|
Jadi Jagoan FLP Jurnal Muslimah - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Menjadi seorang penulis adalah mimpi besar saya. Dan setiap kali teringat dengan mimpi itu, saya selalu menyempatkan diri untuk tersenyum, dan kemudian membayangkan betapa senang hati saya bila suatu saat nanti saya menyaksikan sekian banyak orang membaca buku yang saya tulis. Lalu saya bercita-cita untuk menjadi bagian dari mereka yang berhasil menyumbangkan perubahan bagi dunia melalui tulisan dan buku-buku mereka.
Sedikit mengenang, sejak tiga tahun lalu, setiap awal tahun saya selalu membuat daftar panjang yang saya beri judul ‘Resolusi Besar Tahun Ini’. Oke, saya memang suka sekali mendramatisasi sesuatu. Karena dengan begitu, seolah semangat saya terpompa. Dan tiap kali daftar itu mulai saya tulis, saya tak pernah lupa menuliskan satu poin penting di sana. Yaitu ‘menjadi anggota Forum Lingkar Pena’. Lalu tak lupa poin-poin berikutnya ‘aktif menulis’ atau‘tulisan dimuat di media’ dan poin lain yang bunyinya sejenis.
Saya ingat, pertama kali mendaftarkan diri menjadi anggota FLP adalah ketika saya sengaja mengikuti salah satu acara FLP yang diadakan di Pusat Studi Jepang UI Depok. Pada saat itu, saya telah membatalkan beberapa acara yang selalu ‘mengganggu’ keinginan saya untuk menghadiri acara-acara yang FLP adakan. Pokoknya saya harus datang, mengambil formulir itu, dan menjadi anggota. Itu saja yang ada di benak saya. Dan begitulah, setelah mengisi formulir, saya resmi menjadi anggota.
Tahu tidak, setahun berikutnya, saya menjadi sangat kesal dengan diri saya sendiri. Karena saya tidak mampu untuk menulis. Saya mengirimkan sedikit tulisan dan tidak dimuat di media, saya bahkan hampir lupa bahwa saya adalah anggota FLP karena tidak pernah bisa menghadiri acara-acaranya, dan saya belum juga mendapatkan kartu anggota. Ups, maaf, tapi bagi saya sebuah kartu itu hal yang penting. Setidaknya itu secara simbolis dapat menunjukkan eksistensi diri saya di sana. Yah, sudah saya bilang, saya memang gemar sekali mendramatisasi keadaan. Termasuk kekesalan saya tahun itu, yang berbuahkan sebuah pikiran bahwa ternyata saya memang tidak bisa menulis! Saya tidak semampu yang saya bayangkan dan tidak seperti yang orang lain katakan tentang kemampuan saya untuk menulis. Saya merasa malu, dan meragukan diri saya sendiri. Menjadi penulis? Apanya? Toh tidak satupun tulisan saya dimuat. Pikir saya waktu itu.
Setahun berikutnya, entah bagaimana saya berhasil menghadiri satu lagi acara yang diadakan FLP di Ruang Galeri Cipta I Taman Ismail Marzuki. Saya berkeinginan dalam hati, bahwa ‘Resolusi Besar Tahun Ini’ harus mencapai keberhasilan melaksanakan satu poin lagi. Yaitu ‘aktif menjadi anggota FLP’. Dan berbekal semangat dari acara tersebut, otak saya rasanya mulai bereaksi dan keinginan untuk menulis muncul lagi.
Kebetulan tahun itu adalah tahun saya mengerjakan skripsi sekaligus praktikum akhir di jurusan. Lulus sidang skripsi adalah prioritas yang tidak bisa diganggu gugat. Tahun yang cukup berat, dan semangat untuk menulis tiba-tiba menguap entah ke mana. Sepertinya saya sudah lupa mengenai salah satu poin resolusi tahunan saya. Tapi kekesalan itu muncul lagi. Dan saya semakin meragukan kemampuan menulis saya. Kenapa dalam satu tahun, saya tidak juga bisa menyelesaikan sebuah tulisan pun? Saya tahu saya disibukkan dengan praktikum di sebuah LSM perempuan, dan persiapan sidang skripsi. Tapi, mbak Helvy juga sibuk, dan beliau bisa menghasilkan sekian banyak tulisan dalam kesibukannya. Juga penulis-penulis yang tergabung dalam FLP, saya yakin mereka memiliki aktivitas lain selain menulis, tapi mereka bisa menghasilkan buku.
Dan saya semakin iri dengan mereka semua.
Ingat saat saya mengatakan bahwa saya sering mendramatisasi sesuatu? Nah, salah satu caranya adalah berada dalam suasana tertentu atau menciptakan sebuah momen untuk mempengaruhi suasana. Tahun ini, saya melakukannya. Tepat setelah saya membaca kembali poin ‘aktif menjadi anggota FLP’ dan ‘produktif menulis’ yang saya tulis tahun kemarin, saya memutuskan untuk melakukan sesuatu. Saya menyadari bahwa keinginan saya untuk menulis masih terpancang kuat.
Pada pertengahan Januari kemarin, saya berhasil mengadakan sebuah acara dengan mengundang FLP sebagai salah satu pengisi acara. Dan tahu tidak, saya sangat senang! Benar-benar senang! Karena sekali lagi saya bertemu FLP’ers (dan saya lebih senang menyebut mereka dengan ‘jagoan-jagoan FLP’). Walaupun sebagai panitia, saya tak ingin kalah dari peserta. Saya pun mengambil formulir FLP, mengisinya saat itu juga, dan memberikannya pada mas-mas yang jaga di stand pendaftaran. Saking semangatnya bertanya ini itu tentang FLP, saya sampai lupa untuk menanyakan namanya. Padahal waktu itu saya demikian gencarnya bertanya ini itu dan sedikit protes karena tidak bisa mendapat berkas-berkas hasil pertemuan rutin anggota, karena saya memang selalu tidak bisa meluangkan waktu pada hari Ahad.
“Mas, nih, saya daftar lagi! Pokoknya saya harus jadi anggota FLP DKI!” Begitu kata saya. Bukan hanya itu, saya pun sibuk berkenalan dengan salah satu pengurus FLP DKI dan menanyakan tentang acara bulanan untuk anggota, darimana saya bisa mendapatkan berkas-berkas yang bisa saya pelajari walaupun saya tidak bisa menghadiri acaranya, meminta nomor telepon yang bisa dihubungi, dan sebagainya. Saya jadi nggak enak sendiri,..kok terkesan memaksa ya? Hihihi.
Seminggu kemudian, saya mendapat SMS, bahwa ada acara rutin untuk anggota di masjid TIM. Saya sudah tahu, dan saya juga mendapat informasi yang sama dari milis FLP DKI. Hari Ahad, saya tidak bisa.
Dua minggu setelahnya, saya membaca e-mail dari milis FLP DKI, dan ternyata juga ada e-mail pribadi dari mas-mas yang sedikit saya omel-omelin di stand pendaftaran waktu itu. Isinya sama, informasi acara bulanan berikutnya. Waktunya sama, hari Ahad. Dan saya menggerutu lagi.
Jangan bercanda! Ini baru awal tahun dan saya tidak akan membiarkan ‘Resolusi Besar Tahun Ini’ gagal lagi di poin ‘aktif menjadi anggota FLP’ dan ‘produktif menulis’. Oh tidak, kali ini saya tidak akan menyerah begitu saja. Kalaupun tidak pernah bisa menghadiri acara rutin, dan tidak mendapat kartu anggota, atau bahkan formulir saya hilang dan tidak tercantum sebagai anggota FLP DKI,…saya harus punya tekad yang lebih baik dari kemarin. Harus terus menulis, mengirim tulisan, dan kalau perlu, saya akan mengadakan terus acara-acara yang bisa menghadirkan jagoan-jagoan FLP di sana!
--------
DH Devita ([email protected]) [ 0 komentar]
|
|