|
Kejujuran Muslimah & Media - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Meraih sebuah impian dengan kerja keras, semua orang pasti sudah tahu. Mengejar cita-cita dengan keringat dan kepayahan, pasti sudah dimaklumi. Tetapi, mendapatkan sesuatu melalui kejujuran, entah kenapa hal ini sesuatu yang sulit dilakukan. Dan tiap kali ada yang berupaya mempraktekkannya, banyak kepala akan berkata,”Persetan dengan idealisme.”
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu berkata jujur. Dalam beberapa kisahnya dengan para sahabat. Beliau menerangkan soal iman dan Islam yang dikaitkan dengan kejujuran. Pentingnya hal ini menekankan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk tidak hanya memakai otak dan segenap panca indera dalam berusaha. Melainkan juga dengan hati. Keberadaan hati yang bersih dari segala kotoran, akan membentuk mental yang kuat bagi diri orang tersebut dalam menghadapi berbagai persoalan.
Saya ingin mengkaitkannya dengan peraturan. Ada semacam slogan, entah guyon, atau memang prinsip yang sengaja dibuat mengenai peraturan. Bunyinya adalah “Peraturan dibuat untuk dilanggar”. Bukan hanya pelajar sekolah saja yang bersenang-senang dengan kalimat tersebut. Banyak manusia dewasa pula tak malu-malu turut mengusung slogan tersebut tinggi-tinggi. Sudah menjadi rahasia umum, kejujuran apalagi kedisiplinan menjadi barang langka yang bisa ditemukan saat ini.
Rajin mengikuti berita beberapa hari ini? Jangan dulu bosan. Karena masa kampanye masih terus berjalan. Lihatlah lebih dekat, maka sebelum kampanye dimulai pun, KPU sudah sibuk mencatat dan bersiap repot dengan beragam pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak. Mulai dari pelanggaran ringan seperti memasang atribut partai sebelum waktu yang ditentukan (yaitu atribut partai hanya boleh dipasang selama masa kampanye saja, 11 Maret 2004, pk 00.00), hingga pelanggaran lain seperti membawa anak di bawah umur, kampanye terbuka di luar jadwal, tidak pakai helm, naik kendaraan hingga ke atap kendaraan, memasang spot iklan yang berlebihan di media televisi, hingga pelanggaran money politic dan yang terberat adalah melakukan tindak pidana kekerasan serta melakukan pelecehan seksual di lapangan. Ini diluar pelanggaran yang terjadi sebelum masa kampanye seperti pemalsuan ijazah, penyerahan berkas di luar batas waktu yang ditentukan, dan sebagainya. Hal biasa? Mungkin. Paling tidak, hal ini menambah deret ketidak-pedulian oknum-oknum pelanggar aturan tersebut terhadap pentingnya sebuah kejujuran dalam upaya mencapai sesuatu. Terlepas dari apapun kondisi peraturan tersebut dibuat.
Bukankah amal dinilai tergantung dari niatnya? Dan ketidak-ikhlasan dapat menggugurkan sebuah amalan. Demikian dengan pahala, maka Allah menilai sebuah amal tidak hanya dari hasilnya. Melainkan juga dari prosesnya. Sebuah ketidakjujuran tidak lagi berurusan dengan apakah itu strategi politik atau upaya diplomasi yang harus dimaklumkan. Tidak jujur berarti berkhianat terhadap Allah. Jadi, pilihan tersebut ada pada diri kita.
---- Maret 2004
DH Devita
[ 0 komentar]
|
|