|
Oleh-Oleh Dari Vietnam Jurnal Muslimah - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Negara Vietnam terbentang dari Hanoi, sungai Merah di utara ke kota Ho Chi Minh, hingga sungai Mekong yang subur di selatan. Setiap titik dihubungkan pegunungan yang membentang di sepanjang Laut Cina Selatan. Di Barat, Vietnam dibatasi Laois dan Kamboja. DI Utara, terbentang Cina. Negara berpenduduk sekitar 70 juta jiwa ini, dahulu pernah mengalami kolonisasi oleh Prancis yang dimulai abad ke 16 dan berakhir abad ke 20.
Bangsa Vietnam dijajah oleh bangsa Prancis mulai 1867 sampai 1957. Saigon menjadi ibu kota wilayah pendudukan Prancis yang meliputi wilayah Laos, Kamboja dan Vietnam pada abad ke-19. Kota Saigon dibangun seperti model kota-kota di Prancis. Ciri-ciri itu masih tampak sampai kini seperti boulevard yang lebar, bangunan-bangunan berarsitektur Prancis, penduduk yang mayoritas Katolik. Bahkan di pinggir-pinggir jalan banyak pedagang kaki lima yang menjajakan iced coffee yang sedap. Sungai Saigon yang membelah kota juga memberi nuansa yang menambah keindahan kota ini. Mungkin yang tidak bisa dilupakan juga adalah campur tangan Amerika Serikat dalam peperangan tersebut yang justru memperlihatkan keinginan Amerika untuk memenangkan Perang di Vietnam. Puncak Perang Vietnam memang justru terjadi pada masa Amerika masuk negeri tersebut dengan pasukan tentaranya. Kekejaman perang terjadi dimana-mana kala itu.

Negeri yang baru selesai berperang pada tahun 1975 ini, sebelumnya juga bekas koloni Cina. Kelak kedua negara yang pernah menduduki negara Vietnam ini memberikan corak yang cukup dominan terhadap negara tersebut. Baik itu pada kulinernya (resep makanan), bahasa, budaya, agama dan sebagainya.
Kini, negara Vietnam mulai menggeliat. Perekonomiannya mulai berkembang dan mampu mengejar ketertinggalannya dari negara-negara berkembang lain di kawasan Asean. Saya pribadi, sempat terheran-heran dan penasaran mengapa banyak pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa geliat perekonomian Vietnam bahkan sekarang sudah mampu mengungguli negara Indonesia. Ah…. Bagaimana mungkin? Negara kita merdeka telah lama dan sumberdaya kita tentu saja jauh melebihi negara kecil tersebut?
Seorang sahabat, baru-baru ini baru pulang dari Vietnam. Dari ceritanya, barulah saya menyadari mengapa kita, Indonesia, kini bisa tertinggal dari Vietnam. Pertumbuhan kota dan industrinya, kata sahabat saya itu sama sekali tidak memperlihatkan bahwa negara ini pernah dibombardir oleh Negara Amerika secara terus-menerus hingga rata dengan tanah. Kini semua penduduk tampak giat bekerja dan industri mulai tumbuh bagai cendawan di musim hujan. Meski transportasinya didominasi dengan kendaraan motor beroda dua, hal ini tidak menghalangi penduduk untuk berpacu mengejar ketertinggalan negaranya dari negara lain. Etos kerja mereka tinggi. Bandingkan dengan kota-kota di Indonesia yang didominasi oleh kendaraan mobil tapi semangat dan etos kerjanya masih sangat rendah.
Hmm… sedih memang. Tapi semoga hal ini bisa menjadi cambuk untuk kita semua agar segera bangkit untuk membangun negara tercinta ini. Mengapa? Karena saya yakin, kita semua tidak ingin anak cucu kita kelak menjadi bangsa tertinggal dan hanya menjadi orang pinggiran dan pemulung di negaranya sendiri.
Dengan mengandalkan pada penyediaan tenaga kerja murah dan kestabilan keamanan yang lebih baik pada setiap warganya, Vietnam pelan dan pasti mulai “membajak” beberapa investor berkantung tebal di kawasan Asia. Sony dan Nike hanyalah salah satu dari banyak investor asing yang mulai menaruh saham di negara tersebut dan mengembangkan pabriknya di sana. Beberapa tahun yang lalu, keduanya masih berinvestasi di Indonesia tapi kemudian hengkang begitu saja karena satu hal yang cukup masuk akal. Tidak adanya kestabilan akan jaminan keamanan dan jaminan birokrasi yang sehat untuk berusaha di Indonesia.
Hmm.. masuk akal sih.
Gimana mau berusaha kalau sebentar-sebentar para buruh berdemo menuntut macam-macam. Dengan berdemo kan otomatis roda produksi berhenti dan itu artinya perusahaan mengalami kerugian. Iyah kalau demonya tertib, nah kalau demonya merusak? Belum lagi gangguan rentetan panjang yang bersifat birokrasi. Mau melakukan sesuatu harus ijin dulu ke meja anu, lalu ke meja situ dan seterusnya. Padahal di satu meja ada selipan yang harus dibayarkan. Wahhhh… innalillahiwainnailaihirojiun.
Disamping itu, karena berhasil mengelola kedua sumberdaya tersebut di atas dengan baik, Vietnam mampu bersaing dengan sesama negara Asia lain dalam berdagang dengan memberikan harga-harga yang miring untuk berbagai produk perdagangan. Itu sebabnya tiket pesawat pulang-pergi ke negara tersebut hampir selalu fullbook. Hunian kamar hotelnya pun lumayan penuh. Banyak pedagang yang melirik produk yang dihasilkan oleh negara tersebut untuk dijual lagi di negara asal mereka. Untuk kualitas, (ah.. jangan tanya kualitas deh kalau mau bandingi dengan negara Indonesia. Sistem packing mereka bagus, kualitas produknya juga bagus dan itu semua ditawarkan dengan harga yang jauh lebih miring ketimbang di Indonesia). Hik..hik..hik… rasanya saya mulai mengerti mengapa banyak pengamat yang resah serta prihatin dan mengatakan bahwa negara kita kini mulai tertinggal dari para negara tetangganya, bahkan tertinggal dari negara yang baru bangun tidur seperti Vietnam.
Berikut ini salah satu oleh-oleh yang saya dapatkan dari sahabat saya tersebut. Namanya Dragon Fruit. Buah dengan kulit seperti sisik seekor Naga. Jika dimakan begitu saja (tentu saja dengan mengupasnya terlebih dahulu), rasanya seperti perpaduan cita rasa buah Plum dan Kiwi. Bintik-bintik hitam yang memenuhi daging buahnya yang menyerupai biji wijin ini sangat eksotis di lidah. Diolah menjadi penganan istimewa untuk teman minum teh sekeluarga juga enak. Dalam hal ini (sstt, Ini rahasia. Karena Cuma dikasih sedikit sedangkan yang mau mencicipinya banyak) buah ini saya olah menjadi campuran puding agar-agar. Berikut resepnya.
Agar-Agar Dragon Fruit.
bahan: Satu bungkus agar-agar rasa jeruk. Satu sachet Nutrisari rasa Jeruk. Gula secukupnya. Air satu panci kecil. Biji selasih satu sendok makan (rebus dan tiriskan). Buah Dragon Fruit (jika tidak ada bisa diganti dengan buah Kiwi atau buah Plum).
Cara Membuatnya: Rebus air, gula, agar-agar dan Nutrisari hingga mendidih. Sambil menunggu panasnya agak reda, siapkan loyang agar-agar. Potong dadu buah-buahannya lalu sebarkan di sepanjang permukaan cetakan agar-agar. Lalu sebar pula di atasnya biji selasih yang sudah ditiriskan. Terakhir tuang adonan agar-agar di atasnya. Dinginkan. Jika sudah kaku, siap hidang.
Selamat mencoba.
([email protected]) [ 0 komentar]
|
|