|
Yaadein* Jurnal Muslimah - Sunday, 18 July 2004
Kafemuslimah.comMalam sudah semakin larut. Kuusap pelan buku tebal bersampul biru itu. Butiran debu-debu halus mulai menutupi permukaannya. Sejenak memandang ia,sahabat sejati yang pernah menemaniku selama 3 tahun itu, telah mengaktifkan sel-sel saraf otak yang penuh dengan kenangan masa lalu. Kubuka halaman pertamanya dan kudapati sederet kalender selama beberapa tahun. Di antara tanggal-tanggalnya terdapatlah beberapa lingkaran hijau, mungkin tanggal itu menyimpan suatu kenangan bagiku saat itu. Kutengok sisi bawah di halaman itu dan kudapati catatan kecil tentang peristiwa yang terjadi di tanggal itu. Pertama kali ke Jakarta, Ebtanas SLTP, Kelulusan SLTP, perpisahan dengan teman-teman SLTP, Pemilu thn 1999, pertama kali menginjakkan kaki di kota Malang, OSB, ulangan semester I, pra PSG tahap I di Kancatel Ngawi, psg tahap I di Kandatel Madiun….
Tulisan pertama kuawali pada bulan Oktober 1998. Itu sudah 5 tahun yang lalu tapi serasa baru kemarin aku menulisnya. Semakin kubuka lembar demi lembarnya semakin aku terlarut dalam kenangan masa lalu, terkadang ingin tertawa, terkadang terharu, terkadang pula ingin menangis. Membacanya laksana menyulam kembali benang-benang halus yang sudah tercerai berai, atau selaksa merangkai kembali kepingan-kepingan yang sudah terpecah belah. Kenangan-kenangan itu sudah berlalu lama, tapi ia laksana sebuah bagian dari jaring laba-laba yang saling berkaitan erat dan saat diri ini berusaha membuat sebuah jaring yang baru, ia tak mau lepas juga. Membacanya, seperti menikmati sebuah mahakarya yang tekun kulukis bertahun-tahun dan kuwarnai dengan cat air berwarna kegembiraan, kekecewaan, kesedihan, keputusasaan, cita-cita, asa, imajinasi yang berwarna-warni. Membacanya, seperti membaca naskah drama yang dibuat Sang Pembuat Takdir yang penuh episode-episode istimewa, tertulis dalam Lauhul Mahfudz yang tersimpan di tempat yang mulia. Wahai Sang Sutradara, apakah diri ini sudah menjadi seorang pemain terbaik-Mu…?
Seseorang pernah berkata “kita datang ke dunia membawa sesuatu dan pergi meninggalkan kenangan”. Kenangan adalah serabut-serabut halus dari masa lalu. Bila ia diingat dalam rentan masa yang lama dari waktu pembuatannya, ia akan tetap ada, yang bahkan mungkin bila roh sudah terlepas dari raga pun, ia akan tetap ada. Seorang dokter pernah menuliskan bahwa semua aktifitas yang kita lakukan, baik yang terlahir ataupun tidak, terekam oleh sel-sel saraf di dalam otak. Di luar kesadaran kita, bila salah satu sel saraf ditrigger, ia akan bereaksi dan memerintahkan tubuh melakukan aktifitas yang direkamnya. Seperti dalam kasus seorang pasien dalam keadaan tidak sadar lalu salah satu sel sarafnya ditrigger maka tiba-tiba ia menyanyikan lagu yang sering dinyanyikannya semasa TK. Kenangan begitu cepat berlalu laksana menguapnya minyak wangi. Sekejab saja ia hadir lalu telah hilang dari pandangan dan hanya bau harumnya yang tersisa.
Ada seseorang bertanya “Di dunia ini apakah yang paling jauh dari kita?”. Jawabannya adalah masa lalu. Sekeras apapun usaha kita untuk kembali ke masa lalu adalah seperti mustahilnya unta masuk ke lubang jarum. Ketika para ilmuwan fisika sdh begitu maju, teori kemungkinan kembali ke masa lalu itu ditemukan, tapi sebatas teori dengan angka-angka yang membingungkan, sedangkan dalam realita ..itu seperti menyalahi hukum alam yang berjalan serasi dan teratur. Kita sungguh hanya bisa mengenangkannya, menikmatinya, tapi untuk merubah segala yang telah terjadi itu berada di luar kemampuan kita, makhluk lemah tak berdaya yang tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Oleh karena itu, tak seharusnya bila kita harus terpuruk dan terhanyut dalam air bahnya.
Tulisan itu kututup pada tahun 2001, tanpa tanggal , tanpa bulan, dan kuakhiri dengan sebuah catatan kecil tentang kenangan. Kita tak akan lepas dari kenangan, yang bahkan ketika ia sudah berlalu belasan tahun dan hampir kita lupakan lalu tiba-tiba sesaat hadir dalam ingatan kita. Segala sesuatu yang datang pada kita akan meninggalkan kenangan dan tak seharusnya kenangan itu menjatuhkan kehidupan kita atau merubah kehidupan indah yang saat ini sedang kita jalani. Apakah dengan meratapi catatan merah tentangnya, waktu akan berkrompomi dengan kita dan menghentikan perputarannya..? Tidak Bukan..? Kita tetap terpuruk dalam penyesalan atau dalam angan-angan masa lalu yang tiada akan pernah tercapai atau kita berusaha merubah biduk kehidupan kita ke arah yang lebih baik, bukankah kehidupan akan terus berjalan..?
Kututup buku diary itu dengan senyum dan penuh kerinduan kepada semua nama yang tertulis di dalamnya. Untaian terima kasih ingin kuucapkan kepada semuanya atas semua benang halus yang mereka sumbangkan bagi sulaman indah yang di masa lalu pernah kubuat. Kini matahari telah membawa alam baru dan perubahan yang terus menerus. Arus kehidupan terus mengalir dan sulaman baru sedikit demi sedikit mulai dirajut. Aku, engkau, mereka semuanya sedang mewarnai kanvas putihnya masing-masing. Semoga Sang Pencipta Semua Kanvas Kehidupan di dunia ini tiada lelah memberikan kanvas putihnya pada kita tatkala sebuah kanvas kita tertumpahi oleh warna-warna kegelapan, asalkan kita bertekad untuk melukisi kanvas putih yang baru dengan keindahan dan ketaatan pada-Nya. Semoga Ia, Yang Memiliki Kemaafan Seluas Samudera, memberikan sebelanga kemaafan-Nya atas semua kesalahan kita. Semoga mereka, yang pernah kita sakiti memberikan kemaafannya pada kita, dan kita pun diberi kelapangan untuk memaafkan. Semoga mereka, yang pernah berbuat baik pada kita, diberikan yang terbaik oleh-Nya. Ya Rabb, adakah seorang dari mereka yang berdoa seperti itu pula…?
"Kita tak harus menunggu waktu atau hari yg bertepatan dengan suatu kejadian: hari ulang tahun, tahun baru, hari idul fitri, atau hari yg menurut kita istimewa, untuk bangkit dari masa lalu, melakukan perubahan dalam hidup, melakukan sesuatu yang istimewa karena setiap saat dan hari kita adalah istimewa"
Dik Asih [email protected]
*Yaadein berasal dari bahasa Hindi yg artinya kenangan
--Bdg, 5 Desember 2003--
-- Hati hanya bisa disentuh dengan hati ---- [ 0 komentar]
|
|