[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Menunda Menikah Karena Belum Kerja Tetap
Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004

Tanya: Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Langsung saja ya Ukhti Ade. Saya seorang wanita berusia 24 tahun dan sudah satu tahun menjalin hubungan dengan seorang pria. Sebenarnya kami
sudah mempunyai keinginan untuk segera menikah apalagi orang tua kami masing-masing juga sudah setuju tapi karena saya belum memiliki pekerjaan tetap mengingat penghasilan calon suami saya hanya pas-pasan dan juga nantinya saya ingin sedikit bisa membahagiakan kedua orang tua saya dengan penghasilan saya sendiri maka saya menjadi ragu untuk segera menikah. Bagaimana menurut Ukhti Ade mengenai masalah yang sedang saya hadapi ini? Terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Perencanaan ekonomi dalam keluarga memang salah satu hal yang penting untuk dibicarakan sebelum menikah. Dengan begitu, ada sebuah perencanaan dan gambaran usaha yang akan dilakukan guna mengantisipasi sebuah gambaran dari tantangan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Tapi ada satu hal yang tidak boleh ukhti lupakan dan satu hal ini adalah hal mutlak yang harus ukhti yakini dan pegang kukuh.

Yaitu bahwa, “Hanya Allah-lah yang berkuasa untuk menentukan apa yang terjadi di hari esok.”
Artinya, kita boleh merencanakan langkah-langkah strategis di masa yang akan datang, boleh merencanakan gambaran apa yang akan kita raih di masa yang akan datang; lalu boleh pula mulai melaksanakan apayang direncanakan itu dengan langkah-langkah pelaksanaan sejak dari sekarang, boleh mengambil kebijakan strategis dan menerapkannya guna mewujudkan apa yang ingin kita raih tersebut; tapi… hendaklah hasil akhirnya serahkan pada Allah SWT. Dia Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita dan Dia pulalah yang Maha Berkuasa atas segala sesuatunya.

Dari sini, yang ingin saya sampaikan adalah, jangan sampai merencanakan sesuatu yang baik di masa yang datang tapi ternyata itu membuat kita melakukan sesuatu yang tidak begitu baik saat ini dan lebih dari itu, kita terjerumus pada sesuatu yang menyebabkan kita mengingkari keberadaan Allah sebagai Sang Maha Pemilik hari esok.

Ukhti dan teman ukhti sudah sama-sama memiliki keinginan untuk menikah. Artinya kalian berdua insya Allah telah siap lahir batin. Demikian juga dengan kedua orang tua dari kedua belah pihak. Lalu tunggu apa lagi?
Menikahlah segera. Insya Allah, Allah-lah yang akan memberi kalian rezeki jika saat ini kalian memang belum mampu karena gaji kalian masih kecil. Rezeki disini, bukan berarti suami langsung naik pangkat setelah menikah dan memperoleh kelipakan kenaikan gaji yang sangat signifikan; juga mungkin bukan seperti tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumah kalian dan memberikan sekoper uang yang perlembarnya dua puluh ribuan (hehehehe, kalau sekoper tapi cepek-an semua sama juga boong yah); atau tiba-tiba dapat hadiah ratusan juta rupiah. Mungkin bukan seperti itu (tapi wallahu’alam jika Allah memang menghendaki). Tapi rezeki Allah bisa terbungkus dengan berbagai kenikmatan lain yang intinya adalah memberi kemudahan pada kalian berdua dalam mencukupi semua kebutuhan hidup sehari-hari dan mulai perlahan-lahan mewujudkan apa yang kalian idamkan berdua.

Seperti, diberikan-NYA sebuah kepandaian pada ukhti untuk mengatur keuangan yang minim ini sehingga dalam keuangan yang terbatas tersebut ukhti tetap mampu mengendalikan masuk dan keluarnya uang dalam roda perekonomian keluarga ukhti.
Diberikan-NYA kesabaran pada ukhti dan suami ukhti sehingga tidak timbul sikap dan pola hidup yang boros, iri, dengki dan serba tidak puas. Dengna kesabaran seperti ini, lahirlah sebuah rasa syukur, dari rasa syukur tersebut maka jika sedikit yang ukhti dan suami terima, akan terasa banyak adanya; sedangkan yang banyak akan membuat kalian berdua saling berlomba untuk berbuat kebajikan dan mencegah kemunkaran lebih banyak lagi.
Dibukakan-NYA pintu kemudahan bagi kalian berdua untuk memperoleh sesuatu yang membuat hidup tidak terlalu terasa sempit. Seperti kesehatan yang baik, teman-teman yang menyayangi kalian berdua, anak-anak yang sholeh dan sholehah, serta lingkungan yang menyenangkan.

Sungguh ukhti.. itu semua adalah rezeki yang sangat melimpah yang diberikan Allah pada hamba-NYA, tapi tidak dibungkus uang. Rezeki tidak selalu dalam bentuk uang dan materi. Tapi berbentuk nikmat-nikmat Allah yang sungguh tidak terkirakan harganya dan amat banyaklah bertebaran di sekeliling kita.

Jika ukhti menunda perkawinan karena ketakutan tidak memperoleh rezeki itu, padahal kalian berdua dalam keadaan sudah sama-sama siap untuk menikah, padahal kedua orang tua sudah sama-sama merestui, ukhti hanyalah sedang berusaha menggali sebuah lubang untuk menguburkan sebuah rezeki yang tampak di hadapan. Karena kalian berdua telah siap, bisa jadi pertemuan kalian berdua yang tanpa ikatan perkawinan ini justru mendekatkan kalian pada sebuah tindakan perzinahan. Bukankah kesiapan untuk menikah dalam diri seseorang itu sering kali dibarengi dengan mulai bekerja giatnya hormon-hormon pria dan wanita dalam tubuh kalian yang saling tarik menarik menggerakkan syahwat kalian. Sedangkan Syaithan tidak jemu menghembuskan ajakan untuk mencoba sesuatu yang terlarang dengan berbagai macam cara (seperti yang dijanjikannya ketika dia diusir dari Surga dahulu, bahwa dia akan menggoda manusia dengan cara apa saja agar mereka bisa menjadi temannya di neraka kelak).

Belum lagi kedua orang tua yang menjadi serba salah dalam bereaksi. Jika mereka saling akrab, bagaimana jika kedua anaknya tidak jadi? Jika mereka saling tidak akrab, bukankah anak mereka sedang dalam proses menuju jadi? Ah. Serba bingung kedua orang kalian, dan itu mengakibatkan mereka mulai mencari fokus perhatian pada hal-hal lain dalam hubungan kalian berdua dan kembali Syaithan bermain dengan baik disini. Dihembuskannya keinginan mengadu domba kedua orang tua kalian sehingga akhirnya yang semula terlihat bagus dan baik-baik saja, mulailah melirik hal-hal remeh dan merembet menjadi hal-hal buruk yang ada di pasangan anak-anak mereka.

Belum lagi pemikiran ragu yang bersemayam dalam benak ukhti tentang keraguan akan keuangan dan pencapaian harapan. Bisa jadi sekarang yang terlihat adalah bahwa ukhti merasa ingin kerja mantap dulu dengan penghasilan yang lumayan; nanti kalau sudah tercapai mulai berpikir lagi untuk mendapatkan rumah dulu sebelum menikah; nanti setelah dapat rumah, berkeinginan lagi untuk mendapatkan jabatan tertentu dulu, dan sebagainya. Sudah sunatullah manusia itu menjadi makhluk yang tidak pernah bisa puas. Jadi, mulailah belajar untuk membangun sukap sabar dan syukur dalam diri sejak dini.

Saya menyarankan agar ukhti tidak menunda keinginan untuk menikah. Selagi dibukakan pintu untuk menikah, menikahlah ukhti. Insya Allah, Allah akan menyertai semua niat dan langkah baik dari pada hamba-Nya.
Wallahu’alam

Wassalamu’alaikum Wearahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved