|
Malu Tak Seperti Kupu-Kupu Jurnal Muslimah - Sunday, 18 July 2004
Kafemuslimah.comRamadhan baru saja berlalu. Semua telah kembali seperti semula. Sisa-sisa keteduhan nuansa ramadhan hanya tinggal sekedarnya saja. Bahkan nyaris tak berbekas. Kue-kue lebaran masih banyak di meja, krn memang persiapan buat lebaran sangat mantap. Lengkap dengan berbagai jenis kue, cat rumah yg baru, interior serba baru dan yg tentu tak ketinggalan pakaian baru yg serba bagus. Indah memang.
Tapi sebenarnya bukan itu yg kita tuju. Bukankah hati ini gersang? Lisan kita tetap mengumpat, mata kita masih saja liar dan nafsu masih menjadi no 1? Perilaku kita masih semrawut.
Lalu indahkah kita?
Bila lidah kita bisa merasakan lezatnya kue lebaran , tapi nikmatnya iman tak jua mampu kita cicipi?
Bila rumah kita indah karna warna dan interior yg serba baru namun hati dan perilaku kita masih dengan warna dan interior yg dulu , kusam, lusuh dan tak terurus?
Warna kusam yg semakin suram.
Aurat kita terbungkus hijab serta baju baru sedang jiwa kita masih setia dg nafsu sebagai pakaiannya.
Adilkah ini? Apakah kita rela?
Fisik kita rapi dan cantik tapi "jeroan"nya pada sakit. Ternyata kita ini belum bisa bersikap dewasa. Hanya sekedar usia yg makin bertambah.
Seorang kawan saya, pernah berkata;"Kupu-kupu itu mulanya adl makhluk yg menjijikkan (siapa sih yg gak geli dan jijik ngeliat ulet?) , tapi setelah ia berpuasa dan melewati masa kepompong makan ia berubah mjd makhluk yg indah. Yang siapapun akan senang melihatnya. Apalagi dengan warna2 yg subhanalloh cantiknya."
Sedikit pesimis ia tanyakan atau tepatnya menyatakan isi hatinya;" apakah manusia yg berpuasa akan mendapatkan keindahan layaknya kupu-kupu?"
Tentu anda bisa menjawabnya.
Betapa malunya kita yg tak bisa seindah kupu-kupu, walaupun telah berpuasa sebulan panjangnya.
Semoga Alloh terus membimbing kita untuk mencapai maqamamahmudah nan indah.
amiiin.....
dari sebuah percakapan panjang pd suatu malam syawalterimakasih saudaraku!
atik none [email protected] [ 0 komentar]
|
|