|
Orang Bilang Tanah kita Tanah Surga, Tongkat Kayu Muslimah & Media - Sunday, 18 July 2004
kafemuslimah.com Siapa yang sudah melihat film animasi layar lebar “Finding Nemo” ? Film anak-anak yang bercerita tentang perasaan sayang seorang ayah terhadap anaknya ini, oleh temanku yang dokter gigi dikatakan sebagai sebuah film yang merusak image dokter gigi. Mungkin karena peranan dan gambaran dokter gigi di film ini sangatlah buruk. Tapi aku pikir ini karena efek dramatisasi dan hiperbola sebuah animasi yang ingin menguras sis humor profesi dokter gigi. Tapi bukan film ini yang ingin saya tulis disini tapi tokoh sebenarnya dari pemeran utama film tersebut, yaitu si Marlin (eh, kok jadi kayak acara infotainment yah? Heheh…). Nggak sih. Sebenarnya yang ingin saya ceritakan adalah tentang keberadaan Clown Fish alias Ikan Badut. Anak saya sangat terkesan dengan ikan badut (ada sebuah cereal yang memberi bonis figur ikan badut bagi pembeli cereal tersebut. Itu salah satu alasan saya membeli cereal tersebut). Bisa jadi, terkesannya anak saya pada tokoh Marlin karena dia memang sangat sayang pada ayahnya. Salah satu pertanyaannya seputar si ikan badut itu adalah,
“Ikan itu memang betul ada atau hanya ada di film kartun sih BU?”
Pada akhirnya, jawaban atas pertanyaannya terjawab malam ini (10/12/2003) di acara National Geografik, “Sea World”. Malam ini acara kegemaran kami sekeluarga ini menampilkan kekayaan lauat di Indonesia. Subhanallah.
Pemandangan laut yang ada di perairan Indonesia itu sungguh sangat indah dan kaya akan keanekaragaman hayati. Berkali-kali kami sekeluarga berdecak kagum melihat semua keindahan yang ditampilkan. Salah satunya adalah keberadaan ikan Badut.
Ikan kecil berwarna jingga terang dengan salur-salur putih di tubuhnya tampak begitu ceria dan sedikit pemalu. Keluar masuk batu karang dan ganggang laut atau saling berkejaran dengan sesama ikan badutnya. Ketika ada ikan Badut besar dan kecil sedang berkejaran, spontan anakku berteriak gembira, “Ibu.. lihat.. itu ayah dan anak sedang main kejar-kejaran.”
Bukan hanya ikan Badut yang muncul di layar kaya. Ada juga Kuda Laut. Binatang yang dikenal karena digunakan sebagai lambang PERTAMINA ini, umumnya selama ini dikenal hanya memiliki satu dua warna. Tapi yang muncul di layar kaca kali ini, ternyata sangatlah berbeda. Kuda laut mini yang ada di Selat Lembe, Sulawesi kali ini memiliki tubuh yang bertotol-totol merah putih. Bentuk tubuh yang merupakan salah satu bentuk kamuflase dari si Kuda Laut (sangat pemalu) ini sangatlah indah luar biasa. Ganggang tempatnya bertengger adalah tumbuhan dengan ranting-ranting tumpul berwarna merah yang menempel di batang putihnya. Sedangkan si Kuda Laut adalah kuda laut putih dengan totol-totol merah di sepanjang tubuh mungilnya.
Bicara tentang kamuflase atau tekhnik penyamaran ada lagi hewan laut yang sangat luar biasa penyamarannya di Selat Lembe Sulawesi ini. Misalnya seekor ikan yang menempel pada Bintang Laut berduri. Ikan tersebut mengeluarkan sulur-sulur di tubuhnya agar tubuhnya menyerupai si Bintang Laut berduri. Jika kita melihat sekilas, maka akan terlihat bahwa ikan ini tidak ada, yang ada hanyalah si Bintang Laut berduri dengan salah satu durinya yang sangat panjang. Subhanallah.
Ada juga ikan yang berkamuflase sehingga menyerupai daun dari tumbuhan laut yang hanyut. Kepala di bawah ekor di atas dan tubuhnya yang tipis melebar berkibar-kibar terkena kibasan arus air di dalam laut. Terombang-ambing kesana kemari laksana daun yang hanyut. Tak dinyata itu adalah seekor ikan yang sedang berkamuflase. Ada banyak lagi bentuk kamuflase yang dilakukan oleh hewan-hewan laut di Selat Lembe Sulawesi ini seperti ikan yang membenamkan diri di dalam pasir, atau merubah warna tubuhnya sehingga menyerupai karang laut, atau yang bergaya seperti tumbuhan laut. Semua indah. Semua Cerdas. Semua serba luar biasa. Maha Suci Allah pemilik semua keindahan dan kecerdasan ini.
“Berarti sebenarnya ikan Badut itu ada di Indonesia yah Bu?”
“Iyah. Ada. Bukan Cuma ikan Badut tapi semua ikan yang indah-indah itu.”
Selesai memberi keterangan itu aku tercenung.
Sungguh.
Indonesia memang sangat kaya.
Kekayaan hayati dan nabati serta keberagaman alam yang kita miliki sangatlah banyak. Begitu besar rahmat Allah bagi negara kita. Sampai-sampai ada sebuah lagu yang meng-analogikan kekayaan ini dengan mengatakan bahwa tanah kita tanah surga, tongkat kayupun ditancam jadi tanaman untuk mengatakan betapa suburnya negara kita.
Orang dari berbagai negara pernah suatu waktu bersedia membayar banyak untuk dapat melihat kekayaan alam yang kita miliki.
Setelah melihat mereka jatuh cinta. Jatuh cinta pada pandangan pertama pada kekayaan Indonesia. Lalu mulailah diatur strategi untuk mendapatkan apa yang mereka cintai tersebut. Sayangnya, semua kekayaan alam itu dicintai untuk dimiliki dan dipindahkan ke negara mereka. Itu sebabnya tiga setengah abad Belanda menjajah negara kita, setelah sebelumnya negara lain sudah menancapkan penetrasi pengurasan kekayaan Indonesia selama beberapa tahun. Belanda pergi ganti dengan Jepang selama tiga setengah tahun. Setelah itu, merdeka. Betulkah?
Entahlah.
Karena di belahan negara Indonesia bagian timur kita di sana, yaitu di Papua sana, hasil kekayaan negara kita, baik emas maupun minyak bumi, sedang dikuras habis-habisan untuk dikirim ke negara lain yang notabene sudah sangat kaya raya. Laut Banda kita yang dulu sangat dibanggakan karena kekayaan hayati dan nabati yang hidup disana sudah berkurang banyak pemandangan indahnya karena keserakahan manusia. DI belahan barat sana, bukan hanya minyak dan hasil hutan saja yang dikuras, bahkan pasir lautpun terus digali untuk dikirim ke negara lain. Jangan bilang bahwa itu hanya terjadi di ujung belahan barat saja. Kalau saja pernyataan ini diajukan beberapa belasan tahun yang lalu bisa jadi akan terbantah dengan pernyataan bahwa turun sedikit dari pulau besar di belahan barat ini juga ada kekayaan alam yang lain yang kita miliki dan pernah melegenda di seluruh dunia. Kenapa harus belasan tahun yang lalu ditanyakan? Karena sekarang kekayaan tersebut sudah habis tersedot tanpa sisa. Bahkan Gedung Timah yang dulu berjaya di Jakarta pun bertahun-tahun hanya menjadi gedung kosong. Timah Bangka Belitung memang sudah habis terkuras. Juga hutan-hutan di areal hutan tropis Sumatra dan Kalimantan. Juga hewan-hewan yang khas Indonesia seperti Harimau loreng, Burung Kasuari, Anoa, Banteng. Juga kayu-kayu bermutu tinggu dari hutan tropis kita yang terkenal kuat dan tahan lama. Semua hilang secara perlahan hingga akhirnya punah. Bahkan termasuk pulau-pulau yang kita miliki. Bahkan termasuk batas wilayah negara kita yang kian mengecil. Semua hilang hanya karena kebodohan kita dan kepongahan kita atas kebodohan yang kita miliki tersebut. Dan sikap bebal kita yang ngotot merasa pintar atas suatu tindakan bodoh. Juga sikap keras kepala kita yang selalu merasa punya kepala dengan otak brilian hingga dengan ringan mengeluarkan sebuah perilaku memiskinkan dan membodohi diri sendiri.
Hik. Kenapa aku jadi sedih yah?
Entah mengapa aku jadi sedih sendiri menulis artikel ini yang semula memang diniatkan untuk menjadi renungan bagi diriku sendiri.
Rasanya malu juga menyadari betapa tidak amanahnya kita sebagai suatu bangsa yang dititipi bumi indah dan kaya ini. Rasanya sungguh sangat sedih dan pilu mengingat diri yang tidak mampu mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi. Betapa tidak bersyukurnya kita ketika kita diberikan banyak kelebihan dari negara lain yang bisa jadi dikaruniai nikmat tidak sebanyak nikmat yang negara kita miliki.
Apa yang harus kita katakan pada anak cucu kita kelak yah jika suatu saat mereka bertanya,
“Sebenarnya makhluk yang aku tonton itu Cuma ada di film atau ada beneran sih?”
Dan pada akhirnya, di Yaumil Hisab kelak, apa yang harus kita katakan ketika diminta pertanggung-jawaban,
“Apa yang kamu lakukan terhadap kekayaan dan beragam kenikmatan yang kamu terima selama hidup di dunia?”
------------10 Desember 2003
Ade Anita ([email protected])
[ 0 komentar]
|
|