menyerahkan pada Allah atas segala hasil akhir dari segala usahanya tersebut.
Ibu mertua, saudara ipar, dan keluarga besar suaminya, bukan main belum relanya melepas suaminya (yang merupakan anak, adik, kakak, keponakan) berpindah agama terlebih sekarang harus menerima kehadirannya yang Muslimah (lengkap dengan segala atribut Muslimahnya) untuk hidup bersama mereka. Berbagai cibiran, hinaan, deraan, sindiran hampir tiap hari dia terima. Tapi rasanya tak secuilpun ada rasa dendam di dalam hatinya. Dia banyak tersenyum dan tetap berbuat baik dan ramah pada siapa saja. Kapan saja dia tanpa sungkan akan menyingsingkan lengan untuk membantu siapa saja. Bahkan ketika ibu mertuanya sakit, dia rela merawat sang ibu mertua dengan ikhlas.
Yang membuat saya (Ade Anita) terharu adalah usaha dia mengobati dirinya sendiri. Setiap malam, diam-diam dia balut seluruh kakinya dengan stagen (itu loh kain selendang sangat panjang yang biasa dipakai diperut wanita jawa ketika mengenakan kain) agar rasa pegal-pegal karena lelah bekerja seharian tidak dirasakannya. Seluruh jari-jemari tangannya dia rendam di air hangat yang bercampur garam agar rasa terlalu lelah karena banyak membantu orang sehari penuh bisa hilang dengan segera. Tapi dia ikhlas. “Allah tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan hamba-Nya”. Itu yang dia yakini dan selalu mengobarkan semangatnya untuk selalu tampil prima setiap harinya.
Kini, 10 tahun sudah usia perkawinannya. Anaknya sudah tiga orang (dan Masya Allah, satu orang di antara mereka menderita kelainan cacat dari lahir). Tak ada keluh kesah. Yang saya lihat setiap harinya di wajahnya adalah ukiran wajah kesabaran dan ketabahan dan rasa ikhlas untuk menjalani apa saja yang Allah berikan padanya. Hasilnya? Ibu mertua, adik ipar dan Tantenya sudah masuk Islam. Bahkan ibu mertuanya sudah berjilbab meski baru berbentuk topi haji.
Jangan dikira bahwa tiap hari yang dia lakukan adalah berdakwah seperti halnya seorang ustadzah. Tidak ada ceramah panjang lebar tentang Islam selain apa yang dia coba tanamkan pada anaknya dan diskusi ringan bersama suaminya serta selalu menampilkan pada semua orang bagaimana akhlak Islam yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siapapun yang melihatnya akan bertanya, “Kenapa kamu mau melakukan itu?” Dijawabnya, “Saya ikhlas melakukan ini karena di Islam Allah menjanjikan pahala bagi semua kebajikan yang hamba-Nya lakukan, meski sebesar biji sawi sekalipun.” Karenanya orang jadi tergerak untuk tahu apa itu Islam karena melihat keikhlasan yang dia pancarkan.
Semoga Allah menerima semua kebajikan yang semua orang Muslim dan Muslimah di muka bumi ini lakukan, menyatukan semua hati dalam rangkuman kecintaan yang bisa membawa kita semua untuk mencapai surga-Nya dan membantu kita semua agar panji Islam tetap kokoh berdiri di muka Bumi dengan keharumamnya. Aamiin.
Semoga Bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|