[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Masih Mau Sekolah Tapi Sudah Dikhitbah Ikhwan
Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004

Tanya: Assalamualaikum.. Ana lagi ada masalah, singkatnya, ada ikhwan yang mau ta'aruf sama ana, sekarang dia masih kuliah di ptn B, dan ana di ptn P. Ana punya cita-cita, ana akan selesain kuliah dulu, buat ummi bahagia, baru mau memikirkan masalah walimah. Tapi yang jadi masalah setelah 3 bulan ta'aruf, murobbi dia di B (ikhwan) melalui istri murobbinya menghubungi ana. Beliau menyampaikan kalo ikhwan yg sudah ta'aruf sama ana itu mau mengkhitbah ana, dan ana dikasih waktu sampai bulan depan nanti untuk memikirkan apa kah ana menerima pinangan dia atau tidak. Bagaimana nih ukh ? Ana bingung, Ana mau mnyelesaikan kuliah dulu, tapi ana juga tak mau mnyakiti hati ikhwan itu. Dia sangat baik sama ana. Bantu kasih solusinya ukh.. jazakallah..
wassalam

Jawab:

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Hmm... ukhti.. terus terang.. masalah perkawinan memang sering jadi kendala bagi banyak teman-teman yang masih kuliah. Hal ini terkait dengan fenomena pernikahan dini. Artinya, dalam benak sebagian orang-orang, menikah di saat usia masih muda dan masih dalam status pelajar atau mahasiswa termasuk lingkup pernikahan dini. Persepsi pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang sebenarnya belum siap karena para pelakunya dipandang belum matang dan belum cukup dewasa untuk menerima tanggung jawab besar dari sebuah pernikahan. DI sisi lain, ada rentetan rencana dan harapan dari lingkungan yang secara tidak langsung tersandang di pundak orang-orang muda yang akan melakukan pernikahan dini. Seperti adanya harapan agar sekolah yang telah ditekuni sekian lama bisa terselesaikan tepat pada waktunya, keinginan untuk membahagiakan kedua orang tua dahulu, harapan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu, dan sebagainya. Harapan dan rencana yang banyak ini, yang jika dipersandingkan dengan usia dan kesiapan mental dan jasmani pelaku pernikahan dini akan terlihat meragukan. Mampukah pelaku pernikahan dini mengemban semua harapan dan rencana tersebut?

Saya sendiri termasuk seorang yang sebenarnya setuju dengan pernikahan dini. Ada beberapa alasan mengapa saya cenderung untuk setuju terhadap pernikahan dini. Pertama, karena dengan pernikahan dini orang tua (si pelaku pernikahan dini) masih punya kesempatan emas untuk membesarkan anak-anak mereka (usia masih muda, karir belum terlalu sibuk dan belum terlalu dikejar target yang banyak seperti umumnya mereka yang menikah di usia matang). Dengan begitu, ketika usia orang tua masih muda, mereka sudah punya anak. Lalu setelah usia matang, anak-anak tanpa terasa telah beranjak remaja. Artinya, kita masih punya kesempatan untuk melebarkan sayap pergaulan karena anak-anak sudah bisa ditnggal di rumah dan kita sendiri masih belum terlalu tua untuk mengejar semua ketertinggalan selama mengurus anak-anak balita.

Tapi ada satu hal yang harus diingat. Justru di usia muda inilah kesempatan untuk mencari ilmu datang bersamaan. Terlebih orang tua lebih senang menghadiri wisuda anaknya yang masih single (mungkin jika anak sudah didampingi menantu jadi sedikit sungkan??). Juga ada momok bahwa mereka yang sudah menikah sekolahnya jadi berantakan.

Hmm... gini saja ukhti. Coba ukhti tanyakan pada ikhwan tersebut, apakah dia bersedia jika setelah menikah, ukhti tetap melanjutkan sekolah ukhti karena ukhti ingin menyenangkan hati ibu ukhti.

Jika dia bersedia, maka diskusikan lagi bagaimana dengan perkawinan kalian karena otomatis kalian akan terpisah oleh jarak. Apakah sebulan sekali ukhti ke tempat si ikhwan itu ataukah sebaliknya? Diskusikan juga tentang kehadiran anak di antara kalian, adakah celah untuk menundanya atau jika kalian ingin segera menimang anak, bagaimana jalan keluar untuk pembiayaannya?

Jika dia tidak bersedia ukhti tetap melanjutkan sekolah ukhti yang berlainan tempat, tanya lagi alasannya apa? Diskusikan alasan ukhti ingin melanjutkan sekolah (selain ingin menyenangkan ibu ukhti apa lagi? Apakah karena ingin bekerja atau ingin menjadi apa?) Dan apa alasan dia, mengapa ukhti tidak perlu melanjutkan sekolah ukhti? Tanya padanya bagaimana menghadapi perasaan ibu ukhti yang pasti sakit hati jika ukhti berhenti sekolah hanya karena ingin menikah lalu minta pendapatnya tentang bagaimana jalan keluar yang baik agar ibu tidak sakit hati?

Intinya, sedari sekarang cobalah untuk membangun komunikasi dengan ikhwan tersebut karena untuk sampai pada keputusan menikah sekarang atau nanti ternyata tidak mudah bagi ukhti dan dalam hal ini ukhti memerlukan pendapat beliau. Dengan kata lain, betul sekali bahwa tujuan akhir dari sebuah ta’arud adalah jenjang pernikahan. Tapi, tidak semua jalan menuju pernikahan itu mulus seperti jalan tol. Ada kerikil dan terkadang kendala lain yang muncul menghadang. Hal ini, baiknya kita tenggarai sebagai ujian untuk menguji kesabaran dan konsekuensi logis dari pilihan yang akan kita ambil. Tapi, dalam hal ini, masalah dalam pernikahan (baik menjelang maupun sesudah) adalah masalah yang sepatutnya diselesaikan bersama oleh pasangan. Jika hanya satu pihak saja yang merasakan kegamangan dan kegalauan sedangkan pihak lain tidak merasakan hal yang serupa, yang terjadi kemudian adalah ketimpangan. Ukhti merasa bingung dan terbebani oleh masalah, sedangkan pihak lain tidak merasakan hal itu dan menganggap ukhti mengulur-ulur waktu dan berlebihan. Itulah fungsi komunikasi. Dengan komunikasi, dibangunlah sebuah kerja sama untuk mencari solusi bersama dan dengan komunikasi pulalah dijalin hubungan saling membutuhkan. Insya allah komunikasi yang terbangun sedari awal ini akan memudahkan kerja sama kalian setelah menikah kelak karena beberapa kendala yang sekiranya muncul sudah bisa diprediksi sejak awal dan dicari solusinya.

Nah, jadi yang perlu ukhti lakukan sekarang adalah komunikasikan pada ikhwan tersebut semua kegalauan dan keinginan ukhti padanya serta minta pendapat beliau solusi apa yang sebaiknya dicapai agar semua pihak tidak merasa dikesampingkan. Jangan lupa juga shalat agara Allah memberi ketenangan yang melahirkan keputusan terbaik bagi ukhti dan agama ukhti.

Saya tunggu tanggapan ukhti selanjutnya yah ukhti... Semoga berguna.
Wassalamui’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved