|
Melihat Kedisiplinan Kita Jurnal Muslimah - Sunday, 18 July 2004
Kafemuslimah.comSaudaraku di jalan Allah,Hari ini kita masih dan terus meniti jalan dakwah ini dengan cinta dan harap.Cinta yang mengail beban-beban yang terkadang membuat luka.Harap yang tidak jarang membekaskan kekhawatiran
kalau-kalau kita terjatuh.Dan kita bersyukur ALlah memberikan kesempatan bagi kita untuk menarik nafas menggerakkan tangan dan jari-jari kita. Hingga mouse yang tergenggam membantu kita untuk mengexplorasi nasihat-nasihat mutiara kesegaran dalam dunia maya ini.
Saudaraku yang dirahmati ALlah ta'ala,
Hari ini berbagai cobaan dan tantangan hidup terus digulirkan-Nya guna membersihkan generasi ini dari kekesatan jiwa, dari hati-hati yang hampa. ALlah dengan kelembutannya mengkaruniakan kita
pekerjaan-pekerjaan besar yang gunung-gunung gagah pun enggan menerimanya. Maka dengan kebeningan jiwa dan kesucian hatilah pekerjaan-pekerjaan mulia berkail amanah itu bisa kita tuntaskan.
Akhi, begitu banyak kekuatan dan planning setan dalam emperlambat dan mangacaubalaukan erja dakwah kita. Sungguh tidak sedikit modal yang
kita siapkan dalammenghajar segala bentuk kekufuran yang mereka promosikan. "Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan, yang dengannya kamu menggetarkan musuh-musuh ALlah, musuh-musuhmu
dan musuh yang tidak kau ketahui sedang Ia mengetahui."QS alAnfal. Kekuatan Iman dan doa, keluasan ilmu dan tsaqofah,
kejernihan jiwa dan ruh, hingga keperkasaan jasad dan strategi. Plus Disiplin.
Akhi, begitu banyak bagian dari modal-modal tempur kita telah peroleh
atas izin-Nya. Belum sempurna memang, namun proses pematangan dan penempaan
alamiah akan terus berjalan. "Am hasibtum an tadkhulul jannah ...alBaqoroh:204"
Belum jelas siapa dari kita yang lolos verifikasi amal di akhirat, yakin
masuk surga? Sementara amal-amal kita belum seujung kuku dari kerja dakwah
RasuluLlah SAW wa sahabat. Satu dari amalan yang menunjang kita dalam proses
pengusungan kebangkitan Islam ialah sikap disiplin. Komit dengan waktu, komitmen
dengan janji. Ialah sebuah kekuatan yang memaksimalkan kekuatan iman dan
senjata doa yang dimiliki. Ialah pengiring dalam memantapkan keluasan ilmu dan tsaqofah kita. Disiplin mengajarkan kita
beramal dengan ahsan profesional. Tanpanya barisan dakwah pun berantakan.
Tanpa disiplin tujuan-sasaran-target
dakwah melemah. Maka displin menjadi mutlak dimiliki setiap jundi-jundi fii sabiliLlah.
Saudaraku fiLlah, ketika Umar bin Khaththab ra mendisiplinkan warior-wariornya untuk selalu bersiwak dalam sebuah pertempuran, terjadilah percepatan
kemenangan. Tika Khalid bin Walid ra mengatur barisan brimob dan infantrinya
dalam Mut'ah dan Yarmuk dengan full kedisplinan, maka pasukan musuh yang
sampai 10-60 kali lipat pun bisa terpukul parah. Disilplin yang diajarkan RasuluLlah SAW ialah ketika sahabat dilarang merusak tanaman dan rumah ibadat dalam sariyah dan patroli, maka sahabat tidak merusak tanaman dan rumah ibadat. Ketika dilarang membuka surat perintah dalam 2 hari perjalan, maka sahabat tidak membuka
surat perintahnya. Ketika intruksi Panglima SAW hanya mengintai, maka sahabat pun sekedar mengintai sekalipunberkesempatan membunuh.Bukanlah kedisiplnanRabbaniah itu seperti yangditampilkan oleh pasukan panah Muslim di perang Uhud.Bukan pula oleh sahabat yang membunuh saat masuk Rajab(bulan haram berperang) ketika perintah hanya sekedar berspionase. Bukan pula disiplin itu sikap yang hadir dalam diri Kaab bin Malik ra.Disiplin ialah sami'na wa atho'na. DIsiplin ialahmeresapi 'Waktu adalah pedang'. Disiplin bukan terlambat, terlebih menetang. Disiplin ialah tepat
waktu, tepat sasaran. Nah, akhi sudahkah
kita mewarnai kerja-kerja dengan kedisplinan?
Suatu hari rasuluLlah punya janji meeting dengan seseorang di suatu tempat. RasuluLlah datang on time bahkan menunggu seharian guna menunaikan janjinya. Dalam memenuhi hak istri-istrinya pun Rasul melakukannya dengan disiplin. RasuluLlah sangat menekankan agar umatnya tepat waktu dalam menunaikan sholat jamaah. Sebab sholat jamaah dimulai dari panggilan adzan hingga
penutupan salam sholat memberikan sebuah tarbiyah indhiba' (pembinaan kedisiplinan). Dalam memenuhi hak istri-istrinya pun Rasul melakukan dengan
disiplin. Entah bagaimana jadinya jika
Fathu Makkah, tidak terlaksana sesuai jadwal waktu yang diplanningkan. Seorang sahabat ra yang ditugaskan menjaga pasukan berinisiatif mengisinya
dengan sholat, tiba-tiba panah melesat dan
menancap di tubuhnya. Namun ia terus melanjutkan sholatnya karena keengganan memutus bacaan sholatnya yang begitu terkhusyukkan, hingga panah berikutnya
mampir lagi. Kita melihat betapa ia sangat
khusyu dan taqorrub, namun dari segi
askariyah/militer, barangkali panah tersebut merupakan teguran ALlah atas kelalaiannya menjaga. Bagaimanakah kiranya saat ia sholat kemudian satu kompi pasukan kufar menerobos lewat posnya sementara ia
sedang asyik sholat hingga tidak sempat
memperingatkan pasukan muslim yang lain. Entah apa akibat yang diperoleh muslimin saat menghadapi tentara
salibis dalam perang salib, jika saja Shalahuddin tidak menerapkan kedisiplinan dalam penjagaan dan qiyamul lail tentaranya. Saudaraku, suatu hari dalam acara rihlah, para ikhwan berangkat dengan sebuah mobil bus, dan ketika ikhwan menaiki bus tersebut, mereka berebutan kursi hingga Imam Hasan alBanna membatalkan rihlah tersebut demi melihat kejadian tersebut. Maka bagaimanakah dengan kedisiplinan kita akhi?
Bagaimanakah dengan komitmen kita terhadap kerja dakwah? Terhadap janji dan ketepatan waktu kita?
"InsyaALlah jam 09.00 kita rapat,
setuju?"."Setuju".Besoknya,"Afwan,ana terlambat 30
menit."."Afwan
ana ada urusan mendadak."."Afwan tadi sedang fotokopi,
jadi terlambat."."Afwan ..."."Ya, baiklah kita
buka rapat pukul 10.00. Pekan depan jam 10.00 kita
mulai.".
Pekan depannya,"afwan ...."."Ok akhi kita buka acara
kita jam 11.00."
"Gimana laporan amal kerja dakwah antum, hari minimal
90% selesai yah?!"."E... afwan ana sudah 60%."."Ana
baru 30%, afwan ya
akhi.."."O....ho oh...".
Barangkali cuplikan dialog singkat pernah kita jumpai
akhi, atau sering dijumpai?Lihatlah ketika
ikhwah membuat acara seminar atau pengajian atau
sejenisnya. Di pamplet/publikasi terpampang acara
di mulai pukul 08.00, pada hari H dengan berbagai
kendala acara dimulai pukul 09.00 waktu setempat.
Dalam undangan rapat tertulis jam 13.00, akhirnya demi
menunggu keterlambatan satu-persatu
personil, rapat dimulai jam 14.00 Lalu apa yang
membedakan kita dengan masyarakat ammah.
Akhi, apa yang bisa kita qudwah-kan kepada masyarakat
kita kalau ternyata komitmen kita terhadap
waktu dan kerja dakwah sama lembeknya dengan mereka.
Bukankah kita kader dakwah, selalu menggaungkan
uswatun hasanah RasuluLlah SAW. Dimana kedisiplinan
kita akhi ...
Akhi, ana pernah dalam satu hari menghadiri 4 acara
rapat planning dakwah kampus plus liqoat (diisi). Dari
rapat yang dihadiri 'pejabat tinggi' kampus sampai
rapat kepanitian kecil, semuanya terlambat dimulai.
Plus liqoat yang hampir setiap pekannya terlambat.
Jika guru kencing berdiri maka murid kencing berlari.
Seorang ulama pernah berkata :Jika ulama terbiasa
dengan yang mubah, maka umat biasa dengan yang makruh.
JIka ulama terbiasa dengan yang makruh, maka umat
terbiasa dengan yang syubhat. Jika ulama biasa dengan
yang syubhat maka umat terbiasa dengan yang haram,
Jika ulamanya melakukan yang haram, maka umat pun
menjadi kafir." Sebuah gambaran standar posisi guru
dan murid. Dua rapat pleno yang membahas grand design
dakwah kampus, semua terlambat datang kecuali seorang
akhwat. Ana sendiri terlambat 3 menit, pun dengan
mati-matian tepat waktu, sampai berlari-lari menuju
ruangan,... eh taunya 'para petinggi' belum satu pun
yang nongol. Bagaimana kader di bawah atau objek
dakwah bisa disiplin jika gurunya saja ....
Ketika ana mengawal ustadz Anis Matta Lc jaulah
keliling Sulsel, dalam satu pagi rombongan ba'da subuh
jalan-jalan menghirup udara fresh paginya Pare-pare.
Ana mencuri tanya kepada beliau tentang kedisplinan.
Beliau mengatakan ada 2 hal yang membuat seseorang
terlambat, pertama karena kemalasan, kedua karena
kesibukan aktivitas dakwah yang padat. Yang berbahaya
dan berpengaruh negatif terhadap kinerja dakwah ialah
yang pertama.
Akhi, ada 2 kekhawatiran ana terhadap fenomena
ketidakdisiplinan ini, ialah :
1. Memperlambat pencapaian target/kinerja dakwah. Jika
kita terbiasa terlambat, maka kebiasaan ini pun
menular pada kerja-kerja lainnya. Apalagi jika
terlambat karena kemalasan. Jika kita punya jadwal
rapat jam 08.30, ba'da subuhnya kita berdzikir, mandi
dan bersih-bersih. Jam 07.00-08.00 sarapan + nonton
berita, 08.00-08.20 pergi memfotokopi berkas lanjut
perjalanan ke tempat tujuan rapat 08.20-08.45. Bertemu
dengan ikhwah dan mengatakan afwan tadi sedang
fotokopi jadi terlambat. Sementara jasa fotokopi sudah
buka pukul 07.00!!! TIdak heran dalam rapat Grand
Design dakwah kampus ana terkekeh kecil dalam hati
mendengar target-target waktu pencapaiannya. Dan
terbukti, tidak ada yang memenuhi target. Lamban bin
lambat.
2. Dosa. Kita bersepakat berkumpul jam 10.00 dalam
sebuah acara. Saat hari H ana punya cucian yang
selesai jam 10.30 atau mengerjakan laporan praktikum
yang akan selesai jam 10.45. Namun demi memenuhi janji
ana menunda pekerjaan ana untuk datang pada janji I,
berkumpul jam 10.00. Dan ternyata mereka terlambat dan
acara dimulai jam 11.00. Kalaulah sebelumnya
disepakati jam 11.00 niscaya sekian pekerjaan telah
selesai, dan ana hanya bisa menunggu sambil mengingat
PR-PR yang bertumpuk. Ana melihat ini sebagai
aktivitas penzholiman terhadap saudara. Dan masih
banyak kejadian sejenis sebagai bentuk penghargaan
terhadap waktu yang bagitu 'sederhana'.
Hup. Akhi, antum punya solusi? Afwan sudah jam 04.30
dan ana mulai ngantuk. Kita nyambung di lain
kesempatan...
BRIGADE - 01/Nugra S
[ 0 komentar]
|
|