[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Simboklah Ibuku yang Sebenarnya
Jurnal Muslimah - Monday, 26 July 2004

Kafemuslimah.com Dalam sebuah forum pengajian ibu-ibu aku meminta setiap ibu mengemukakan metode mereka dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, untuk saling berbagi pengalaman, sekaligus sebagai sarana evaluasi.

Hampir semua ibu mendapat kesempatan bicara. Ada yang dengan bangga dan penuh syukur atas didikan orang tuanya kepadanya, hingga cara orang tuanya mendidik dirinya diterapkan bulat-bulat untuk mendidik anaknya. Ada yang berusaha mengambil metode pendidikan anak yang diterapkan oleh orang tuanya dengan melakukan berbagai modifikasi disesuaikan dengan perkembangan jaman. Ada pula seorang ibu yang tidak ingin mengikuti cara didik orang tuanya kepadanya, karena tak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama dengan dirinya.

Ada satu kisah dari seorang ibu yang cukup berkesan dalam ingatan, dan sebelumnya baru kuyakini sebagai teori….

Ibu itu memulai bicara dengan mengatakan “Belajar dari pengalaman pribadi, saya tak ingin mendidik anak-anak saya sebagaimana ibu saya membesarkan saya”. Apa sebab? Dia bilang……. ketika saya kecil, ibu sangat sibuk bekerja diluar rumah. Pertemuan saya dengan ibu sangat sedikit. Sehingga saya tak begitu dekat dengan ibu, walaupun ibu mencukupi setiap hal yang saya inginkan.

Setiap hari, simbok yang memandikan saya, yang menyuapi saya, yang menemani saya, yang menidurkan saya, dan mengajari saya segala hal.

Setiap kali saya menangis karena lapar…..simbok yang datang membawakan makanan untuk saya. Ketika saya ngantuk ingin tidur…….simbok yang menggendong dan menina bobokkan saya, dan saya merasa nyaman tidur di tempat tidurnya. Ketika saya sedih habis bertengkar dengan teman….simboklah yang membelai dan menghibur saya. Ketika ibu pergi berangkat kerja……...saya dengan ringan hati melambaikan tangan dan tak begitu peduli, tapi ketika simbok yang pamit pergi untuk pulang sebentar menengok keluarganya…..saya menangis sejadi-jadinya. Bahkan ketika saya sudah besar dan kuliah di luar kota, saya meminta simbok datang ke kost untuk menemani saya ketika sedang ujian. Saya sangat tergantung kepada simbok, tapi tidak begitu tergantung dengan ibu. Walaupun saya tetap berusaha untuk hormat kepada ibu.

Karena itulah saya ingin, anak-anak saya bisa memiliki saya sepenuhnya. Saya tidak mau kedudukan saya terebut oleh pengasuh anak-anak saya. Karenanya…..saya berusaha semaksimal mungkin mendidik dan melayani sendiri anak-anak saya. Agar anak-anak saya tidak seperti saya. Seperti yang saya rasakan saat saya kecil, seolah …..simboklah ibu saya yang sebenarnya.

Mendengar kisah si ibu aku bergumam dalam hati…..hmmm, rupanya hal seperti itu benar-benar terjadi. Dan sudah sekitar tiga puluhan tahun yang lalu. Bagaimana dengan kondisi sekarang? Dimana kaum ibu semakin banyak yang pergi keluar rumah, dan bekerja penuh tanpa perkecualian dengan jam kerja para Bapak. Dan anak-anak besar dan tumbuh bersama para pengasuhnya yang memiliki pengetahuan serba terbatas, dan kadang berganti-ganti lebih dari dua atau tiga kali dalam usia batita.

Hanya ada satu harapan, semoga para ibu yang berkarir di luar rumah mampu membagi waktu sebaik mungkin, hingga putra-putrinya tetap merasa memiliki ibunya. Dan tidak menjadikan putra-putrinya merasa piatu semasa ibunya masih ada. (Ummu Shofi).

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved