[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Sudah 27 Tahun Belum Menikah Juga, Bagaimana Ini?
Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004

Tanya Assalammualaikum Mba Ade

Mbak, saya seorang guru yang sampai sekarang belum juga menikah. Sedangkan umur saya sudah 27 tahun. Saya bingung dan stress menghadapi masalah ini karena orang tua selalu menanyakan kapan saya menikah, memang di daerah saya sepertinya anak gadis jika umurnya sudah 20 tahun keatas itu harus segera menikah.

Saya ingin sekali menikah tetapi dengan siapa saya tidak tahu, karena
menurut agama islam pacaran itu tidak boleh. Sejak SMA sampai sekarang saya sama sekali tidak pernah pacaran apalagi dekat dengan laki-laki karena itu memang tidak boleh.

Mengingat usia saya yang kian bertambah, saya semakin bingung harus
Curhat kemana. Pada Shalat malam InsyaAllah saya berdo'a agar segera diberikan jodoh. saya tahu bahwa saya harus bersabar dalam menghadapi cobaan dalam hal mencari jodoh, karena jodoh, maut dan rejeki ditangan Allah SWT.

Mbak Ade, itulah masalah saya. Saya benar-benar bingung memikirkan hal ini. ditempat kerja sama rata-rata mereka sudah menikah, mungkin hanya saya yang belum menikah.

Saya pernah mengirim surat ke salah satu biro jodoh di salah satu
majalah islam, saya sebut saja namanya "Klub Ummi Bahagia" tetapi itu juga tidak ada jawaban. Saya benar-benar bingung apa yang harus saya lakukan mbak.

Saya adalah gadis yang memakai jilbab. Memang saya akui saya tidak
begitu cantik, tetapi saya yakin saya akan mendapatkan jodoh itu. Mba ade, sekarang ini apa yang harus saya lakukan, karena orang tua
selalu menanyakan dan dalam pekerjaan saya selalu terpikirkan masalah ini.

Berdo'a InsyaAllah saya lakukan, tetapi bukankah manusia itu harus
berusaha dan mencari jalan keluar atas masalahnya. Itulah masalah saya mengenai bagaimana mencari jodoh.
Atas jawaban mba ade saya ucapkan terima kasih.
Wassalam

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ukhti yang sholehah.
Betul sekali bahwa Islam tidak membolehkan pacaran. Tapi Islam sama sekali tidak melarang pertemuan laki-laki dan perempuan. Islam juga tidak pernah melarang wanita bergaul dengan pria. Islam tetap membolehkan terjadinya pertemuan antara laki-laki dan perempuan dan Islam juga membolehkan pergaulan antara mereka dengan memberikan sebuah kondisi tertentu sebagai syarat yang harus ditaati oleh siapa saja. Seperti mengatur wajib dikenakannya pakaian yang menutupi aurat bagi wanita ketika bertemu dengan lawan jenisnya yang non mahram. Lalu keharusan untuk menjaga pandangan, mengatur agar keduanya tidak larut dalam sebuah tindakan berdua-duaan, senantiasa menjauhi semua perilaku yang mendekati zina, lalu anjuran untuk tidak berdua-duaan, dan sebagainya.

Berkenaan dengan pembolehan pertemuan tersebut, maka pertemuan antara pria dan wanita yang belum menikah dan berkeinginan untuk menikah juga diperkenankan dengan penerapan syarat-syarat tersebut di atas, dengan satu tambahan anjuran, hendaknya jika mereka sama-sama sudah memiliki kecenderungan dan siap agar tidak menundanya lagi (segera menikah).

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh wanita dalam menemukan pasangan hidupnya dan Islam membolehkannya (tentu saja diiringin dengan pemenuhan prasyarat yang telah disebutkan di atas).

Yang pertama, seorang muslimah diperkenankan menawarkan dirinya sendiri secara langsung pada pria muslim yang menurutnya baik bagi diri dan agamanya. Dalam hal ini, muslimah tersebut sudah tahu dan kenal dengan pria muslim tersebut kemudian mendatangi si pria dan meminta kesediaan si pria untuk menerimanya sebagai istrinya. Yang perlu diperhatikan dalam cara ini adalah, pertama kesiapan mental atas segala kemungkinan jawaban yang akan diterimanya (diterima atau ditolak) dan perhitungkan dahulu bagaimana sebenarnya kecenderungan yang dimiliki oleh si pria tersebut jika tawaran tersebut diajukan (coba jajaki sebenarnya si pria ini suka juga nggak sih ama kita; atau si pria ini siap nggak nerima kita sebagai istrinya).

Yang kedua, seorang muslimah bisa menawarkan dirinya sendiri pada pria muslim yang menurutnya baik bagi diri dan agamanya tapi tidak secara langsung, melainkan lewat perantara yang dikenal oleh kedua belah pihak. Cara ini yang biasa dipakai oleh banyak orang karena cenderung lebih aman. Biasanya dikenal dengan istilah lewat ‘Comblang’. BIasanya Si comblang ini lebih mengetahui kondisi kedua belah pihak, tahu kemungkinan ‘jadi’ atau ‘tidaknya’, juga tahu bagaimana mengarahkan keduanya agar yang semula ‘masih setengah ragu’ menjadi ‘tidak ragu lagi’.

Yang ketiga, seorang muslimah bisa menawarkan dirinya sendiri pada pria muslim yang menurutnya baik bagi diri dan agamanya juga lewat perantara, hanya saja sang perantara ini hanya salah satu pihak saja yang mengenalnya. Mungkin guru ngaji si muslimah, rekan kerja, atau sahabatnya, atau orang tuanya, dll. Jadi dalam hal ini, muslimah itu mengatakan pada perantara bahwa dia ingin menikah dan minta tolong pada perantara untuk membantunya mencarikan pasangan yang sekiranya cocok dan baik bagi dirinya. Dalam hal ini, lewat cara ini kedua belah pihak harus sama-sama ikhlas terhadap kondisi yang akan mereka hadapi. Biasanya, bantuan pihak ketiga ini agak sedikit tersendat-sendat jika salah satu pihak atau kedua belah pihak memiliki banyak kriteria dan syarat. Jika sikap ikhlas tidak ditumbuhkan dalam usaha ketiga ini, bisa jadi perantara yang dimintai tolong justru menarik diri karena lelah menghadapi tumpukan syarat dan kriteria yang menghambat pertemuan.
Khusus untuk menjawab keresahan orang tua ukhti. Coba ukhti katakan pada orang tua ukhti agar mereka bersabar karena bisa jadi jodoh itu memang belum dipertemukan dengan ukhti. Lalu, ini saran selanjutnya, ukhti serahkan pada mereka, bahwa jika mereka memiliki calon yang sekiranya baik bagi mereka karena mereka sudah mengenalnya dan juga baik bagi ukhti, maka ukhti akan ikhlas menerimanya. Jadi, ukhti libatkan kedua orang tua ukhti untuk ikut mencarikan pasangan hidup bagi ukhti juga.

Terakhir, seorang muslimah bisa juga menawarkan dirinya sendiri pada pria yang diharapkan baik bagi diri dan agamanya lewat lembaga lain sebagai perantara. Misalnya lewat biro jodoh. Satu hal yang harus diingat adalah, karena data-data pribadi kedua belah pihak hanya diketahui oleh biro jodoh tersebut, maka seleksi dan pemasangan yang dianggap serasi dilakukan oleh lembaga tersebut. Ini karena hanya biro jodoh itu yang tahu satu pesanan tambahan yang sifatnya rahasia dan sangat pribadi. Misalnya, Biro Jodoh ini selain menerima masukan data pemohon, juga menerima pesan khusus dari si pemohon, seperti: “tingginya kalau bisa di atas 145 cm”; atau “Jangan suku Padang dan Cina”, atau “kalau bisa lulusan SMA dan sederajat”, atau “Kalau bisa hapal minimal 3 Juz”; atau “kalau bisa warna kulitnya putih atau kuning langsat”, atau “Jangan yang berambut keriting”, dll.

Lalu ditambah dengan sifat umum yang juga diterima seperti (mendambakan sifat yang keibuan; atau mendambakan wanita yang mandiri; atau mendambakan wanita yang ceria, dll), maka sering kali proses pemasangan kedua belah pihak yang ingin dipertemukan tersebut menjadi sedikit memakan waktu.

Jadi ukhti, surat yang ukhti kirimkan ke lembaga biro jodoh belum ada tanggapan belum tentu karena surat ukhti dikesampingkan tapi bisa jadi karena proses pemasangan yang memang sedikit rumit dan kompleks.
Sebenarnya, pada semua jenis proses pencarian pasangan hidup yang saya uraikan di atas memang selalu mengharuskan bagi pihak-pihak yang terkait untuk sabar menjalaninya.

Tentu saja, semua usaha ini tidak langsung membuahkan hasil yang instans sekarang juga. Tetap ukhti harus sabar menantinya. Lupakan target usia sekian harus menikah, usia sekian harus punya anak. Nanti ukhti malah jadi stress sendiri dan akhirnya ragu dengan keyakinan ukhti pada masalah takdir dan Islam. Ukhti harus yakin bahwa jodoh di tangan Allah dan Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi diri ukhti.

Hal lain yang juga ingin saya kemukakan disini dan semoga berguna adalah sebuah kondisi yang sebenarnya di Islam dipandang sebagai hal yang boleh tapi karena berusaha dihindari akhirnya menjadi sebuah kewajiban untuk menghindarinya. Hal itu adalah, tentang persoalan poligami dan perbedaan usia suami dan istri. Maksud saya, jangan menutup diri untuk tidak ingin menduduki posisi kedua, tiga atau empat jika suatu saat datang tawaran tersebut. Jika dalam perhitungan ukhti posisi tersebut tidak membahayakan diri ukhti, keluarga ukhti dan agama ukhti, posisi tersebut bisa juga ukhti pikirkan untuk diterima.
Hmm…
Saya punya teman yang menawarkan dirinya pada seorang ustadz yang sudah berkeluarga.
Saya juga punya teman yang akhirnya bahagia diterima setelah menawarkan dirinya pada seorang pria muslim yang cukup mapan yang sudah berkeluarga.
Saya juga punya kenalan yang ditawarkan untuk menjadi istri kedua oleh seorang wanita yang menjadi istri pertama karena sang istri pertama ingin berbagi tugas dalam membahagiakan suaminya.
Semua ilustrasi di atas ternyata tidak mendatangkan keburukan karena semua nya dilakukan dengan penuh keikhlasan.

Selain itu, pasangan hidup kita, tidak harus juga prianya harus berusia lebih tua dari wanitanya; atau prianya harus berpendidikan lebih tinggi dari wanitanya; atau prianya harus lebih pandai dan mapan dari wanitanya. Segala sesuatunya Allah yang mengaturnya, apa yang baik menurut kita belum tentu baik di mata Allah dan begitu juga sebaliknya. Jadi sekali lagi, ikhlas dan kembalikan pada niat semula, yaitu ingin membina sebuah keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Jangan putus asa dalam berdoa yah ukhti disamping terus berusaha. Coba giatkan waktu yang ukhti miliki untuk mengikuti banyak kegiatan yang memungkinkan pertemuan antara pria dan wanita dalam kerangka ruang yang syar’i. Setidaknya, ukhti bisa bertemu dengan mereka dan belajar banyak dari mereka. Tidak dimaksudkan untuk bertemu jodoh di tempat pertemuan tersebut, tapi lebih karena keinginan bahwa pertemuan tersebut akan mendatangkan ilmu yang bermanfaat untuk menambah cakrawala berpikir ukhti. Bukankah seorang muslim yang baik itu adalah mereka yang bermanfaat bagi kebaikan orang lain?

Jangan anggap beban berat bahwa sampai usia segini belum menikah juga. Tawakkal ukhti, sabarlah. Semua tentu sudah ada dalam rencana Allah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya.
Senantiasa berusaha, berdoa dan tetap istiqamah.
Wallahu’alam.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved