|
Doaku Jurnal Muslimah - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Tet tot....bunyi tanda pesan singkat ponselku. Hm..dari seorang adik binaanku ternyata. "Mba,ada di rumah jam berapa? Ani mau ke rumah, ada perlu". Agak kaget juga aku dibuatnya. Tidak biasanyanya Ani berlaku seperti ini.
"Mungkin sekitar jam 5", balasku. Saat itu memang aku masih ada di mesjid untuk persiapan rapat kerja pemuda mesjid. Dalam hati aku bertanya tanya ada apa gerangan dengan Ani. Apa ya keperluannya..karena memang bukan kebiasaan Ani datang ke rumah untuk suatu keperluan. Ani biasa bicara langsung padaku bila ada suatu yang harus didiskusikan.
Jam dirumah menunjukkan pukul 5 sore. Ani belum datang. Kuputuskan untuk memutar cd partai keadilan sejahtera yang baru saja dihadiahkan seorang teman. " Assalamua'alaikum..." terdengar suara salam dari depan pintu. Hm...Ani nih! ujarku dalam hati. " Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh..." jawabku. Kusambut dia dengan senyuman dan menanyakan keadaan diri dan keluarganya. " Alhamdulillah baik, mba" . Sudah dua pekan ini memang Ani tidak menghadiri pertemuan rutin kami. Ada apa nih, kok tumben? tanyaku lagi. Ani hanya tersenyum. Untuk sesaat kami berdua terdiam. Akhirnya Ani memulai pembicaraan. " Mba, saya mau nikah." Aku tidak tahu perasaan apa yang ada pada dirimu saat itu. Kaget...hanya itu yang bisa aku lukiskan. Walau sebenarnya banyak perasaan yang berkecamuk dalam hati ini. " Trus? Sudah ada calonnya? " tanyaku sambil tersenyum kecil. "Belum, mba". Maksud saya...saya sudah siap nikah" katanya menjelaskan. OOO....hanya kata itu yang dapat aku ucapkan. "Sudah siap?" tanyaku meyakinkan. " InsyaAllah mba. Saya sudah memikirkan masalah ini. Saya sudah banyak membaca buku-buku tentang pernikahan",tambahnya. "Ada desakan dari orangtua?" ,aku mencari tahu.
"Nggak, mba. Ini inisiatif Ani sendiri", ia meyakinkanku. "Mau yang seperti apa, An?", tanyaku lagi. " Nggak macem-macem.mba. Yang penting baik agamanya".
Ani memang sudah pantas untuk mendapat seorang pendamping, walau di zaman sekarang ini, diusianya yang 22 tahun Ani masih tergolong muda untuk memulai sebuah kehidupan berumah-tangga. Masih banyak akhwat-akhwat lain yang umurnya lebih tua..bahkan jauh lebih tua yang masih menantikan datangnya seorang pangeran mujahid hadir dalam kehidupannya, termasuk diriku. Ya..aku belum menikah. Allah SWT belum mengizinkan aku untuk menikah walau beberapa proses ta'aruf telah aku lalui. Untuk saat ini, aku tidak memikirkan hal itu atau mungkin menghindar untuk memikirkannya. Entahlah...
Kedatangan Ani menyadarkanku. Usiaku bertambah. Kekuatanku berkurang. Adik-adikku semakin dewasa. Ani menyadarkan diriku bahwa kehidupan terus berputar. Selama ini aku sadari aku terlalu asyik dengan diriku, dengan berbagai aktivitas yang aku geluti. Aku sibuk dengan kegiatan perkuliahanku, mengajar di sebuah sekolah ditambah lagi dengan kegiatan-kegiatan kepemudaan mesjid di daerahku. "Ya Allah...ampuni hamba." Batinku dalam hati. Bukan aku tidak ingin mengikuti sunnah Rasul-Nya. Bukan....bukan. Tapi entah mengapa aku selalu menolak setiap ikhwan yang disodorkan kepadaku. Sombong? Aku kah itu? hm....teringat aku kata-kata Ani, "nggak macem-macem, mba. Yang penting baik agamanya". Subhanalloh. Tapi salahkah aku jika menginginkan seorang pangeran yang aku anggap lebih? salahkah aku mendambakan seorang suami yang dapat menjadi imam bagiku didunia dan akhirat? salahkah? Atau mungkin ini hanya sebuah alasan karena rasa ketakutanku untuk memulai sebuah kehidupan baru? Entahlah.....
Ya Allah...jauhkan hamba-Mu ini dari sifat sombong yang hanya pantas Kau miliki.
Jauhkan hamba dari berburuk sangka kepada-Mu
Hamba yakin Ya Allah...bahwa Engkau mengetahui yang terbaik
bagi Hambu-Mu
Jakarta, 16 Januari 2004
Untuk Aniku...semoga Allah memudahkanmu
Amiin....
Mar_ah [ 0 komentar]
|
|