[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Tentang Kebenaran Kisah Perselingkuhan Rasulullah
Uneq-Uneq - Sunday, 18 July 2004

Tanya: Assalamu'alaikum wr wb. Mbak Ade yg dirahmati Allah, baru2 ini saya sedang tertarik untuk bergabung di salah satu forum diskusi antar agama. Di forum itu ada org non muslim yg mengungkapkan salah satu hadits bukhari mengenai perselingkuhan Rasulullah SAW dengan Mariyah budaknya Hafshah yg kemudian menjadi asbabun nuzul QS 66:1.

Menurut rekan non muslim tadi, krn perselingkuhannya dgn Mariyah diketahui oleh Hafshah, Rasulullah marah dan tdk mendatangi istri2nya selama 1 bln, dan dlm riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah kemudian mengharamkan diri untuk mendekati Mariyah yg notabene seorang budak padahal Allah dlm QS 33:50 telah menghalalkan Rasulullah untuk mengawini (menggauli) seorang budak, ini msh menurut penafsiran si rekan non muslim tadi. Sedangkan yg saya tau sebab turunnya QS 66:1 itu krn Rasulullah mengharamkan madu (kisahnya tdk saya tulis krn nanti kepanjangan). Tolong penjelasan dari mbak Ade yg insyaAllah lebih tau mengenai kisah2 Rasulullah SAW drpd saya yg msh dlm tahap belajar.

Mbak, apakah baik sering berdiskusi/berdebat dengan umat agama lain walaupun sebetulnya tdk akan pernah mendapatkan titik temu, tapi paling tidak ada ilmu baru yg kita dapat? Jawabannya ditunggu sekali lo mbak. Syukron katsir.
Wassalamu'alaikum wr wb

Jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ukhti yang dirahmati Allah SWT.

Sebelum saya menulis lebih banyak, satu hal yang perlu diketahui adalah. Saya mungkin tidak seperti yang ukhti bayangakan karena sama dengan ukhti, saya sendiri juga baru dan masih tetap berusaha untuk mempelajari dan mendalami Islam. Hanya saja, alhamdulillah ada sedikit rezeki untuk membeli sejumlah bahan bacaan untuk memenuhi hobbi membaca saya di rumah sehingga saya bisa membuka banyak buku untuk menulis dan berdiskusi dengan teman-teman disini. Bisa jadi, di antara teman-teman semua disini, sayalah yang paling sedikit ilmunya. Wallahua’lam. Karena itu jika ada kekurangan silahkan koreksi dan beri komentar/penjelasan tambahan.

Beberapa hal yang perlu diluruskan dari pernyataan teman ukhti dan tulisan ukhti di atas adalah:

- Tentang Mariyah. Mariyah bukanlah budak Hafshah. Beliau diberikan oleh Muqauqia kepada Nabi dalam status sebagai seorang hamba sahaya. Itu sebabnya Mariyah ditempatkan tidak di samping masjid seperti istri-istri Nabi Umm”I-Mukminin yang lain. Oleh Muhammad saw ia ditempatkan di ‘Alia, di bagian luar kota Madinah, di tempat yang sekarang diberi nama Masyraba Umm Ibrahim, dalam sebuah rumah di tengah-tengah kebun anggur. Rasulullah sering berkunjung ke sana seperti biasanya orang mengunjungi hal miliknya. Ketika diambil sebagai hadiah dari Muqauqis, Mariyah berdua dengan Sirin, saudara perempuannya. Sirin ini oleh Rasulullah diberikan kepada Hassan b. Tsabit.

Sesudah Khadijah wafat, dari semua istrinya, baik yang muda remaja atau yang sudah setengah umur, yang dulu pernah memberikan keturunan, Nabi Muhammad tidak pernah menantikan mereka akan memberikan keturunan lagi, yang selama sepuluh turun berturut-turut belum ada tanda-tanda kesuburan pada mereka. Setelah Putri Rasulullah, Zainab menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia, Rasulullah sangatlah berduka. Dengan kepergian Zainab tersebut, maka hanya tertinggal Fathimahlah satu-satunya anak Rasulullah yang masih hidup. Akan tetapi tidak lama Beliau mengalami kesedihan itu, dengan melalui Mariyah (ada juga yang menulis Maria), Allah telah memberi karunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim, nama yang diambil dari Ibrahim leluhur para Nabi.

Dengan mengandungnya Mariyah dan kemudian lahir Ibrahim (padahal usia Beliau saw sudah lampau enam puluh tahun) sangat gembira sekali Rasulullah. Rasa sukacita telah memenuhi hati manusia besar ini. Dengan kelahiran Ibrahim ini kedudukan Mariyah dalam pandangan Rasulullah tampak lebih tinggi dari tingkat bekas-bekas budah ke derajat istri. Ini menambah Mariyah lebih disenangi dan lebih dekat lagi dan ternyata, hal ini membuat istri-istri Rasulullah yang lain cemburu pada Mariyah.

Asbabun Nuzul qs 66: 1- 4

”- Hai Nabi, mengapakah engkau mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah bagimu, karena menuntut keridlaan istri-istrimu? Allah Pengampun lagi Penyayang.
- Sesungguhnya Allah telah mewajibkan bagimu menghalalkan sumpahmu (melepaskannya dengan membayar kaffarat sumpah), dan Allah Walimu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- (Ingatlah) Ketika Nabi merahasiakan suatu berita kepada setengah istri-istrinya (Hafshah). Maka tatkala istrinya itu mengkabarkannya (membuka rahasia itu kepada madunya Aisyah) dan Allah memberi-tahukan yang demikian itu kepada Nabi, lalu Nabi menerangkan sebagiannya kepada istrinya itu (Hafshah) dan meninggalkan sebagian yang lain. Tatkala Nabi mengkabarkan demikian kepadanya (Hafshah), ia berkata: “Yang mengkabarkan kepadaku ialah (Allah) Yang Maha Mengetahui lagi Maha amat Mengetahui.”
- Kalau kamu berdua (hai Hafshah dan Aisyah) taubat kepada Allah maka sesungguhnya telah miring hatimu (maka taubatmu diterima). Jika kamu bertolong-tolongan (menentang) Nabi, maka sesungguhnya Allah menolongnya, serta Jibril dan orang-orang mukmin yang shalih; sedang malaikat-malaikat sesudah itu monolong pula. “
(Juz 28, Qs At-Tahrim [66]: 1 – 4)

Dikemukakan oleh Al Hakim dan An Nasa’I dengan sanad shahih yang bersumber dari Anas, bahwa dahulu Rasulullah saw pernah mempunyai budak perempuan yang digaulinya. Karena Hahshah selalu merongrongnya, lalu beliau mengharamkan budak perempuannya itu bagi dirinnya. Maka Allah menurunkan ayat “Yaa Ayyuhannabiyyu Lima Tuharrimu Maa Ahallallahu Laka… sampai akhir ayat”. (Qs 66: 1), sebagai teguran terhadap sikap Rasulullah saw yang mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah hanya karena tuntutan istrinya.

Sedangkan Adl-Dliya’ di dalam kitab “Al Mukhtarah” dari hadits Ibnu Umar yang bersumber dari Umar, berkata: Rasulullah saw bersabda kepada Hahshah: “Janganlah kamu kabarkan kepada seorangpun, bahwa Umma Ibrahim (Mariyah al Qibthiyyah) saya haramkan bagiku”. Mulai itu beliau tidak mendekatinya, hingga Hafshah mengkabarkannya kepada Aisyah. Maka Allah menurunkan ayat “Qad Fardlallaahu Lakum Tahillata Aimaanikum” (Qs 66:2) berkenaan dengan peristiwa itu, sebagai petunjuk jalan keluar atas sumpah yang telah beliau ucapkan.

Dikemukakan oleh Al Bazzar dengan sanad Shahihi yang bersumber dari Ibni Abbas dengan sanad shahih yang bersumber dari Ibni Abbas yang berkata: bahwa turunnya ayat-ayat itu (Qs 66: 1-4) berkenaan dengan tawanan perempuan Rasulullah saw (Mariyah Al Qibthiyyah) yang telah mengharamkan diri untuk menyentuhnya.

Dikemukakan oleh Ath Thabarani dengan sanad shahih yang bersumber dari Ibni Abbas yang berkata: Bahwa Rasulullah saw pernah minum air madu di rumah Saudah, lalu beliau pergi ke rumah Aisyah, maka berkatalah Aisyah: “Sesungguhnya saya mencium bau yang tidak sedap.” Kemudian beliau pergi menuju rumah Hahshah, maka Hahshah pun berkata seperti itu. Rasulullah saw bersabda: “barangkali berasa dari minuman yang telah saya minum di rumah Saudah. Demi Allah, saya tidak akan meminumnya lagi.” Maka turunlah ayat “Yaa Ayyuhannabiyyu Lima Tuharrimu Maa Ahallallahu Laka” (qs 66:1) dia berkata: “Ketika saya punya aiar madu putih yang kusimpan di dalam suatu wadah, Nabi saw mencicipinya karena memang beliau amat suka.” Aisyah berkata kepada beliau: “Rupanya madu yang engkau minum itu berasal dari kumbang yang mengisap “Afrath (buah-buahan yang berbau busuk yang tidak disukai belaiu)”. Setelah itu Nabi saw mengharamkan madu putih bagi dirinya. Maka turunlah ayat ini (Qs 66: 1) berkenaan dengan peristiwa itu, sebagai teguran terhadap Nabi saw yang mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah SWT.

Kesimpulannya : Juz 28, Qs At-Tahrim [66]: 1 – 4 turun bisa jadi turun berkenaan dengan kedua peristiwa di atas.

Penjelasan lebih lanjut, dari buku-buku yang menceritakan tentang Kerasulan Muhammad saw, kita bisa melihat bahwa Rasulullah saw adalah suami yang bresikap sangat luar biasa pada istri-istrinya. Beliau selalu berusaha untuk bersikap adil dan lemah lembut serta santun pada semua istri-istrinya. Beliau saw juga selalu berusaha untuk membantu beban pekerjaan istri-istrinya dan tidak ingin melihat istri-istrinya bersedih. Hanya saja, sebagaimana seperti wanita pada umumnya, istri-istri beliau dihinggapi pula dengan perasaan cemburu antara satu sama lain dan ini kerap kali menimbulkan friksi di antara mereka. Puncaknya adalah ketika terjadi kubu-kubu dalam kerja sama para istri tersebut untuk menyusahkan beliau karena perasaan cemburu tersebut. Baik pada peristiwa madu putih maupun peristiwa Mariyah. Pada peristiwa Mariyah, karena tidak tahu lagi bagaimana cara yang baik guna meladeni ulah para istri Rasulullah tersebut yang sudah sangat berlebihan ini, maka Rasulullah pun mengucilkan diri dari mereka semua selama satu bulan lamanya. Pada masa pengucilan tersebut, barulah para istri beliau sadar betapa selama ini Rasulullah telah berusaha untuk menjadi suami yang sempurna bagi mereka tapi karena mereka semua termakan oleh nafsu cemburu maka mereka bertingkah berlebihan. Penyesalan ini akhirnya menyebabkan mereka semua sadar dan kembali bertekad untuk menjadi istri Rasulullah yang baik sekaligus Ummul Mukminin.

Dengan demikian tidak ada sama sekali kisah perselingkuhan dan rasanya tidak mungkin terjadi. Coba lihat ayat 3 surat tersebut dimana Rasulullah memberitahu Hahshah siapa yang memberitahu Beliau rahasia yang Hahshah bicarakan dengan Aisyah. Artinya, beliau saw sangat tahu dan selalu sadar bahwa Allah adalah Dzat yang amat Maha Mengetahui. Padahal sebuah perselingkuhan itu bisa dipastikan terjadi dalam keadaan diam-diam dan rahasia. Kenapa diam-diam dan rahasia karena si pelaku tahu bahwa itu sebuah perilaku yang haram hukumnya di mata Allah dan tak layak di hadapan manusia. Sedangkan yang Rasulullah lakukan adalah sesuatu yang halal, adapun kemudian untuk menyenangkan hati istrinya, guna menggembirakan hati istrinya, Rasulullah rela melarang dirinya untuk menjauhi sesuatu yang sebenarnya boleh dilakukan (halal) seperti menjauhi Mariyah dan tidak meminum madu. Ini tentu saja ditegur oleh Allah karena bisa jadi apa yang Nabi lakukan ini kelak akan diikuti oleh ummatnya kelak padahal sesuatu yang halal itu akan tetap halal dan tidak boleh diharamkan. Wallahua’lam

Pertanyaan terakhir, tentang apakah baik sering berdiskusi/berdebat dengan umat agama lain walaupun sebetulnya tdk akan pernah mendapatkan titik temu, tapi paling tidak ada ilmu baru yg kita dapat. Jawabnya boleh-boleh saja tapi dengan satu syarat. Hendaklah ketika berdiskusi itu kita dalam keadaan sudah berilmu.
Mengapa? Karena adakalanya mereka yang berasal dari umat agama lain itu, sengaja mempelajari ilmu agama kita dengan mengambil bahagian-bahagian yang sesuai dengan pendapat mereka saja untuk didiskusikan. Artinya mereka sudah punya pendapat dahulu lalu mengambil cuplikan ajaran Islam untuk membenarkan pendapat mereka dengan cara mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian. Cuplikan adopsi ajaran islam itu mereka kuasai sebagian kecil saja, selebihnnya adalah argumentasi-argumentasi yang ditujukan untuk membentuk sebuah opini yang bisa jadi menyesatkan pendengarnya. Baik itu dengan cara pembunuhan karakter tertentu (seperti menyerang kasus poligami yang dibolehkan dalam islam dengan maksud untuk mengatakan bahwa laki-laki Islam adalah laki-laki yang tidak bisa menghargai istrinya/wanita), pembunuhan institusi/kelompok tertentu (seperti yang terjadi pada kelompok Islam fundamentalis atau bisa ukhti lihat pada propaganda Amerika dan Yahudi untuk membenci jilbab dan tindakan jihad fisabilillah), atau menciptakan Islamofhobia (menciptakan rasa takut pada ajaran dan penerapan ajaran Islam) dengan memutar balikkan fakta tentang Islam.

Jika ditanyakan lagi mengapa hal di atas mereka lakukan: jawabannya ada di Al Quran. Silahkan lihat Qs 6: 4 – 7; Qs 15: 6-8; dll. Islam menganjurkan ummatnya untuk berhati-hati dengan sifat orang-orang ahli kitab, yaitu orang Yahudi dan Nasrani (lihat qs 2: 120-121). Islam adalah agama yang membawa rahmat; menyeru manusia pun dengan cara yang baik; dilarang memaki sembahan orang yang beragama lain; jika sampai berdebat maka juga harus dengan cara yang baik pula (lihat qs 6: 108; 16: 125 dan 29: 46).

”Dan janganlah berdebat dengan ahli kitab (Yahudi dan Nashara) kecuali dengan cara yang terbaik (tukar keterangan)), kecuali terhadap orang-orang yang zalim dari mereka dan katakanlah: Kami percaya pada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan kepada kami,sedang Tuhan kami dan Tuhanmu hanya satu, sedang kami Islam menurut kepada-Nya. “(Qs 29:46)

Dengan demikian, saya lebih menganjurkan jika ingin memperluas cakrawala berpikir dalam memahami agama Islam lebih baik berdiskusi dengan sesama saudara seiman (muslim/ah) yang punya ilmu setingkat atau lebih di atas kita, karena dengan begitu kita akan menyerap ilmu yang dia miliki dan dari diskusi tersebut kamu dan dia akan bertambah pula satu cakrawala berpikir yang baru. Kalaupun ingin berdiskusi dengan orang yang berlainan agama, carilah mereka yang pengetahuannya tentang Islamnya setingkat di bawah kita, karena dengan begitu kita punya kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi pengetahuannya akan Islam yang bisa jadi belum lengkap dan semoga Allah mendatangkan hidayah padanya agar bisa mengenal Islam dengan baik dan memasukinya dengan suka rela. Jika terpaksa harus berdiskusi dengan mereka yang seperti saya sebutkan di atas, maka sempatkan diri ukhti sebelumnya untuk membekali diri dengan pengetahuan yang cukup memadai untuk berdiskusi dengan mereka. Jangan biarkan kurangnya pengetahuan yang kita miliki itu menyebabkan kita meragukan agama yang kita yakini ini.

Demikian semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved