|
Di Sana, Saudara-saudara Kita Disiksa Jurnal Muslimah - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Saya terhenyak ketika membaca dan melihat sendiri bukti kekejian itu. Begitu banyak kezhaliman, begitu banyak ketidakadilan. Nun jauh di Irak sana, saudara-saudara kita di penjara Abu Ghuraib diperlakukan semena-mena. Ketika saya mengatakan “semena-mena”, itu bukan sekadar menyundut tahanan dengan rokok. Bukan sekadar menghajar kepalanya dengan popor senapan. Tapi yang saya bicarakan adalah sungguh-sungguh penghinaan dan penganiayaan secara fisik maupun mental.
Saat kita tertawa bersama teman, mereka di sana ditelanjangi dan diikat lehernya lalu diseret-seret seperti anjing. Saat kita ikut menangis melihat akademia AFI tereliminasi, saudara kita di Irak menangis karena dilecehkan secara seksual. Ketika kita tidur dengan nyenyak di balik selimut yang hangat, mereka dipaksa mendengarkan dentuman keras musik rap; tidak bisa tidur karena tiap terlelap, terompet dibunyikan di telinga dan dihardik keras-keras.
Saya ingin mencari kata-kata yang lebih halus tapi saya khawatir itu membuat orang mengira bahwa saudara-saudara kita itu “tidak terlalu” menderita. Saya tidak sanggup membayangkan bagaimana ada manusia yang tega mengencingi para tahanan, menumpuk mereka di sel berukuran satu meter persegi dan membiarkan mereka diterkam anjing galak. Sungguh... Saya ngeri membayangkan bahwa 3800 penghuni penjara itu, tahanan sipil dan tawanan perang, semua dinistai sedemikian rupa. Jangan-jangan sebenarnya pun mereka dijebloskan ke sana secara tidak adil.
Ini bukan fiksi saudariku. Ada seribu foto yang beredar mengenai kekejaman itu. Bahkan konon yang seribu pun baru sebagian. Masih ada foto-foto lain yang tidak sempat beredar. Ya, benar. Serdadu-serdadu keji itu bangga dengan perbuatan nista mereka. Dalam foto-foto itu mereka tertawa bak bintang iklan pasta gigi.
Jangan tertipu dengan permintaan maaf si Bush terlaknat itu. Dia memang lantas mengganti kepala penjara Abu Ghuraib. Tapi dia sekadar menggantinya dengan algojo yang lebih berpengalaman. Mayjen Geoffrey Miller si sipir baru, adalah bekas komandan kamp tahanan di Guantanamo, dekat Kuba.
Kisah mengerikan di penjara Abu Ghuraib itu barulah sepercik duka. Masih ada saudara-saudara lain yang masih diuji Allah di Palestina sana. Ada juga pembantaian di selatan Thailand sana, di mana 113 muslim dari tiga provinsi – Yala, Songkhla dan Pattani – dilumat senjata otomatis pasukan kiriman Bangkok. Tak usah berpindah negara pun, sudah banyak kesedihan di sekitar kita. Anak-anak jalanan yang rentan dilecehkan. Rakyat kecil yang didera nestapa padahal alam kita luar biasa kayanya. Tingkat KKN yang sedemikian membuat negara ini bobrok.
Masih banyak lagi cerita sedih. Terlalu banyak bahkan. Tapi bersedih tidaklah cukup. Saatnya tiap diri bertanya, lantas apa yang bisa kita lakukan? Kalau sudah ditodong dengan pertanyaan itu, saya sungguh merasa lemas. Rasanya tidak ada yang bisa dilakukan. Tapi kita harus bangkit! Setidak-tidaknya marilah kita sama-sama berusaha membuat cerita-cerita sedih di sekitar kita berakhir bahagia. Membuat satu wajah tersenyum, membuat derita satu jiwa lebih ringan.
Terus berusaha. Karena Allah tidak pernah meremehkan kebaikan sekecil apapun. Termasuk di dalam usaha itu adalah berusaha menjadi manusia-manusia yang siap dititipi amanah besar oleh Allah untuk memerangi langsung kekejian itu. Mungkin tidak sekarang. Tapi siapa tahu apa yang akan terjadi sekian dekade dari sekarang?
Dan tentu saja.... Jangan pernah lupa mengirim doa untuk semua saudara-saudara kita di muka bumi ini yang terzhalimi... Semoga Allah mengganti setiap duka dengan indahnya surga, dan memampukan kita berbuat sesuatu... Amiin.
- Ariyanti Pratiwi -
[ 0 komentar]
|
|