|
Siapa Mau Berinvestasi (REAL INVESTASI) untuk Masa Depan Muslimah & Media - Sunday, 18 July 2004
kafemuslimah.com “Cari tanah mBak? MBak… mBak… Mungkin saya bisa bantu?” Loh? Gimana sih ini orang. Kok nawarin tanah ke aku? Adikku kasak-kusuk dengan bibir cemberut ketika seorang pemuda dengan pakaian dekil karena banyak noda tanah merah menghampirinya. Ini memang bukan di daerah puncak dimana tanah disana banyak didiami villa (eh, itu mah tawaran buat dicariin villa yah?), atau daerah perkampungan atau dareah perumahan elite. Tidak. Kami tidak berjalan di daerah dengan kapling-kapling siap bangun rumah atau rumah-rumah bedeng siap gusur. Kami sedang berjalan di tengah pekuburan ketika sedang melakukan ziarah ke makam ibu.
“Ya udah, tanya saja. Memangnya ada tanah kosong sekarang?” Aku berbisik ke telinga adikku yang masih manyun.
“Ogah ah. Emangnya aku sudah mau mati apa?” Adikku kian cemberut dan berjalan menjauh. Aku hampiri pemuda itu dan mulai bertanya tanah apa yang dia tawarkan. Ternyata tanah yang dia tawarkan adalah tanah kuburan. Ukuran 1 x 2 meter persegi. Ah. Pantas adikku marah dan tersinggung.
Kebetulan, di salah satu stasiun Radio Swasta, kemarin (4/12/2003; pk. 16.50 WIB) ada sebuah obrolan ringan tentang bisnis yang dilakukan oleh salah seorang artis senior yang dahulu sempat dihebohkan karena keberhasilannya melakukan operasi ganti alat kelamin. Yang diobrolin itu tentang ketersinggungan rekan-rekannya ketika ditawari untuk berinvestasi di bisnis yang digeluti oleh beliau. Ya. Artis senior ini berbisnis jual beli tanah kuburan. Mulai dari tanahnya saja bahkan hingga rencana bangunan yang akan didirikan di atasnya (nisan, bangku buat peziarah hingga pagar dan tanaman hias di sekeliling makam).
Sekilas kayak kurang kerjaan yah?
Tapi pada kenyataannya, sebuah artikel yang dibacakan oleh si penyiar radio mengatakan bahwa di Malaysia, kini terjadi krisis lahan pemakaman. Maklum, jumlah tanah kan dari tahun tidak pernah bertambah sementara jumlah penduduk yang meninggal setiap harinya selalu bertambah. Bersaing dengan jumlah mereka yang lahir dan tumbuh dewasa. Artinya, ada persaingan antara penyediaan lahan untuk perumahan dan lahan untuk pemakaman. Rumah bisa jadi bertambah besar karena penghuninya yang selalu bertambah. Belum lagi penyediaan lahan untuk fasilitas umum seperti jalan, pasar, taman, sekolah, kantor, rumah sakit. dan sebagainya (kan tidak mungkin semua orang Cuma ngendon di rumah aja sepanjang hari). Akhirnya terjadilah sebuah krisis lahan pemakaman. Di negara bagian Selangor sendiri, muncul sebuah usulan yang ditujukan pada semua developer agar selain menyediakan fasilitas umum bagi pembeli rumah di areal perumahan mereka, mereka juga diharuskan untuk menyediakan areal pemakaman. Yaitu untuk setiap 5000 rumah, maka disediakan 1 hektar tanah pemakaman. Usulan lain, setiap makam kelak dibuat untuk beberapa orang sekaligus atau dibuat lebih dalam dan posisi si mayat diletakkan berdiri (sehingga lebih irit lahan). Entah usulan mana yang akhirnya diterima. Hanya saja, kondisi ini tampaknya hadir karena sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kremasi mayat (pembakaran mayat) tidak bisa diterima.
Mungkin berbeda dengan negara Cina. Negara dengan penduduk terbesar di dunia ini, selalu mengkremasi mayat sehingga belum menemukan kendala krisis lahan pekuburan. Saya pernah lihat di televisi, kuburan di Cina letaknya di bukit yang terjal dan setiap satu undakan ada barisan tembok bertuliskan nisan dan Foto si Mayat. Di depannya ada tatakan Hio dan sebuah guci atau toples berisi abu hasil kremasi mayat yang fotonya terpampang. Tapi yang harus diingat, memang adat budaya dan kepercayaan negara Cina yang memungkinkan model pemakaman seperti ini. Hal mana tidak berlaku di Islam. Islam mengsyaratkan agar seseorang dikubur di dalam tanah.
Bagaimana dengan Indonesia sendiri?
Sebenarnya di Jakarta (entah di daerah lain) gejala krisis tanah pemakaman ini sudah bisa dirasakan hanya saja banyak orang yang belum begitu menyadarinya. Seperti Pemakaman Menteng Pulo, Jeruk Purut, keduanya tidak lagi menerima pembukaan areal lahan pekuburan baru. Jadi, kalau salah seorang di antara orang yang kita kenal meninggal, tapi sebelumnya tidak punya saudara yang pernah dikubur di kedua tanah pemakaman tersebut, jangan harap mayat yang meninggal tersebut bisa diterima di kedua pemakaman tersebut. Lebih baik cari areal pemakaman yang lain. Kenapa? Karena keduanya sudah penuh. Lain jika ada saudara yang pernah dikubur di sana sebelumnya, maka bisa saja mayat ditumpuk dengan kerangka sebelumnya. Itupun dengan satu syarat. “Jangan lupa bayar uang kontrakan.”.
Ya.
Jadi bukan Cuma urusan cari rumah buat tempat tinggal saja yang bisa bikin puyeng warga Jakarta tapi juga ketika nyari rumah buat tempat tinggal setelah meninggal. Tanah kuburan ini memang dimiliki dengan cara sewa tanah selama tiga tahun (alhamdulillah bukan bulanan). Jika tidak pernah dibayar, maka dengan tanah makam tersebut dianggap sebagai makam yang terlantar. Status makam yang ditelantarkan adalah bisa diberikan pada orang lain.
Jadi, jika kamu punya saudara yang dikubur lalu selama beberapa tahun kamu tidak pernah membayar sewa kontrak tanah kuburannya, jangan kaget jika suatu hari ketika kamu sedang mengziarahinya kuburannya sudah hilang. Bukan. Bukan hilang tapi mungkin sudah ditempati oleh mayat orang lain dan nisannya pun sudah berganti nama. Kerangka saudaramu sendiri bisa jadi masih ada di bawah sana hanya saja dia mungkin harus berbagi tempat dengan 2 atau 3 orang mayat lain di sana karena kuburannya digabung.
Jadi, yah emang nggak salah kan kalau ada yang mulai berinvestasi untuk membeli sepetak tanah baka calon kuburan pribadi kelak. Bahkan, sebenarnya investasi ini jauh lebih pasti ketimbang investasi di bidang yang lain. Investasi tabungan buat nikah, belum tentu cepet dapat jodoh. Investasi tabungan pendidikan, belum tentu kita sehat sampai ke sana. Investasi tabungan buat bikin rumah layak dan indah, belum tentu kita sempat menempatinya. Tapi investasi untuk mempersiapkan kematian? Sudah pasti. Tabungan amal harus mulai dipupuk dari sekarang. Tabungan ibadah, kudu banget ditegakkan dari sekarang. Persiapan lainnya? Silahkan pikir sendiri.
Mau tahu apa jawaban yang aku terima dari pemuda berpakaian dekil di awal tulisanku ini tentang tanah yagn dia tawarkan? Mau saja yah, paling tidak kita bisa dari sekarang menyisihkan uang untuk investasi yang sudah pasti ini.
Buat lahan VIP (dekat dengan jalan mobil), harganya Rp 1.000.000, belum termasuk sewa kontrak sebesar Rp 300.000 untuk tiga tahun.
Kelas I (dekat dengan jalan mobil tapi agak ke tengah dikit, tapi tetap saja mudah diingat dan didatangi), harganya Rp 850.000. Belum termasuk sewa kontrak sebesar Rp 300.000 untuk tiga tahun.
Kelas II (nah, ini jauh dari jalan, dan kalau mau ziarah agak-agak kerja keras dikit deh buat nyari makamnya), harganya Rp 600.000. Belum termasuk sewa kontrak sebesar Rp 300.000 untuk tiga tahun.
-------- 5 Desember 2003
Ade Anita ([email protected])
[ 0 komentar]
|
|