[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Yang Berhaq Kucintai Ialah ...
Jurnal Muslimah - Monday, 26 July 2004

Kafemuslimah.com “Tidak ada apa pun selain Tuhan yang berhak dicintai,” kata Ibnu ‘Arabi dan banyak sufi lainnya...

“Haah?! Tak bolehkah aku mencintaimu, Dek?”

Boleh, Bang! “Bagaimana mungkin orang Mukmin tidak mencintai sesuatu yang membantunya mendapatkan keridhaan Rabb, menghantarkan kepada cinta-Nya dan kedekatan kepada-Nya? Inilah mencintai karena Allah.”[i] Yang dimaksud Ibnu ‘Arabi itu, yang berhak kita cintai adalah Tuhan (Ar-Rahim) yang ‘menyembunyikan’ Diri-Nya di balik segala keindahan sejati di alam semesta.[ii] Sebab itu, cara terbaik dan termudah untuk mencintai Allah adalah merahimi ‘wakil-wakil’-Nya.[iii]

Mengiringi ilham ini, bangunlah aku dari keterlenaanku. Di bumi kita. Lamat-lamat nyanyian Umar ibn al-Faridh menyusup ke dalam dua belah paru-paruku. “Para lawan-jenis yang dikasihi dan pencinta mereka adalah wujud-wujud yang di dalamnya Allah mempertontonkan sifat-sifat keindahan dan cinta-Nya.”[iv] Begitu ‘lagu wajib’ kita, Mas.

Oh... mawar yang menjelma, keindahan insani ini, wujud dari sifat Keindahan Ilahi ini, berhak kucintai... Kau kekasih Sang Kekasih. Aku cinta kau....

“Akan kaucintaikah orang yang jika Allah berkenan Dia akan mencintainya?”

Ya! Kenapa tidak?.. Jangan kikiiiir! Allah telah menyindiiiir: “Bila dikatakan kepada mereka, ‘Menyumbanglah dari rizqi [yang dikaruniakan] Allah kepadamu,’ maka orang-orang yang ingkar berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Akan kami beri makankah orang yang jika Allah berkenan Dia akan memberinya makan?’” (Yaa Siin [36]: 47) Jadi, justru karena orang2 itu disukai Allah, mereka berhak kita cintai.

“Ooo gicuuu... Aku jadi pingin tau lebih gamblang siapa yang berhaq kaucintai, Dik. ;) Siapa saja sih orang2 yang disukai Allah?”

Allah mencintai orang yang berbuat baik, bertaqwa, adil, mensucikan diri, bertawakal, sabar, dan menjunjung tinggi persatuan.[v] Engkau menanam sifat2 yang disukai Allah ini pada dirimu, bukan? Kalau pun belum sematang buah firdausi nan ranum, bukankah Allah menyukai orang yang bertaubat?

Iya, iya... Engkau berhaq kucintai, sayangku. Sebab, sejalan dengan fatwa Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, “kecocokan akhlak ... inilah yang paling penting dari segala-galanya.” Lebih lanjut beliau berpesan, “Jika cinta tumbuh karena kesesuaian dan kecocokan, maka cinta itu akan menjadi kokoh dan kuat.... Jika pendorong cinta [adalah] sifat yang pasti, maka cinta itu akan langgeng.”[vi]

Jangan salah paham ya, Say! “Islam membedakan antara mencintai orangnya dan mencintai perbuatan atau akhlaknya.”[vii] Benar, aku tidak berjanji akan mencintai kamu selama-lamanya. Tapi, insya’ Allah aku selalu mencintaimu selama engkau mengembangkan sifat2 yang disukai Allah itu. Sampai kapan pun aku takkan membenci kamu.

Aku tak berhaq membencimu, Mas. Kita tidak sengit kepada orang. Yang kita benci adalah sikap dan perbuatan yang nggak disenangi Allah SWT: berbuat kerusakan, zalim, berkhianat, suka berbuat dosa, kafir, melampaui batas, arogan membangga-banggakan diri, berlebih-lebihan, dan membeberkan keburukan orang.[viii] Kita tidak membiarkan hal2 yang tidak diridhai Allah ini menggerogoti diri kita, bukan?
_________
Artikel ini kutipan dari naskah buku Aisha Chuang, Nikmatnya Asmara Islami: Manajemen Cinta Musim Semi.

[i] Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, terj. Kathur Suhardi (Jakarta: Darul Falah, Dzulhijjah 1421 H.), hlm. 245.

[ii] M. Ibn ‘Arabi, Al-Futuhat al-Makkiyyah, Jilid 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hlm. 326.

[iii] Lihat pandangan Abu Sa’id ibn Abi al-Khair dalam R.A. Nicholson, Tasawuf Cinta, terj. Uzair Fauzan (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 87.

[iv] Lihat R.A. Nicholson, Tasawuf Cinta, hlm. 358 dan 256.

[v] Abdurrasyid Ridha, Memasuki Makna Cinta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm. 66. Lihat al-Baqarah [2]: 195, Ali Imran [3]: 134 dan 148, al-Ma’idah [5]: 13 dan 93; Ali Imran [3]: 76, at-Taubah [9]: 4 dan 7; al-Ma’idah [5]: 42, al-Hujurat [49]: 9, al-Mumtahanah [60]: 8; al-Baqarah [2]: 222, at-Taubah [9]: 108; Ali Imran [3]: 159; Ali Imran [3]: 146; as-Saf [61]: 4. Untuk cinta Allah kepada orang yang bertaubat, lihat al-Baqarah [2]: 222.

[vi] Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, hlm. 53.

[vii] Mahnaz Heydarpoor, Cinta dalam Kristen dan Islam, terj. Fauzi Iqbal & Asep Kusnaedi (Surabaya: Pustaka Eureka, 2004), hlm. 126.

[viii] Abdurrasyid Ridha, Memasuki Makna Cinta, hlm. 66. Lihat al-Baqarah [2]: 64 dan 205, al-Qasas [28]: 77; Ali Imran [3]: 57 dan 140, asy-Syura [42]: 40; an-Nisa’ [4]: 107, al-Anfal [8]: 58, al-Hajj [22]: 38; an-Nisa’ [4]: 107; al-Hajj [22]: 38; al-Baqarah [2] 190, al-Ma’idah [5]: 87, al-A’raf [7]: 55; Luqman [31]: 18; an-Nisa’ [4]: 36, al-Hadid [57]: 23, al-Qasas [28]: 76; al-An’am [6]: 141; an-Nisa’ [4]: 148.
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved